MAKALAH MODEL NHT


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia menuntut agar peserta didik mampu menguasai materi  yang di disampaikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru harus mampu menguasai semua materi yang akan diajarkan dan juga mampu menyampaikannya kepada semua peserta didik. Dalam menyampaikan materi yang akan di ajarkan, perlu adanya model dan strategi pembelajaran yang harus di miliki, agar peserta didik dengan mudah dan gembira ketika menerima informasi atau ilmu pengetahuan dari gurunya.
Di zaman sekarang, paradigma mengenai proses pembelajaran yang menyata kan bahwa seorang anak bagaikan kertas putih bersih yang menunggu dan membutuh kan coretan dari guru-gurunya sudah tak lagi tepat. Namun peserta didik di wajibkan untuk bias lebih mandiri dan tidak lagi hanya menunggu apa yang di berikan oleh guru. Guru hanyalah sebagai fasilitator dan mengarahkan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Namun, guru tetap saja memiliki tanggung jawab untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada peserta didik. Guru harus mengemas proses pembelajaran agar menjadi proses pembelajaran yang menyenangkan dan se-efektif mungkin, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Number Heads Together (NHT).
Model pembelajaran merupakan salah satu dari konsep mengajar. Dimana konsep mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa, oleh karena rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana, dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri




Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran Number Head Together, yaitu :
1.    Penghargaan kelompok, penghargaan kelompok ini diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan.
2.    Pertanggung jawaban individu, pertanggungjawaban ini menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membentu dalam belajar.
3.    Kesempatan yang sama untuk berhasil, setiap siswa baik yang berprestasi rendah atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan yang terbaik bagi kelompoknya.
NHT adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan yang di rancang agar seluruh peserta didik lebih mampu menguasai materi yang di sampaikan dan meningkatnya tujuan akademik peserta didik. Peserta didik di ajak untuk menelaah dan mengukur pemahaman terhadap materi yang di sampaikan.
1.2  Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?
2.     Apa tujuan dari pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?
3.     Bagaimana ciri-ciri dari model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)?
4.    Bagaimana Langkah-Langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?
5.    Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?
6.     Apakah manfaat, kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?
1.3  Tujuan
1.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
2.    Mengetahui tujuan dari pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
3.    Mengetahui bagaimana ciri-ciri dari model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
4.    Mengetahui bagaimana Langkah-Langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
5.    Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
6.    Mengetahui manfaat, kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

                                                                            



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Literatur
2.1.1  Pengertian Model Pembelajaran Numbers Heads Together (NHT)
Menurut Rusman (2014:202-203) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk  pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
 Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang cooperative learning karena mereka beranggapan telah biasa pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning, seperti dijelaskan Abdulhak (2001:19-20) bahwa pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserra belajar, sehungga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.".
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).
According to Kagan in Nusyamsi dan Corebima (2016:50), NHT indirectly trains the students to share information, listen carefully, and speak with the calculation, so that students become more productive in learning. NHT learning strategy gives priority to group work rather than individual work, so that students work in an atmosphere of mutual cooperation and have many opportunities to distribute information and to improve communication skills.   NHT cooperative learning model is one type of cooperative learning that emphasizes on the special structure designed to influence the pattern of students’ interaction, and its goal is to improve the academic mastery. NHT is one of alternative learning strategies that can be used to solve the problems. NHT learning strategy promotes the cooperation between students in groups to achieve learning objectives. The students are divided into small groups and directed to study the learning material that has been assigned. The purpose of the grouping is to provide opportunities for students to be actively involved in the thinking process and the learning activities. In this case, most of the learning activities are centralised on students, that is studying the subject matter as well as discussing and solving problems. NHT learning strategy is one type of cooperative learning that emphasizes on the special structure designed to influence the pattern of students’ interaction, and its goal is to improve the academic mastery, so that it can develop and increase students’ retention.This research aims at investigating the effect of NHT learning on the retention of senior high school students. The results of this research are expected to be beneficial in the development of science and its applications.
Terjemahan :
Menurut Kagan dalam Nusyamsi dan Corebima (2016 :50), NHT secara tidak langsung melatih siswa untuk berbagi informasi, mendengarkan dengan seksama, dan berbicara dengan perhitungan, sehingga siswa menjadi lebih produktif dalam belajar. Strategi pembelajaran NHT memberikan prioritas kepada kerja kelompok daripada kerja individu, sehingga siswa bekerja dalam suasana kerja sama yang saling menguntungkan dan memiliki banyak kesempatan untuk mendistribusikan informasi dan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi. Model pembelajaran kooperatif NHT adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dan tujuannya adalah untuk meningkatkan penguasaan akademis. NHT adalah salah satu strategi pembelajaran alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Strategi pembelajaran NHT mempromosikan kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan pengelompokan adalah untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam proses berpikir dan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, sebagian besar kegiatan pembelajaran terpusat pada siswa, yaitu mempelajari materi pelajaran serta membahas dan memecahkan masalah. Strategi pembelajaran NHT adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dan tujuannya adalah untuk meningkatkan penguasaan akademik, sehingga dapat mengembangkan dan meningkatkan retensi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh pembelajaran NHT pada retensi siswa SMA. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan aplikasinya.
According to Dyson and casey (2012 : 136) Cooperative learning is a pedagogical model in which students work together . in small, structured, heterogeneous groups to complcte group asks and in which. group members help each other learn while achieving group goals (Dyson at all.. 2010). This chapter demonstrates the role of analysing verbal interaction between. peers within cooperative groups or dvads. First, the author explains how French physical cducation curricula can stimulate physical cducation teachers to imple- mcnt Cooperative l.carning situations, which are devoted to enhancing students. social roles through their work in small groups. Then, foillowing Slavin's perspec. Iive, a Furopean thcorelical framcwork for the study of pcer interactions is devcl. ped. Finally, the author prescnts four qualtativc analy scs of verbal intcractions . between pcers in small groups conducted with French students across four. dilterent sports during phy sical education lessons. Thesc analyses support prev. ously published results in basketball and handball (L.afont er al.. 2007; Darnis . and l.alont. 2008). and further show how verbal exchanges in small groups allow . students to dcvclop both increascd undcrstanding and acqusiion of gamcs stral- cgics. Morcover, using the cases of acrobatics and table tennis reported in this . chapler, the author provides an explanalion of molor leanng and cooperalive. processes in Cooperalive l.earng classrooms (I.alont and Capenartin, 2010).
Terjemahannya :
Menurut dyson and casey (2012 : 136), Pembelajaran kooperatif adalah model pedagogis di mana siswa bekerja bersama. dalam kelompok-kelompok kecil, terstruktur, heterogen untuk memenuhi permintaan kelompok dan di mana. anggota kelompok saling membantu belajar sambil mencapai tujuan kelompok (Dyson et al .. 2010). Bab ini menunjukkan peran menganalisis interaksi verbal antara. rekan-rekan dalam kelompok koperasi atau dvads. Pertama, penulis menjelaskan bagaimana kurikulum pendidikan jasmani Prancis dapat menstimulasi guru-guru pendidikan jasmani untuk mengimplementasikan situasi-situasi Koperasi, yang ditujukan untuk meningkatkan siswa. peran sosial melalui pekerjaan mereka dalam kelompok kecil. Kemudian, mengikuti perspektif Slavin. Iive, framcwork thororelical Furopean untuk studi interaksi pcer adalah devcl. ped. Akhirnya, penulis menyusun empat analisis kualitatif dari intcractions verbal. antara pcers dalam kelompok kecil yang dilakukan dengan siswa Perancis di empat. olahraga rajin selama pelajaran pendidikan sif. Analisis Thesc mendukung prev. hasil yang dipublikasikan secara luar biasa dalam bola basket dan bola tangan (L.afont er al .. 2007; Darnis. dan l.alont. 2008). dan selanjutnya menunjukkan bagaimana pertukaran verbal dalam kelompok kecil memungkinkan. siswa ke dcvclop meningkat baik undcrstanding dan acqusiion dari gamcs streccgics. Morcover, menggunakan kasus-kasus akrobat dan tenis meja yang dilaporkan dalam hal ini. chapler, penulis memberikan penjelasan tentang molor leanng dan kooperatif. proses dalam kelas Cooperalive l.earng (dyson and casey. 2012 : 136).
Language learning aims at improving the students' ability to communicate well and correctly, both spoken and written, and fostering the appreciation to the literary works. Learning activities should provide opportunities for students to practice what they learn so that they can obtain real experience, and make the learning process as a means to interact socially.
Teachers have to be always creative and innovative in teaching in order to make students easier to understand the presented materials and to be enthusiastic in participating in the teaching and learning process. Furthermore, the teaching activity conducted should be qualified and students’ achievement is expected to be adequate. The teaching methods selected are in line with the topic lessons which will be presented due to the appropriate teaching methods applied are about to assist the success of learning objectives. Teachers play an important role in the learning process. Teachers should have the competence to enable the students.
Teaching process will be significant in case teachers can create learning atmosphere that can activate students to learn. There are many methods that can be employed to make students active in the teaching and learning process and one of them is Number Heads Together (NHT) method. NHT method can be interpreted as the attempt conducted by teachers to engage students in teaching and learning process. Teaching and learning activity with the implementation of NHT method affecting the students’ outcome in the teaching and learning process. The participation is manifested in the three stages of learning activities, namely program planning, implementation program, and evaluation program.
Cooperative learning model was developed based on the learning theory of cooperative constructivist. This can be seen on one of Vigotsky’s theories is the emphasis on the sociocultural nature.  In the Vigotsky’s learning, the mental phase is higher which generally appears in conversation or collaboration among individuals. The implication of Vigotsky’s theory shaped cooperative class arrangement. Another goal of cooperative learning is to create a situation to individuals for the success fueled by the function and the role of their group to achieve the three of learning objectives, the academic ability, the acceptance of individual differences, and social skill development ( Maman and Rajab, 2016 : 174-175).
Terjemahan :
   Pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik lisan maupun tulisan, dan menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra. Kegiatan belajar harus memberikan kesempatan bagi siswa untuk mempraktekkan apa yang mereka pelajari sehingga mereka dapat memperoleh pengalaman nyata, dan menjadikan proses belajar sebagai sarana untuk berinteraksi secara sosial.
          Guru harus selalu kreatif dan inovatif dalam mengajar agar siswa lebih mudah memahami materi yang disajikan dan menjadi antusias dalam berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya, kegiatan mengajar yang dilakukan harus berkualitas dan prestasi siswa diharapkan akan memadai. Metode pengajaran yang dipilih sejalan dengan pelajaran topik yang akan disajikan karena metode pengajaran yang tepat diterapkan adalah untuk membantu keberhasilan tujuan pembelajaran. Guru memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Guru harus memiliki kompetensi untuk memungkinkan siswa.
          Proses pengajaran akan menjadi penting jika guru dapat menciptakan suasana belajar yang dapat mengaktifkan siswa untuk belajar. Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat siswa aktif dalam proses belajar mengajar dan salah satunya adalah metode Number Heads Together (NHT). Metode NHT dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh guru untuk melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode NHT mempengaruhi hasil siswa dalam proses belajar mengajar. Partisipasi diwujudkan dalam tiga tahap kegiatan pembelajaran, yaitu perencanaan program, program implementasi, dan program evaluasi.
          Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran konstruktivis kooperatif. Ini dapat dilihat pada salah satu teori Vigotsky adalah penekanan pada sifat sosiokultural. Dalam pembelajaran Vigotsky, fase mental lebih tinggi yang biasanya muncul dalam percakapan atau kolaborasi di antara individu. Implikasi teori Vigotsky membentuk pengaturan kelas kooperatif. Tujuan lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk menciptakan situasi bagi individu untuk keberhasilan yang didorong oleh fungsi dan peran kelompok mereka untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran, kemampuan akademik, penerimaan perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial (Maman dan Rajab, 2016: 174-175).
Menurut Kagan,S dalam Untari (2017:59) Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Menurut (Numbered Heads Together (NHT) adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
Menurut Anita Lie dalam Untari (2008:59) supaya pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat berjalan lancar serta efektif, maka perlu ditanamkan unsur pembelajaran yang harus diterapkan dan perlu ditanamkan kepada siswa agar hasil pembelajaran maksimal diantaranya:
1. Saling ketergantungan positif
2. Tanggung jawab perseorangan
3. Tatap muka
4. Komunikasi antar anggota
5. Evaluasi proses kelompok
Menurut Nurul Hayati dalam Rusman (2014 : 203) Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.      
Menurut Sanjaya dalam Rusman (2014 : 203) Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok.Model pembelajaran kelompok adalah rang kaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan .
Menurut Tom V dalam Rusman (2014 : 203)  . Savage mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal -asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada  pembelajaran oleh guru.
Menurut Johnson dalam Hasan dalam Rusman (2014 :204) Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative adalalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa  bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
Menurut Rusman (2014 : 205-206) Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa: (1) penggunaan siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu méningkatkan kualitas pembelajaran.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni: (1)  cooperative  tesk atau tugas kerja sama dan (2) cooperative incentive structure atau struktur insentif kerja sama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal  yang menyebabkan anggota kelompok kerja sama dalam menyelesaikan  tugas yang telah diberikan. Sedangkan struktur intensif kerja sama merupakan sesuatu hal yang membangkitkan motivasi siwa untuk melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif adanya upaya peningkatan prestasi belajar siswa (student achievement) dampak penyerta, yaitu sikap toleransi dan  menghargai pendapat orang lain.
Menurut Sanjaya dalam Rusman (2014 : 206) Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: (1) gurumenekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam  belajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, (4) guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan.
Menurut Arnis (2017:19) Pembelajaran kooperatif yang merangsang keaktifan siswa adalah model pembelajaran Numbered Heads Together NHT. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode Numbered Heads Together NHT, metode ini dikembangkan oleh Russ Frank. Numbered Heads Together NHT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif, sehingga semua prinsip dan konsep pembelajaran kooperatif ada pada Numbered Heads Together NHT ini. Dalam metode Numbered Heads Together NHT ada hubungan saling ketertergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perseorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok. Perlibatan siswa secara kolaboratif dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama memungkinkan Numbered Heads Together NHT dapat meningkatkkan hasil belajar siswa khususnya Kognitif.
Menurut Kusumojanto  dalam Arnis (2017:19) Model pembelajaran NHT adalah model pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh untuk memahami materi pelajaran baik secara kelompok maupun individual. Pada proses pembelajaran siswa lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Setiap siswa diwajibkan untuk menyelesaikan soal yang sesuai dengan nomor anggota mereka. Dengan pembelajaran semacam ini siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguhsungguh dan juga siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai sehingga dapat meminimalkan tingkat kesulitan belajar.
Model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Head Together (NHT) diharapkan dapatmenciptakan suasana belajar yang baru, dan diharapkan siswa lebih antusias serta termotivasi dalam memahami materi yang diberikan pada proses belajar mengajar, sehingga mereka memiliki kesiapan ketika suatu saat guru memberikan pertanyaan. Ini di karena kan dalam model pembelajaran NHT terdapat tahap di mana guru memberikan nomor terhadap masing-masing siswa dan mengacak nomor tersebut setiap kali guru menunjuk siswa untuk menjawab soal. Ini berarti setiap siswa memiliki peluang yang sama untuk ditunjuk oleh guru.
NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap strukturk kelas tradisional. Model pembelajaran ini di harapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih pandai dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dengan model pembelajaran NHT siswa dapat memecahkan permasalahan yang diberikanoleh guru. Karena dalam model pembelajaran ini siswa dapat berdiskusi atau menyampaikan pendapat mereka.
Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Numbered Head Together pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam memahami atau menelaah materi yang telah di sampai kan dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap mata pelajarantersebut (Yulhendri dan Syofyan, 2016 : 52-53).
Menurut Sudjana dalam Muchrozin,dkk (2017: 120), Mendefinisikan bahwa “hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh setelah mengikuti atau menempuh suatu proses pengajaran tertentu. Hasil belajar sering juga diistilahkan sebagai perolehan belajar yang berarti segala sesuatu yang diperoleh dari siswa dalam proses belajar baik berupa pemahaman konsep (kognitif), praktek (psikomotorik), dan sikap (afektif).
Menurut Trianto dalam Muchrozin,dkk (2017 : 120) “Numbered Head Together (NHT) atau penomeran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional.” Teknik belajar mengajar kepala bernomer (Number Head Together) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen. Teknik ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Menurut Susanto (2014 : 227) Model pembelajaran NHT adalah suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling member dan menerima antara satu dan yang lainnya.
Menurut Kagan dalam Susanto (2014 : 227) Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan. Teknik ini memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga, mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bias digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.          

2.1.2        Tujuan Dari Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT).
Susanto (2014 : 229), tujuan dilakukannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah agar pemahaman siswa berceritamelalui model NHT yang diberikan dalam bentuk tugas perkelompok, agar siswa dapat saling menambah kekurangan pembendaharaan kata dalam merangkai kembali cerita yang dipelajarinya, karena ada kerja sama itulah diharap kan siSwati daN mengalami kesulitan atau kesukaran dalam menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Dengan model NHT diharapkan dapat membangkitkan minat siswa dalam mengungkapkan pendapat dalam bentuk rangkaian kata dan kalimat.
Menurut Ibrahim dalam Rusman (2014 : 208) Pembelajaran yang kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan  ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah.
Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan  kooperatif siswa yang bekerja dalan situasi pembelajaran kooperatif didorong dan/atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif dua  atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama.
Menurut Slavin dalam Harmianto (2015:60) Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerap kan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi d mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tjuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Menurut Kagan dalam Erwin Putera Permana (2016 : 51) NHT merupakan teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Berdasarkan teori tersebut NHT merupakan salah satu teknik pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk mampu memadukan, menarik kesimpulan beragam pikiran dari hasil bertukar gagasan atau pendapat sesama teman dalam kelompoknya. Metode NHT menuntut siswa untuk mampu bertanggungjawab baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran dengan metode NHT menuntut siswa untuk bisa menjawab pertanyaan ketika nomornya dipanggil secara acak oleh peneliti, dimana hal ini dapat menjadi motivasi bagi siswa karena poin yang diperoleh tidak hanya untuk siswa itu sendiri tetapi sekaligus perolehan bagi kelompoknya.

2.1.3        Ciri-Ciri Dari Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Menurut Susanto (2014 : 231), adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu :
1.    kelompok heterogen.
2.    Setiap anggota kelompok memiliki nomor kepala yang berbeda-beda, dan
3.    Berpikir bersama (head together).
model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
Menurut Rusman (2014 : 206) Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan  yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk  penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.
Menurut Sanjaya dalam Rusman (2014 : 206) Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif yaitu: 1) Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan  kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2) Perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. 3) Perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuj berpikir mengolah berbagai berbagai informasi (Sanjaya, 2006:242).
karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Pembelajaran Secara Tim
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus  mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Manajemen seperti yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan hahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
3. Kemauan untuk Bekerja Sama
pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
4. Kemampuan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembe lajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2.1.4        Unsur-unsur model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
a)   Sintaks atau tahap tahap
Langkah-langkah cooperative learning menurut Harmianto (2015:62) dijelas kan secara operasional sebagai berikut:
1. Dosen merancang rencana program pembelajaran
2. Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, dosen merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan mahasiswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok kelompok kecil.
3. Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasis dosen mengarahkan dan membimbing mahasiswa, baik individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku mahasiswa selama kegiatan belajar berlangsung.
4. Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari mas masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. saat diskusi kelas ini, dosen bertindak sebagai moderator.
According to Nasrun (2016 : 2 ), based on research exposure each cycle can be expressed as follows:
1.    Planning before doing research too much the first thing done by teachers is how to plan the learning process by applying the learning model of Number Heads Together (NHT). In this case how research undertakes a review of the curriculum, especially the primary school curriculum. This is done to achieve competency standards to be achieved in the subjects of Mathematics is to make learning scenarios by applying the learning model of Number Heads Together (NHT), create a lesson plan, create a worksheet students, making the observation sheet to see how the atmosphere of learning in the classroom , prepare a medium of learning in order to help students. To determine the capacity of students to apply the model of Number Heads Together (NHT) teacher made worksheet as tables’ observation of experiments have been conducted. As for knowing everything that occurs during learning activities take place by applying the model Number Heads Together (NHT) researchers made the observation sheets for the students and teachers, as a means of collecting data.
2.    Implementation of the action on the first cycle lasts for one meetings with the length of time each meeting is 2 x 35 minutes. Meeting for the provision of initial proficiency test to determine students' understanding of the material will be given at the same time investigate whether pre-existing knowledge of the material to be taught has been owned by the students. At the beginning of the meeting before giving the material the teacher first submitting the prerequisite knowledge of the material to be taught that there is a picture on the pupil of the subject matter to be studied, after delivering a preliminary picture of the material to be taught, the teacher tells the purpose of learning so as to motivate students to learn to learn , After delivering the purpose of studying the learning materials start to the teacher presents the subject matter / information by applying the model Number Heads Together (NHT), after which the teacher then divides the students into small groups whose members numbered between 3-5 people. Implementation of learning by applying the learning model of Number Heads Together (NHT) is applied to the learning objectives can be achieved in accordance with a predetermined RPP. In improving student learning motivation of teachers to reward (reinforcement) to a student who is able to accomplish the task given group, the students are on questions relating to the subject matter, students answered questions from teacher0. The award given by the teacher in the form of teaching thumb, the additional value etc. Pupils then worked Worksheet Pupil (MFI). During the application of learning models Number Heads Together (NHT) students must fully understand the story and drama texts did by child as the material of choice in this study, so that students can master the material thoroughly.
3.    Observation, at this stage of the process carried out observations on the implementation of the action by using the application of learning models Number Heads Together (NHT) observation sheets that have been made and carry out an evaluation form achievement test cycle I. At this stage, researchers observed with attention to everything that happened in early learning activities until the end of the study, researchers monitored the learning activities that teachers using the experimental method. Researchers pay attention to the activities of teachers when learning takes place with reference to the format of research that has been prepared beforehand. In addition, the researchers also noticed activity of students during the learning takes place based on the format of the research that has been prepared.
4.    Reflection, after going through the stages of implementation and at the same stage of observation and ends with the evaluation of student learning outcomes is done then the next stage of reflection, based on the observation and evaluation of obtained information that there are students who do other activities during learning activities take place. This may occur because of previous students have been accustomed to passively accept the teaching materials. It is necessary to continue in the second cycle by taking into account the above aspects.
Terjemahan :
          Menurut Nasrun (2016: 2), berdasarkan paparan penelitian setiap siklus dapat dinyatakan sebagai berikut:
1.    Perencanaan sebelum melakukan penelitian terlalu banyak hal pertama yang dilakukan oleh guru adalah bagaimana merencanakan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Number Heads Together (NHT). Dalam hal ini bagaimana penelitian melakukan tinjauan terhadap kurikulum, terutama kurikulum sekolah dasar. Hal ini dilakukan untuk mencapai standar kompetensi yang ingin dicapai dalam mata pelajaran Matematika yaitu membuat skenario pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Number Heads Together (NHT), membuat rencana pembelajaran, membuat lembar kerja siswa, membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana belajar di kelas, menyiapkan media pembelajaran untuk membantu siswa. Untuk mengetahui kapasitas siswa untuk menerapkan model guru Number Heads Together (NHT) membuat lembar kerja sebagai pengamatan tabel eksperimen telah dilakukan. Adapun untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model Number Heads Together (NHT) peneliti membuat lembar observasi untuk siswa dan guru, sebagai alat pengumpulan data.
2.    Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama berlangsung untuk satu pertemuan dengan lamanya waktu setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. Pertemuan untuk penyediaan tes kemampuan awal untuk menentukan pemahaman siswa tentang materi akan diberikan pada saat yang sama menyelidiki apakah pengetahuan yang sudah ada sebelumnya dari materi yang akan diajarkan telah dimiliki oleh siswa. Pada awal pertemuan sebelum memberikan materi, guru pertama-tama menyerahkan pengetahuan prasyarat materi yang akan diajarkan bahwa ada gambar pada pupil mata pelajaran yang akan dipelajari, setelah memberikan gambaran awal tentang materi yang akan diajarkan. , guru menceritakan tujuan pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar belajar, Setelah menyampaikan tujuan mempelajari materi pembelajaran mulai kepada guru menyajikan materi pokok / informasi dengan menerapkan model Number Heads Together (NHT), setelah itu guru kemudian membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang anggotanya berjumlah antara 3-5 orang. Implementasi pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Number Heads Together (NHT) yang diterapkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan RPP yang telah ditentukan. Dimeningkatkan motivasi belajar siswa guru untuk memberi penghargaan (penguatan) kepada seorang siswa yang mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kelompok, siswa pada pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran, siswa menjawab pertanyaan dari guru0. Penghargaan yang diberikan oleh guru dalam bentuk ibu jari mengajar, nilai tambahan dll. Murid kemudian bekerja Lembar Kerja Murid (LKM). Selama penerapan model pembelajaran siswa Number Heads Together (NHT) harus sepenuhnya memahami teks cerita dan drama yang dilakukan oleh anak sebagai bahan pilihan dalam penelitian ini, sehingga siswa dapat menguasai materi secara menyeluruh.
3.    Observasi, pada tahap ini dilakukan proses pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan aplikasi model pembelajaran lembar observasi Nomor Kepala Bersama (NHT) yang telah dibuat dan melaksanakan evaluasi berupa tes pencapaian siklus I. Pada Pada tahap ini, peneliti mengamati dengan memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran awal hingga akhir penelitian, peneliti memantau aktivitas pembelajaran yang digunakan guru dengan metode eksperimen. Peneliti memperhatikan aktivitas guru ketika pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada format penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selain itu, para peneliti juga memperhatikan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung berdasarkan format penelitian yang telah disiapkan.
4.    Refleksi, setelah melalui tahapan pelaksanaan dan pada tahap pengamatan yang sama dan diakhiri dengan evaluasi hasil belajar siswa dilakukan maka tahap refleksi selanjutnya, berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap informasi yang diperoleh bahwa ada siswa yang melakukan kegiatan lain selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Ini mungkin terjadi karena siswa sebelumnya sudah terbiasa menerima secara pasif bahan ajar. Hal ini perlu dilanjutkan pada siklus kedua dengan memperhatikan aspek-aspek di atas.
The research used the classroom action research. The phases of implementation of the research consisted of four components. The four components were planning, action, observation, and reflection. Furthermore, the four components were linked in a cycle of activity. In brief, the steps taken by the teacher was to deliver the objectives and to  motivate students, to provide information, to organize students into study groups, guide group work and learning, evaluate, and give reward. Teaching and learning using NHT method was started with numbering. The teacher divided the class into small groups. Each person in each group was numbered according to the numbers of members in the group. Once the group was formed, then the teacher asked some questions to be answered by each group and provided the opportunity for each group to find the answers. On this occasion, each group brought together "Number Heads Together” to think and discussed the answers.
The next step, the teacher called the students who had the same number from each group.They were given the opportunity to give answers to questions received from the teacher. The work was ongoing until all of the students with the same number from each group got a turn to present the answers to the teacher. Based on the answers, the teacher could develop a more in-depth discussion,so the students could find the answers to these questions as the intact knowledge.In applying the cooperative method ‘Number Heads Together’(NHT),the teacher was only a facilitator and the students more fully participated in learning. The process of implementation was conducted gradually until the research was successful. The procedures started from (1)action planning,(2) action implementation, (3) observation and evaluation, and (4) analysis and reflection ( Maman and Rajab, 2016 : 3 ).
Terjemahan :
          Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Tahapan pelaksanaan penelitian terdiri dari empat komponen. Keempat komponen itu adalah perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Selanjutnya, keempat komponen itu dihubungkan dalam suatu siklus aktivitas. Singkatnya, langkah-langkah yang diambil oleh guru adalah untuk memberikan tujuan dan untuk memotivasi siswa, untuk memberikan informasi, untuk mengatur siswa ke dalam kelompok belajar, membimbing kerja kelompok dan belajar, mengevaluasi, dan memberi imbalan. Pengajaran dan pembelajaran menggunakan metode NHT dimulai dengan penomoran. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Setiap orang di setiap kelompok diberi nomor sesuai dengan jumlah anggota dalam grup. Setelah kelompok terbentuk, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh masing-masing kelompok dan memberikan kesempatan bagi setiap kelompok untuk menemukan jawabannya. Pada kesempatan ini, masing-masing kelompok mempertemukan “Number Heads Together” untuk berpikir dan mendiskusikan jawaban.
          Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama dari masing-masing kelompok. Mereka diberi kesempatan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diterima dari guru. Pekerjaan sedang berlangsung sampai semua siswa dengan nomor yang sama dari setiap kelompok mendapat giliran untuk mempresentasikan jawaban kepada guru. Berdasarkan jawaban, guru dapat mengembangkan diskusi yang lebih mendalam, sehingga siswa dapat menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini sebagai pengetahuan utuh. Dalam menerapkan metode kooperatif ‘Number Heads Together’ (NHT), guru hanya seorang fasilitator dan siswa lebih banyak berpartisipasi dalam pembelajaran. Proses implementasi dilakukan secara bertahap sampai penelitian berhasil. Prosedur dimulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4) analisis dan refleksi (Maman dan Rajab, 2016: 3).
Slavin in Muslim Ibrahim, (2001: 39), In the process of learning, the process is interaction between teachers and students who interact. Not only teachers affect students, but students can also affect teachers. The interaction in the learning process not only occurs among students, but among students in human resources (that is, those who can give information), and between students with learning media. Similarly, in the process of teaching mathematics interaction between students and teachers should happen dialog. It is intended that the teacher can give students the motivation to generate interest for conducting study mathematics. As previously disclosed in the learning process interactions occur not only among students, but also between students and students. Teaching system provides opportunities among students to work together in completing structured tasks referred to as the “cooperative learning" or "cooperative learning." In this case, the teacher acts as a facilitator.
Given the importance of mathematics for elementary students education since it is necessary to look for a solution that is a way to manage the process of teaching and learning mathematics in elementary school, so that mathematics can be understood by students. In the effort to manage the process of learning mathematics in elementary school requires a particular strategy one of which is a cooperative learning. Some experts claim that this model is very useful to foster cooperation skills, critical thinking, and willingness to help friends and so on. Cooperative learning is done have succeeded in improving student learning outcomes because it may allow students to learn from a friend.
Terjemahan :
          According to Slavin dalam Muslim Ibrahim, (2001: 39), Dalam proses belajar, prosesnya adalah interaksi antara guru dan siswa yang berinteraksi. Tidak hanya guru mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Interaksi dalam proses pembelajaran tidak hanya terjadi di kalangan siswa, tetapi di antara siswa dalam sumber daya manusia (yaitu, mereka yang dapat memberikan informasi), dan antara siswa dengan media pembelajaran. Demikian pula dalam proses pembelajaran interaksi matematika antara siswa dan guru harus terjadi dialog. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat memberi siswa motivasi untuk membangkitkan minat untuk melakukan pembelajaran matematika. Seperti yang diungkapkan sebelumnya dalam interaksi proses pembelajaran terjadi tidak hanya di kalangan siswa, tetapi juga antara siswa dan siswa. Sistem pengajaran memberikan kesempatan di antara siswa untuk bekerja bersama dalam menyelesaikan tugas terstruktur yang disebut sebagai "pembelajaran kooperatif" atau "pembelajaran kooperatif." Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator.
According to Jollife (2007 : 109) In aldition to small group or peercoaching. it is important for teachers to work in teams to sup- port cooperative leaming. his will typically be in age groups (such as Years 3/6) and the met. ngs may take place alongside other regular meetings Ilowever, on a regular basis (preferably weekly)
1.    Start by reviewing coperative learning elements and/or structures. This would work. well using a structure such as rally table- passing a piece of paper to and fro in pairs . and jotting a key word down each time, then comparing with another pair. You may . also like to start by trying out a new cooperative learning structure.
2.    Review lessonts taught using cooperative learning, particularly what went wel and any . problems.
3.    Discuss problems at some length to generate a number of possible solutions, so that . each team member can select difierent things to try.
4.     If there is time, jointly plan a lesson to teach the following week.
5.    Decide on items for the next meeting
Terjemahannya
Menurut Jollife (2007 : 109) Dalam hal kelompok kecil atau teman sebaya. Hal ini penting bagi guru untuk bekerja dalam tim ke pa dan yang bekerja sama. Dia biasanya berada dalam kelompok usia (seperti tahun 3/6) dan bertemu. NGS bisa mengambil tempat di samping pertemuan rutin lain yang tidak pernah dilakukan, secara teratur (lebih baik mingguan)
1.    Mulai dengan meneliti unsur-unsur ilmu dan/atau struktur. Ini akan bekerja. Nah, menggunakan struktur seperti meja reli — melewati selembar kertas untuk dipasangkan. Dan menuliskan kata kunci setiap saat, kemudian membandingkan dengan pasangan lain. Anda mungkin. Juga ingin memulai dengan mencoba struktur belajar yang baru
2.    Ulsonnetes mengajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif, terutama apa masalah  yang terjadi.
3.    Bahaslah masalah di beberapa waktu untuk menghasilkan sejumlah solusi yang mungkin, sehingga. Setiap anggota tim dapat memilih hal-hal yang sulit untuk dicoba.
4.    Jika ada waktu, bersama-sama merencanakan sebuah pelajaran untuk mengajar minggu berikutnya.
5.    Tentukan hal-hal untuk pertemuan berikutnya
Menurut Lie dalam Arnis (2007 : 59) bahwa teknik Numbered Heads Together memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan untuk setiap mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe NHT Numbered Heads Together merupakan strategi yang menempatkan peserta didik belajar dalam kelompok 4-6 orang dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda-beda. Dalam belajar kelompok masing-masing anak diberi nomor pin, setelah mereka selesai berdiskusi dalam menjawab pertanyaan guru, guru akan memanggil salah satu nomor dan peserta didik yang disebutkan nomornya oleh guru harus mewakili masing-masing kelompoknya untuk menyampaikan hasil diskusi kepada semua temannya. Oleh karena itu, dengan metode NHT Numbered Heads Together ini peserta didik lebih aktif karena mereka semua harus benar-benar siap dalam menjawab pertanyaan, karena mereka belum tahu siapa yang kan mewakili setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya tersebut.
Menurut Silberman dalam Muchrozin,dkk (2009: 3) “Peta konsep merupakan cara kreatif bagi siswa secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Melalui pembuatan peta konsep, siswa akan menemukan kemudahan untuk mengiden-tifikasi secara jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari dan apa yang akan direncanakan”. Metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada dasarnya mampu membuat siswa tertarik didalam pembelajaran dan juga mampu membuat siswa lebih aktif didalam kelompok, namun peta konsep juga memiliki peran untuk membantu didalam pembelajaran agar siswa dapat memilki kesan untuk diingat terkait dengan materi yang sudah diberikan didalam pembelajaran.
Menurut Mursito dalam Muchrozin (2011:35) langkahlangkah dalam metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dan mengerjakannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan 
Sehingga langkah-langkah pembelajaran dengan mengguna-kan metode Numbered Head Together (NHT) pada penelitian ini diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Setelah kelompok terbentuk, guru mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tiaptiap kelompok. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap kelompok menyatukan kepalanya “Head Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterima dari guru. Hal ini dilakukan secara berulang hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawabanjawaban setiap anggota kelompok guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan sebagai pengetahuan yang utuh.
Menurut Kagan,S. dalam Anita Lie dalam Untari (2017:59-61) Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Numbered Heads Together (NHT) adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward. Supaya pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat berjalan lancar serta efektif, maka perlu ditanamkan unsur pembelajaran yang harus diterapkan dan perlu ditanamkan kepada siswa agar hasil pembelajaran maksimal diantaranya:
1. Saling ketergantungan positif
2. Tanggung jawab perseorangan
3. Tatap muka
4. Komunikasi antar anggota
5. Evaluasi proses kelompok
          Menurut Untari (2017:59-61) Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Ada enam tahap pembelajaran kooperatif tipe  numbered-heads together (NHT) yaitu;
1.    Tahap 1.
Pembagian Kelompok dan Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada  setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
2.    Tahap 2.
Mengajukan pertanyaan.Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.    Tahap 3 Berpikir.
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4.    Tahap 4
Menjawab,Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan melaporkan hasil kerjasama kelompok mereka.
5.    Tahap 5
Tanggapan,Tangggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6.    Tahap 6
Kesimpulan.Guru membuat kesimpulan dari hasil presentasi dan tanggapan tersebut.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Ibrahim dalam Susanto (2014 : 232) terdiri dari 6 langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Guru mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.


Langkah 2. Pembentukan kelompok
Hal ini disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru member nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang social, ras, suku jenis kelamin, dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudah kan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Menurut  Yusniawati (2015: 91-92) Sintaks pembelajaran yang dikembangkan merupakan perpaduan dari model pembelajaran dan NHT menghasilkan7 tahapan sintaks yaitu:. Nomori, Amati, Pertanyaan, Kumpulkan, Tim Diskusi, Luaskan dan Simpulakan

b)   Sistem sosial
sistem sosial Menurut Rusman (2014 : 202-203) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk  pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Sistem sosial Menurut Kagan,S dalam Untari dalam (2017:59-61) dilakukan  dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok .
c)    Aksi Reaksi siswa dan guru
Reaksi siswa Menurut Kagan dalam Erwin Putera Permana (2016:51-52) NHT merupakan teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Berdasarkan teori tersebut NHT merupakan salah satu teknik pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk mampu memadukan, menarik kesimpulan beragam pikiran dari hasil bertukar gagasan atau pendapat sesama teman dalam kelompoknya, siswa diharapkan untuk bisa menjawab pertanyaan ketika nomornya dipanggil.
Menurut Mursito dalam Muchrozin (2011:35) aksi  Guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya . Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dan mengerjakannya , Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka dan aksi yang dilakukan siswa ialah  Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dan mengerjakannya , aksi siswa dari klompok lain memberi tnggapan terhadap jawaban klompok yg sedang melakukan presentasi
Aksi reaksi guru dan siswa menurut Ibrahim dalam Susanto (2014 : 232) Memberi kesimpulan disini Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
d)   Sistem Pendukung
Sistem pendukung menurut Ibrahim dalam Susanto (2014 : 232) terdiri daru Guru mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Menurut Utomo (2011:149-150) Dalam Sistem Sosial Guru berperan sebagai fasilitator, konduktor, dan moderator. Sebagai fasilitator, guru berperan menyediakan dan mempersiapkan sumber belajarbagi siswa, memotivasi siswa untuk belajar, dan memberikan bimbingan kepada siswanya dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya secara optimal. Sebagai konduktor, guru berperan untuk mengatur dan mendorong setiap siswa sehingga mereka tetap dalam aktivitas belajar (on-task). Sebagai moderator, guru memimpin jalannya diskusi kelas, mengatur mekanisme sehingga diskusi kelompok berjalan dengan baik, dan mencapai hasil optimal.
Prinsip Reaksi Berbagai aktivitas guru yang perlu diwujudkan adalah
(a) memberikan perhatian pada setiap interaksi antar siswa.
(b) memberikan perhatian terhadap kelancaran kerja kelompok.
(c) memberikan perhatian pada perilaku siswa dominan dan siswa submisif.
(d) mengatur mekanisme interaksi melalui pemberian peran masing-masing anggota.
(e) mengelola sumber belajar yang dapat medorong siswa menjalankan aktivitas belajar.
(f) memberikan bimbingan belajar kepada setiap kelompok yang membutuhkan.
(g) mengarahkan siswa untukmmengkonstruksi pengetahuannya.
(h) menunjuk siswa secara random sebagai wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
(i) memberikan respon terhadap pertanyaan siswa atas nama kelompok, dan (j) memberikan pelatihan kepada siswa dominan dan siswa submisif tentang bagaimana belajar secara kooperati

2.1.5        Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
The structural approach to cooperative learning was developed by Spencer Kagan. The basic premise of the structural approach is that there is a strong relation between what students do and what they learn. That is, interactions in the classroom have a profound effect on the social, cognitive, and academic development of students. The construclion and acquisition of knowledge, the development of language and cognition, and the development of social skills are largely a function of the situations in which students interact. For this reason, a major direction of the structural approach has been to quantify classroominteractions and to analyze them in terms of their effects on the students. In this way, teachers can bel provided with the means to direct the interaction of students in ways that will result in a range of learning outcomes. It is relatively easy for teachers and students to learn various social interaction sequences, called "structures." Because these structures have different learning outcomes, the teacher who knows and uses a range of structures can efficiently produce specific academic, cognitive, and social outcomes among students. A full mastery in the use of structures includes an understanding and manipulation of the elements of structures, as well as an understanding of how to combine structures to create the sequences of activities we know as lessons. Understanding and use of structures complements other approaches to cooperative learning.
Numbered Heads Together A team of four is established. Each member is given numbers of 1, 2, 3, 4. Questions are asked of the group. Groups work together to answer the question so that all can verbally. answer the question. Teacher calls out a number (two) and each. two is asked to give the answer. The structure is used to help and encourage each other in understanding the material (Agrawal and Nagar. 2011 : 103 – 105).
Terjemahannya :
Pendekatan struktural terhadap pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh Spencer Kagan. Premis dasar dari pendekatan struktural adalah bahwa ada hubungan yang kuat antara apa yang dilakukan siswa dan apa yang mereka pelajari. Yaitu, interaksi di dalam kelas memiliki dampak yang mendalam terhadap perkembangan sosial, kognitif, dan akademis. Konstruklion dan akuisisi pengetahuan, pengembangan bahasa dan kognisi, dan pengembangan keterampilan sosial sebagian besar adalah fungsi dari situasi di mana siswa berinteraksi. Untuk alasan ini, tujuan utama dari pendekatan struktural telah untuk mengukur ruang antar kelas dan untuk menganalisis mereka dalam hal Dari efek mereka pada siswa. Dengan cara ini, guru dapat bel disediakan dengan sarana untuk mengarahkan interaksi siswa dengan cara yang akan mengakibatkan dalam jangkauan hasil pembelajaran. Hal ini relatif mudah bagi para guru dan siswa untuk mempelajari berbagai rangkaian interaksi sosial, yang disebut "struktur". Karena struktur-struktur ini memiliki hasil pembelajaran yang berbeda, guru yang mengetahui dan menggunakan berbagai struktur dapat secara efisien menghasilkan keuntungan akademis tertentu, kognitif, dan sosial di antara siswa. Penguasaan penuh dalam penggunaan struktur mencakup pemahaman dan manipulasi unsur-unsur struktur, serta pemahaman tentang bagaimana menggabungkan struktur untuk menciptakan urutan kegiatan yang kita kenal sebagai pelajaran. Memahami dan menggunakan struktur melengkapi pendekatan lain untuk belajar kooperatif.
NHT setiap anggota diberi nomor 1, 2, 3, 4. Pertanyaan yang diminta dari kelompok. Kelompok-kelompok bekerja sama untuk menjawab pertanyaan itu sehingga semua dapat secara verbal. Jawab pertanyaan itu. Guru memanggil sejumlah (dua) dan masing-masing. Dua diminta untuk memberikan jawaban. Struktur ini digunakan untuk saling membantu dan saling mendorong dalam memahami materi (Agrawal dan Nagar. 2011 : 103 – 105).
Placing students in groups and expecting them to work together will not necessarily promote cooperation. Group members often struggle with what to do and discord can occur as members grapple with the demands of the task as well as managing the processes involved in learning such as dealing with conflicting opinions among members or with students who essentially loaf and contribute little to the group’s goal (Johnson & Johnson, 1990) (Gillies. 2016 : 40).
Terjemahannya :
Menempatkan siswa dalam kelompok dan mengharapkan mereka untuk bekerja sama tidak akan selalu meningkatkan kerja sama. Anggota kelompok sering bergumul dengan apa yang harus dilakukan dan perselisihan dapat terjadi ketika anggota bergulat dengan tuntutan tugas serta mengelola proses yang terlibat dalam pembelajaran seperti berurusan dengan pendapat yang bertentangan di antara anggota atau dengan siswa yang pada dasarnya bermalas-malasan dan berkontribusi sedikit pada kelompok tujuan (Johnson & Johnson, 1990)(Gillies. 2016 : 40)|.

Menurut Uno (2011), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran. Menurut Trianto (2013), model pembelajaran NHT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif struktur kelas tradisional. Ada empat fase dalam pembelajaran NHT, mereka menghitung, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab. Kelebihan model pembelajaran NHT menurut Lie (2010), memberikan kesempatan yang lebih luas bagi peserta didik untuk berbagi ide dan menganggap pemecahan masalah yang paling tepat, yang mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat kerjasama dalam memecahkan masalah. Pendidikan tidak hanya berorientasi pada pemahaman sains tetapi juga memahami hasil sains dan dampaknya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengintegrasikan sains, hasil sains dan dampaknya adalah pendekatan SETS. Menurut Binadja (1999), pendekatan SETS bertujuan untuk membantu peserta didik untuk mengetahui tentang sains, perkembangannya dan bagaimana sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbal balik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan SETS memiliki beberapa kelebihan. Menurut Sukaisih (2013), penerapan pendekatan STSE (Sains, Teknologi, Masyarakat, dan Lingkungan) dalam pembelajaran sirkuit listrik, hukum ohm, dan hambatan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Menurut Ifadloh, Santosa & Supardi (2012), metode diskusi dengan pendekatan SETS dan kartu pertanyaan media dapat memberikan respon positif bagi sebagian besar siswa seperti; memberikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, meningkatkan keingintahuan mereka, dapat meningkatkan kemampuan mengingat konsep pelajaran, siswa menjadi lebih aktif dalam belajar, membuat siswa tidak bosan, dan memotivasi siswa untuk belajar lebih rajin.
Dalam studi ini, subjek yang dipilih adalah Kerja dan Energi. Dalam hal ini, konsep Kerja dan Energi dikaitkan dengan penerapannya dan dampaknya terhadap lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS adalah pelajaran yang menghubungkan konsep ilmu yang dipelajari dengan elemen lain dalam SETS, dan itu dilakukan dalam diskusi sesuai dengan langkah pembelajaran NHT. Lie (2010) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif, siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dapat membantu teman-teman mereka yang memiliki kemampuan akademis rendah. Ini akan memberikan dampak kepada siswa untuk lebih termotivasi dan belajar lebih keras, sehingga model pembelajaran NHT yang merupakan pembelajaran kooperatif dan disertai dengan pendekatan SETS diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Sutipnyo dan Mosik. 2018 : 27).
 In the last decade there has been a growing interest among ESL/EFL. teachers in using. cooperative learning activities. With cooperative learning, students work together in groups . whose usual size is two to four members. However, cooperative leaming is more than just . puting students in groups and giving them somecthing to do. Cooperative leaming principles . and techniques are tools which teachers use to encourage mutual helpfulness in the groups . and the active participation of all members. These principles can be seen in the cooperative learning technique Numbered leads Together (Kagan, 1992) that can be used, for example, in an ESL/EFL reading class There. are four steps in doing Numbered Heads Together.
1.    Each student in a group of four gets a number: 1.2. 3, or 4.
2.     The teacher or a student asks a question hased on the text the class is reading.
3.     Students in each group put their heads together to come up with an answer or. answers. They should also be ready to supply support for their answer(s) from the . text and/or from other knowledge.
4.     The teacher calis a number from I to 4. The person with that number gives and . explains their group's answer.
Numbered leads Together encourages successful group functioning because all l members need to know and be ready to explain their group's answeris ( Jacobs at all. 2006 : )
Terjemahan :
Pada dekade terakhir ini telah tumbuh minat di antara ESL/EFL. Guru dalam menggunakan. Kegiatan belajar kooperatif. gunakan Dengan kerja sama, para siswa bekerja sama dalam kelompok. Yang ukuran biasa adalah dua sampai empat anggota. Akan tetapi, kerja sama yang kooperatif lebih dari sekadar. Puting siswa dalam kelompok dan memberikan mereka sesuatu untuk dilakukan. Prinsip-prinsip kerja sama yang kooperatif. Dan teknik adalah alat yang guru untuk mendorong saling membantu dalam kelompok. Dan partisipasi aktif dari semua anggota.
1.    Setiap siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat orang mendapat nomor: 1.2. 3, atau 4.
2.     guru atau seorang siswa mengajukan pertanyaan yang menguat dalam teks kelas adalah membaca.
3.    Siswa di setiap kelompok menempatkan kepala mereka bersama-sama untuk datang dengan jawaban atau. Jawaban. Mereka juga harus siap memberikan dukungan untuk jawaban mereka (s) dari. Teks dan/atau dari pengetahuan lain.
4.    Guru calis nomor dari I ke 4. Orang dengan jumlah itu memberikan dan. Menjelaskan jawaban kelompok mereka.
Nomor bernomor bersama menganjurkan kelompok yang sukses bekerja karena semua anggota perlu tahu dan siap untuk menjelaskan jawaban kelompok mereka ( Jacobs dkk. 2006 : )
A second oranizational ditticulty les in the weakly integrated faculty within. he program of teacher education. Many of the authors arue that if credentiall andidates consistently experience more cooperative learning in their classes, hey will be much more likely to try these strateges when ther are on their own. Howevet, the authors sugest that this can only be achieved in small faculties or. n small clusters of taculty and students within larger programs. In the integrated emester of Westchester (Slostad. Baloche, and Darigan) there is a collective. ollegial experience that allows the three faculty members to collaborate and roblem solve with respected colleagues, thus producing consistent teaching. ven in a small collese like Lewis & Clark College (faculty of ten to twelve full. ime teachers who work closcly togcther), Brody and Nagel speak of faculty turnover and use of adjunct taculty as undermining the consistent use of cooper. ative learning at the collee. At Anderson College, the head of teacher educa- tion at the time, Joellen Harris, (Haris S Hanles, chaprer 4), was able to run a. class on cooperative learning for seven of her colleagues. At Niagara University, Foote et al. report that althouh all full-time faculty members in the education department use coxperative learning to some degre, some full-time faculty and adjunct factlty are not very confident about being able to instruct preservice. reachers in these strategies. As a result of ohserving this inconsstency, a number. of authors speak of the need for continuing staft development for tacultry in. teacher education pograms-something tor which there is very litte organizl tomal trecedent (Brody. At all. 2004 : 197).
Terjemahannya :
Saya kedua oranizuka dititculty les di perusahaan yang terpadu terintegrasi di dalamnya. Program nya pendidikan guru. Banyak dari para penulis arue bahwa jika mereka memiliki pengalaman kerja sama yang lebih kooperatif di kelas mereka, hei akan lebih mungkin untuk mencoba strategi ini saat mereka sendiri. Howevet, para penulis yang paling hebat bahwa ini hanya dapat dicapai dalam fakultas kecil atau.  cluster kecil dari taculty dan siswa dalam program-program yang lebih besar. Di semester terintegrasi dari Westchester (Slostad. Baloche, dan Darigan) ada kolektif. Pengalaman orang yang memungkinkan tiga anggota sekolah untuk berkolaborasi dan mengatasi masalah dengan kolega yang disegani, sehingga menghasilkan pengajaran yang konsisten. Ven dalam sebuah collese kecil seperti Lewis & Clark kuliah (fakultas dari sepuluh sampai dua belas penuh. Para guru pengganti yang bekerja di dekat togcther), Brody dan Nagel berbicara tentang fakultas Omset dan penggunaan tajunct seperti merusak penggunaan cooper secara konsisten. Pembelajaran baik di perguruan tinggi. Di Anderson College, kepala guru educa — tion pada waktu itu, Joellen Harris, (Haris S Hanles, chaprer 4), dapat menjalankan kelas A. on untuk bekerja sama dalam belajar untuk tujuh koleganya. Di universitas Niagara, Foote et melaporkan bahwa semua staf pengajar penuh waktu di departemen pendidikan menggunakan bahasa koxperatif untuk beberapa degre, beberapa staf penuh waktu dan adjunct factlty tidak terlalu yakin tentang kesanggupan untuk mengajar preservice. Kembali dalam strategi ini. Sebagai hasil dari ohmelayani inconsstess, sejumlah. Dari para penulis yang berbicara tentang kebutuhan akan pembangunan berkelanjutan untuk tacultry masuk Guru pendidikan pograms-sesuatu tor yang ada sangat litte teratatur tomal trecedent (Brody. Dkk. 2004 : 197).


                                                                         BAB III
PENUTUP
1.1         Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik.Unsur-unsur model pembelajaran NHT, yaitu Sintakmatik, Sistem sosial, Sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiring.
Terdapat 6 langkah dalam metode NHT yaitu persiapan, pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan, diskusi masalah, mengambil nomor anggotas dan memberi kesimpulan. Manfaat Model pembelajaran NHT  bagi siswa yaitu rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar,  perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, dan hasil belajar lebih tinggi.
Kelebihan dan kekurangan Model pembelajaran NHT, yaitu terjadinya interaksi antar siswa melalui diskusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, siswa pandai atau siswa kurang sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif, termotivasi untuk berpartisipasidalam diskusi kelompok agar dapat menjawab dengan baik ketika nomornya dipanggil.
Kekurangannya, siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder siswa yang lemah, ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang lain tanpa memiliki pemahaman yang memadai pada saat diskusi menyelesaikan masalah, pengelompokan siswa memerlukan waktu khusus dan pengaturan tempat duduk yang berbeda.


3.2     Saran
Kita sebagai guru hendaknya menggunakan berbagai model dan strategi pembelajaran yang bervariasi disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi yang disajikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai seoptimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar.
Diharapkan dengan adanya makalah ini guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif Number Head Together (NHT) di sekolah agar siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran secara berkelompok. Semua siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran.


















                                     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL INQUIRY

MAKALAH MODEL PBL (PROBLEM-BASED LEARNING)”

MAKALAH REMEDIAL