MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mengingat betapa pentingnya perkembangan pendidikan terhadap penilaiannya, maka setiap manusia tidak terlepas dari hakikat belajar. Manusia dalam setiap kehidupannya selalu mengalami proses perubahan tingkah laku baik dari psikis dan fisiknya. Hal ini disebabkan bahwa pengaruh belajar tersebut sangat penting untuk proses pembentukan pola pikir setiap individu terutama bagi perkembangan pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas. Kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan yang meliputi penyampaian pesan, penciptaan lingkungan yang kondusif dan edukatif bagi proses belajar, dan pemberdayaan potensi peserta didik melalui interaksi perilaku pendidik dan peserta didik, di mana semua perbuatan itu dilaksanakan secara bertahap.
Proses pengajaran di kelas merupakan interaksi antara guru dengan siswa. Interaksi dalam kelas dapat terselenggara dengan baik jika siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas selama ini seringkali satu arah dimana siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru. Siswa diharapkan lebih dilibatkan secara aktif untuk berinteraksi dengan guru atau antar siswa. Oleh karena itu, suatu model pengajaran atau model pembelajaran dapat digunakan untuk menggambarkan suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi perilaku kita sebagai guru saat model tersebut diterapkan.
            Berdasarkan uraian di atas, maka kami mengangkat topik permasalahan yaitu mengenai model pembelajaran induktif agar dapat memperkaya  model pembelajaran sehingga siswa tidak  bosan untuk mengikuti pelajaran (Sirait dan Sihombing, 2017:37-38).
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari model pembelajaran induktif?
2.      Apa tujuan dan fungsi dari model pembelajaran induktif?
3.      Apa saja langkah-langkah dalam model pembelajaran induktif?
4.      Apa saja dampak yang dihasilkan dari model pembelajaran induktif?

1.3  Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari model pembelajaran induktif.
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari model pembelajaran induktif.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam model pembelajaran induktif.
4. Untuk mengetahui dampak dari model pembelajaran induktif.





























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Literatur
2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Induktif
            Untuk mendapatkan keterampilan metakognitif harus melibatkan penggunaan strategi metakognitif. Strategi metakognitif merupakan proses yang digunakan untuk mengontrol kegiatan kognitif, dan untuk memastikan bahwa tujuan kognitif telah terpenuhi. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dan sesuai dengan karakteristik strategi metakognitif adalah model pembelajaran induktif. Model Pembelajaran Induktif merupakan suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari hal yang bersifat khusus menuju hal yang bersifat umum (Aprilianti dan Sugiarto, 2014:248).
Menurut Sagala dalam Listyaningrum, dkk (2012:59-60), model pembelajaran inductive thinking berbasis keterampilan proses sains inductive thinking (berpikir induktif) merupakan suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari hal yang bersifat khusus menuju hal yang bersifat umum.
Menurut Bruce dan Joyce dalam Listyaningrum, dkk (2012:60), Hilda Taba memperkenalkan suatu model pembelajaran yang didasarkan atas cara berpikir induktif. Model pembelajaran berpikir induktif (inductive thinking) menurut Hilda Taba ini juga dikembangkan atas dasar konsep proses mental siswa dengan memperhatikan proses berpikir siswa untuk menangani informasi dan menyelesaikannya. Atas dasar cara berpikir induktif tersebut, model pembelajaran ini menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu proses kemudian mengambil kesimpulan.
Menurut Julianto dalam Halimsyah (2017:116), model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tetapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Pada model pembelajaran induktif, guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tadi. Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan
membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.
            Menurut Joyce dalam Sulastri dan Ginting (2014:174), salah satu model pembelajaran yang ditengarai efektif melatih siswa untuk mengembangkan pemahaman konseptual/pengawasan tentang ranah tertentu adalah model pembelajaran induktif. Model pembelajaran induktif merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada pemprosesan informasi (information processing) melalui proses berfikir secara induktif. Model pembelajaran induktif ini juga dapat dilaksanakan dengan bantuan media pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media mempunyai arti yang cukup penting karena dalam kegiatan pemberian informasi, ketidak-jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
            Menurut Sagala dalam Warsiman (2017:25), model induktif pada mulanya dicetuskan oleh seorang filosof Inggris yang bernama Prancius Bacon. Ia mengatakan bahwa sistem berpikir yang dianggap paling baik adalah berpikir yang dilandasi oleh cara induktif, yaitu proses berpikir yang berlangsung dari permasalahan-permasalahan khusus ke permasalahan-permasalahan yang bersifat umum. Proses berpikir yang demikian menuntut agar suatu kesimpulan ditarik berdasarkan adanya fakta-fakta yang kongkret sebanyak-banyaknya. Semakin banyak fakta yang terkumpul akan semakin mendukung suatu kesimpulan yang akurat.
            Menurut Eggen dan Kauchak dalam Sani (2015:108), model pembelajaran induktif merupakan strategi langsung untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis. Model pembelajaran ini berbasis pada teori konstruktivisme yang berpandangan bahwa peserta didik mengonstruksi pengetahuannya dengan melibatkannya dalam belajar memahami dunia.
            Model pengajaran dan pembelajaran induktif adalah kunci utama pemanfaatan jalan yang mengagumkan untuk pembelajaran yang dimungkinkan melalui perpustakaan elektronik, tawaran pendidikan jarak jauh, dan transformasi pelaksanaan di kampus menjadi campuran seperti memanfaatkan interaksi kampus dan sumber daya web yang dikembangkan dan diimplementasikan di sekolah di seluruh negara (Joyce, dkk., 2016:77).
            Menurut Sakdiah (2017:69), model pembelajaran berpikir induktif adalah model yang berorientasi pada pemrosesan informasi (information processing).
            Menurut Huda dalam Sirait dan Sihombing (2017:39), model pembelajaran induktif merupakan suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari hal yang bersifat khusus menuju hal yang bersifat umum. Model berpikir induktif (inductive thinking model) didasarkan pada asumsi awal bahwa setiap manusia, termasuk siswa, merupakan konseptor alamiah. Mereka selalu berusaha melakukan konseptualisasi setiap saat, membandingkan dan membedakan objek, kejadian, dan emosi.
            Menurut Dahar dalam Warsiman (2016:47), suatu teori yang didasari oleh konstruksi induktif akan bekerja dari bawah ke atas. Lebih lanjut ia mencontohkan bahwa penelitian yang berangkat dari teori induktif akan menghasilkan rumusan teori yang mencakup pernyataan yang lebih rendah tingkatannya.
            According Paul and Elder in Hamidun, et al (2014:125), one of the facets in the inductive teaching model is the critical thinking skill. Paul and Elder believe that a well cultivated critical thinker gathers and assesses relevant information, thinks openmindedly within alternative systems of thought, recognizing and assessing, as need be, their assumptions, implications, and practical consequences and communicates effectively with others in figuring out solutions to complex problems. Hence, applying inductive teaching would highly developed the critical thinking skill among the students through analyzing the topic or research, comparing and contrasting the ideas, generalizing and applying the concepts that they acquire the different or new situations by connecting with their life experiences. The students need to have the prior knowledge so that they are able see the relevance of what they are learning. Thus, they need to prepare themselves before attending the class with background knowledge by reading to stimulate their thought and relate with the new information that would be introduced in the class and employ in their writing.
Terjemahan :
               Menurut Paul dan Elder dalam Hamidun, dkk (2014:125), salah satu aspek dalam model pengajaran induktif adalah keterampilan berpikir kritis. Paul dan Elder percaya bahwa seorang pemikir kritis yang berkultivasi dengan baik mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, berpikir secara terbuka dalam sistem pemikiran alternatif, mengakui dan menilai, sebagaimana diperlukan, asumsi, implikasi, dan konsekuensi praktis mereka dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari solusi untuk masalah yang rumit. Oleh karena itu, menerapkan pengajaran induktif akan sangat mengembangkan keterampilan berpikir kritis di antara para siswa melalui menganalisis topik atau penelitian, membandingkan dan kontras ide-ide, generalisasi dan menerapkan konsep-konsep yang mereka peroleh berbeda atau situasi baru dengan menghubungkan dengan pengalaman hidup mereka. Para siswa harus memiliki pengetahuan sebelumnya sehingga mereka dapat melihat relevansi dari apa yang mereka pelajari. Dengan demikian, mereka perlu mempersiapkan diri sebelum menghadiri kelas dengan pengetahuan latar belakang dengan membaca untuk menstimulasi pemikiran mereka dan berhubungan dengan informasi baru yang akan diperkenalkan di kelas dan digunakan dalam tulisan mereka.
            Inductive teaching is a model of teaching that encourages students to build, test and to use categories. It nurtures logical thinking and allows students of an abilities to process information effectively.the inductive teaching model is a powerful way of helping students to learn how to construct knowledge. The model focuses directly upon intelectual capability and is intended to assist students in the process of mastering large amounts of information. The inductive model of teaching consists of a number of discrete phases that cannot be rushed or omitted. Inductive inquiries are rarely brief because the very nature of the inquiry requires students to think deeply. The inductive model in synthesis is the collecting and sifting of information in order to construct categories, or labels (Hopkins and Harris, 2012:35-36).
Terjemahan :
            Pengajaran induktif adalah model pengajaran yang mendorong siswa untuk membangun, menguji dan menggunakan kategori. Ini memelihara pemikiran logis dan memungkinkan siswa dari kemampuan untuk memproses informasi secara efektif. Model pembelajaran induktif adalah cara yang ampuh untuk membantu siswa belajar bagaimana membangun pengetahuan. Model ini berfokus langsung pada kemampuan intelektual dan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam proses menguasai sejumlah besar informasi. Model pengajaran induktif terdiri dari sejumlah fase diskrit yang tidak bisa terburu-buru atau dihilangkan. Pertanyaan-pertanyaan induktif jarang singkat karena sifat pertanyaan itu menuntut siswa untuk berpikir secara mendalam. Model induktif dalam sintesis adalah mengumpulkan dan menyaring informasi untuk membangun kategori, atau label (Hopkins dan Harris, 2012:35-36).
            The inductive model of teaching was developed by Hilda Taba, an influential curriculum developer in the 1960s who advocated many changes in the way we teach the social studies. Inductive model uses carefully crafted questions to structure each lesson. This model help students develop concepts as they generate and examine information, explore connections, make comparisons, and write summary statements (Dell’Olio and Donk, 2007:146).
            According Bergadano, et al in Birnbaum (1993 : 49), this paper presents and evaluates a technique for using qualitative methods to guide inductive learning from examples. Our objective is to induce rules which are not only accurate but also explainable using this qualitative background knowledge, a requirement both for practical application of machine learning and for integrating the results of learning back into a wider body of existing knowledge. The research can be viewed as developing and evaluating a special case of the general theory-guided learning paradigm.
Terjemahan :
               Menurut Bergadano, dkk dalam Birnbaum (1993:49), makalah ini menyajikan dan mengevaluasi teknik untuk menggunakan metode kualitatif untuk memandu pembelajaran induktif dari contoh. Tujuan kami adalah untuk membujuk peraturan yang tidak hanya akurat tetapi juga dapat dijelaskan menggunakan pengetahuan latar belakang kualitatif ini, suatu persyaratan baik untuk aplikasi praktis pembelajaran mesin dan untuk mengintegrasikan hasil pembelajaran kembali ke tubuh yang lebih luas dari pengetahuan yang ada. Penelitian ini dapat dilihat sebagai pengembangan dan evaluasi kasus khusus dari paradigma pembelajaran yang dipandu teori umum.
A better way to motivate students is inductive teaching, in which the instructor begins by presenting students with a specific challenge, such as experimental data to interpret, a case study to analyze, or a complex real-world problem to solve. Students grappling with these challenges quickly recognize the need for facts, skills, and conceptual understanding, at which point the teacher provides instruction or helps students learn on their own (Prince and Felder, 2007:14).
Terjemahan :
               Cara yang lebih baik untuk memotivasi siswa adalah pengajaran induktif, di mana instruktur dimulai dengan menghadirkan siswa dengan tantangan khusus, seperti data eksperimen untuk menafsirkan, studi kasus untuk dianalisis, atau masalah dunia nyata yang kompleks untuk dipecahkan. Murid-murid bergulat dengan tantangan-tantangan ini dengan cepat mengenali kebutuhan akan fakta, keterampilan, dan pemahaman konseptual, pada titik dimana guru memberikan instruksi atau membantu siswa belajar sendiri (Prince dan Felder, 2007: 14).
            According Murphy in Zulkiply and Burt (2013:134-135), in inductive learning, it is generally not known whether or not spaced presentation of exemplars from the same categories affects long-term retention.  In other words, induction is concerned with inferring knowledge from an incomplete set of observations, and this contrasts with deduction, where the learner formulates regularities observed in a complete set of data. Inductive learning of categories is the process of learning through examples, whereby students work from specific exemplars and derive general concepts or categories from those exemplars.
Terjemahan :
               Menurut Murphy dalam Zulkiply dan Burt (2013: 134-135), dalam pembelajaran induktif, umumnya tidak diketahui apakah atau tidak diberikannya eksemplar dari kategori yang sama mempengaruhi retensi jangka panjang. Dengan kata lain, induksi berkaitan dengan menyimpulkan pengetahuan dari satu set observasi yang tidak lengkap, dan ini kontras dengan deduksi, di mana pelajar merumuskan keteraturan yang diamati dalam satu set data lengkap. Kategori pembelajaran induktif adalah proses belajar melalui contoh, di mana siswa bekerja dari eksemplar tertentu dan memperoleh konsep atau kategori umum dari eksemplar tersebut.
The starting point is that our teaching/learning has already an inductive or deductive approach by itself. Being presented as a real discovery approach, the induction was created by Aristotle who considered the transition from abstract to concrete in science. As known globally, inductive ways of learning are fortified by different kinds of our perception and this can be realized by our experiences. So, we think these experiences and inductive ways will be led by intelligence (Rahmatian and Zarekar, 2016:254).
Terjemahan :
               Titik awalnya adalah bahwa pengajaran / pembelajaran kita sudah menjadi pendekatan induktif atau deduktif dengan sendirinya. Dipresentasikan sebagai pendekatan penemuan nyata, induksi diciptakan oleh Aristoteles yang menganggap transisi dari abstrak ke konkret dalam sains. Sebagaimana diketahui secara global, cara belajar induktif diperkaya oleh berbagai jenis persepsi kita dan ini dapat direalisasikan oleh pengalaman kita. Jadi, kami pikir pengalaman dan cara induktif ini akan dipimpin oleh intelegensi (Rahmatian dan Zarekar, 2016: 254).
Sistem sosial dari model pembelajaran IBC meliputi: 1) kegiatan siswa yang diutamakan dalam pembentukan konsep adalah mengidentifikasi manfaat pembelajaran materi dimensi tiga secara individu, 2) menjawab pertanyaan terbimbing, mengoperasikan Cabri 3D, memanipulasi objek, dan melakukan perhitungan manual secara berkelompok, 3) mendiskusikan temuan secara berkelompok, 4) keterampilan siswa yang diharapkan muncul adalah mengorganisir data dan penggunaan intuisi pemecahan masalah, dan 5) kegiatan siswa setelah diskusi kelompok adalah mengerjakan latihan soal secara pribadi sebagai upaya penerapan prinsip (Wulandari, dkk., 2016 : 697).
               Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sistem sosial ini menandakan adanya hubungan terjalin antara siswa dengan guru pada saat proses pembelajaran menggunakan model induktif dilakukan. Model induktif menuntut agar terjadi hubungan yang kooperatif antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam model induktif tersebut guru dituntut berperan sebagai mediator, motivator, dan fasilitator serta mengontrol jalannya proses pembelajaran agar tidak menyimpang dari tujuan semula (Warsiman, 2016 : 58).
Sistem pendukung dari sintaks model pembelajaran IBC adalah model pembelajaran yang dikembangkan melibatkan siswa dalam aktivitas penemuan, dan diskusi kelompok, sehingga diharapkan mampu mendorong kepercayaan diri siswa untuk menyampaikan ide dan gagasan, bersikap kritis, dan mengembangkan intuisi pemecahan masalah siswa. Sedangkan komponen pendukung model pembelajaran ini adalah komputer/laptop, software, 3D, dan LCD (Wulandari, dkk., 2016 : 697).
2.1.2 Tujuan Model Pembelajaran Induktif
            Model pembelajaran induktif dirancang dan dikembangkan oleh Hilda Taba dengan tujuan untuk mendorong para siswa menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep, membuat siswa lebih terampil dalam menyingkap dan mengorganisasikan informasi, dan dalam melakukan pengetesan hipotesis yang melukiskan hubungan antar hal (Sakdiah, 2017:69).
            Model pembelajaran induktif ditujukan untuk membangun mental kognitif, karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Namun demikian, strategi ini banyak membutuhkan informasi yang harus digali oleh siswa. Kelebihan dari model ini selain sangat sesuai untuk social study, juga dapat digunakan untuk semua mata pelajaran, seperti sains, bahasa, dan lain-lain (Sirait dan Sihombing, 2017:40).
            Pembelajaran model induktif dirancang untuk mengembangkan keterampilan berpikir anak. Untuk dapat mengembangkan keterampilan tersebut, proses pembelajaran dilakukan melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan  yang memungkinkan siswa terpancing melakukan aktivitas dan kreativitas berpikir. Selain itu,  pertanyaan-pertanyaan tersebut juga dimaksudkan untuk memastikan penguasaan anak terhadap topik-topik yang dibicarakan. Pembelajaran model induktif juga dirancang untuk mengajarkan siswa berpikir kritis. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dalam proses pembelajaran ini dapat memancing siswa mengeluarkan ide-idenya. Kebiasaan yang kooperatif tersebut memungkinkan anak terlatih berpikir secara sistematis dan bekerja secara terformat (Warsiman, 2016:48).
            Menurut Moedjiono dan Dimyati dalam Warsiman (2017:26-27), pada awalnya, pembelajaran model induktif digagas oleh penemunya untuk mengajarkan suatu pengertian dan cara membentuk pengertian. Oleh karena itu, secara tidak langsung pembelajaran model ini akan memperhatikan kecermatan dan kepekaan bahasa, aturan berpikir dan logika, serta kesadaran tentang sifat-sifat pengetahuan.
            Model induktif dapat digunakan untuk mendesain unit-unit yang ekstensif dan luas atau pelajaran-pelajaran singkat yang terkonsentrasi atau berbagai pelajaran pendek (Joyce, dkk., 2016:78).
            Menurut Joice dan Weil dalam Warimun dan Murwaningsih (2015:106), model berpikir induktif digunakan untuk meningkatkan efektivitas siswa dalam membangun konsep, dan mengembangkan keterampilan untuk menyelesaikan tugas.
            The teachers and administrators in this district focused on improving the quality of writing of their students by using the inductive model of teaching to help students explore the techniques used by published authors to accomplish such tasks as introducing characters, establishing settings and describing action. The inductive model leads students to collect information and examine it closely, to organize the information into concepts and to learn to manipulate those concepts used regularly, this strategy increases students abilities to form concepts efficiently and increases the range of perspectives from which they can view information (Joyce, et al., 2009:24-26).
Terjemahan :
               Para guru dan administrator di distrik ini berfokus pada peningkatan kualitas penulisan siswa mereka dengan menggunakan model pengajaran induktif untuk membantu siswa mengeksplorasi teknik yang digunakan oleh penulis yang diterbitkan untuk menyelesaikan tugas-tugas seperti memperkenalkan karakter, menetapkan pengaturan dan menjelaskan tindakan. Model induktif mengarahkan siswa untuk mengumpulkan informasi dan memeriksa dengan seksama, untuk mengatur informasi ke dalam konsep dan belajar memanipulasi konsep-konsep yang digunakan secara teratur, strategi ini meningkatkan kemampuan siswa untuk membentuk konsep secara efisien dan meningkatkan jangkauan perspektif dari mana mereka dapat melihat informasi (Joyce, dkk., 2009: 24-26).
               The picture word inductive model can be used to teach phonics and spelling both inductively and explicitly. However, the model is designed to capitalize on children’s ability to think inductively. While the picture word inductive model can be used to help students attain many of the language arts goals in our curriculum guidelines (Calhoun, 1999:21-56).
Terjemahan :
               Model induktif kata gambar dapat digunakan untuk mengajarkan fonik dan ejaan baik secara induktif dan eksplisit. Namun, model ini dirancang untuk memanfaatkan kemampuan anak-anak untuk berpikir secara induktif. Sementara model induktif kata gambar dapat digunakan untuk membantu siswa mencapai banyak tujuan seni bahasa dalam pedoman kurikulum (Calhoun, 1999:21-56).
               The inductive teaching model is a powerful way of helping students to learn how to construct knowledge. The model focuses directly upon intelectual capability and is intended to assist students in the process of mastering large amounts of information. The inductive method allows students to understand a variety of classifications in a structured way that includes a variety of teaching techniques within one method (Hopkins and Harris, 2012:36).
Terjemahan :
               Model pengajaran induktif adalah cara yang ampuh untuk membantu siswa belajar cara membangun pengetahuan. Model ini berfokus langsung pada kemampuan intelektual dan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam proses menguasai sejumlah besar informasi. Metode induktif memungkinkan siswa untuk memahami berbagai klasifikasi dengan cara terstruktur yang mencakup berbagai teknik pengajaran dalam satu metode (Hopkins dan Harris, 2012:36).
Inductive teaching is one way to help students learn to use the fundamental concepts for problem solving focusing on cases that students could work on to help develop an understanding of the phenomenon before a principle is introduced. To be effective in this method hands-on experience is essential. However, today’s teaching and learning process needs much more flexibility and use of different medium (Sell, et al., 2014:12).
Terjemahan :
               Pengajaran induktif adalah salah satu cara untuk membantu siswa belajar menggunakan konsep dasar untuk pemecahan masalah yang berfokus pada kasus-kasus yang dapat dikerjakan siswa untuk membantu mengembangkan pemahaman tentang fenomena sebelum sebuah prinsip diperkenalkan. Agar metode ini efektif, pengalaman langsung sangat penting. Namun, proses pengajaran dan pembelajaran hari ini membutuhkan lebih banyak fleksibilitas dan penggunaan media yang berbeda (Sell, dkk., 2014: 12).
               
 
2.1.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Induktif
            Menurut Aprilianti dan Sugiarto (2014:248) terdapat empat tahapan dalam model pembelajaran induktif, yaitu : Tahap Tahap Terbuka (Open-Ended Phase), Tahap Konvergen (Convergent Phase), Tahap Penutupan (Closure), dan Aplikasi (Penerapan / Application). Didalam tahap-tahap model pembelajaran induktif terdapat tahapan yang mencerminkan aspek keterampilan metakognitif, yaitu : Fase 1 Tahap Terbuka (Open-Ended Phase), dalam Induktif dapat dipadukan dengan tahap perencanaan (planning) pada strategi metakognitif yang ditandai dengan observasi dan deskripsi. Dimulai dengan menunjukkan contoh-contoh kepada siswa sehingga siswa berpikir dan menulis apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Fase 2 Tahap Konvergen (Convergent Phase), dalam Induktif dapat dipadukan dengan tahap pemonitoran (monitoring) pada strategi metakognitif yakni untuk mencapai tujuan belajar guru membimbing siswa untuk mengidentifikasi atau mengenal pola-pola dalam contoh menggunakan beberapa pertanyaan dengan mengecek proses pemecahan masalah dengan tujuan belajar. Fase 3 dan Fase 4, Tahap Penutupan (Closure) dan Aplikasi (Application), dalam Induktif dapat dipadukan dengan tahap pengevaluasian (Evaluation) pada strategi metakognitif yakni Mengecek tujuan belajar apakah sudah tercapai semua dengan guru membimbing siswa secara jelas dan tegas pola-pola dalam suatu definisi dan Melakukan penilaian apakah strategi belajar yang digunakan dapat diterapkan dalam konteks lain dengan guru memberikan tugas pekerjaan rumah dalam bentuk soal lain berhubungan dengan materi yang diajarkan. Hal ini menunjukkan bahwa Model pembelajaran induktif dapat membangun kemampuan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan mampu mengembangkan keterampilan metakognitif siswa.
Menurut Warimun dan Murwaningsih (2015:106) adapun langkah-langkah model pembelajaran induktif Taba adalah: 1) pembentukan konsep, 2) interpretasi data, dan 3) aplikasi prinsip. Sedangkan kegiatan pada tahap pembentukan kosep adalah mengidentifikasi dan menyebutkan satu persatu data yang relevan pada suatu topik atau masalah serta mengelompokkan objek-objek menjadi kategori-kategori yang anggotanya memiliki sifat yang umum.
Menurut Lefudin (2017: 176-177) Taba membedakan tiga strategi berpikir induktif, yaitu: pembentukan konsep, interprestasi data, dan aplikasi prinsip. Ketiga strategi tersebut dapat digunakan secara terpisah, tetapi dapat juga digunakan secara berkelanjutan sehingga membentuk satu keutuhan.
Langkah-langkah:
a.       Strategi pertama: Pembentukan konsep
1)      Mengidentifikasi dan mencatat fakta, data, informasi.
2)      Mengelompokkan: melihat persamaan dan membedakan karakterisrtik (ciri,sifat)
3)      Memberi label, mengurutkan: mana konsep utama dan mana bagian.
b.      Strategi kedua: interprestasi data
1)      Mengidentifikasi hubungan penting: mencatat macam-macam hubungan
2)      Mengkaji hubungan: hubungan antar bagian, hubungan fungsi, hubungan sebab-akibat.
3)      Menyimpulkan: memberi penafsiran, menarik kesimpulan, implikasi, ekstrapolasi.
c.       Strategi ketiga: mengaplikasikan prinsip-prinsip
1)      Memperkirakan akibat, menjelaskan fenomena, merumuskan hipotesis, menganalisis masalah atau situasi, menghimpun pengetahuan yang relevan.
2)      Menegaskan dan atau menjelaskan prediksi dan hipotesis, menjelaskan hubungan sebab akibat yang mengarah pada prediksi dan hipotesis.
3)      Memverifikasi prediksi, menggunakan fakta atau prinsip-prinsip untuk membuktikan prediksi dan hipotesis.
Menurut Moedjiono dan Dimyati dalam Warsiman (2017:26-28), model berpikir induktif hubungan dengan pembelajaran setidaknya memiliki tiga strategi, yaitu: 1) pembentukan pengertian atau pembentukan konsep. Pada fase ini langkah pembelajaran yang ditempuh adalah mengenalkan masalah dan menguraikan masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Kemudian, mengelompokkan fakta-fakta yang serupa dan tidak serupa menjadi suatu kumpulan. Selanjutnya, adalah menentukan susunan fakta tersebut secara hierarkis. 2) interprestasi data. Pada fase ini langkah pembelajaran dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang rincian fakta dan hubungan antar fakta, lalu menerangkan hal-hal yang ada hubungannya dengan dukungan pada perkiraan atau hipotesis dan ramalan, dan berikutnya adalah memeriksa ramalan; 3) penerapan prinsip. Pada fase ini langkah pembelajaran yang diambil adalah membuat perkiraan atau hipotesis dan meramalkan akibat-akibat bila pemecahan dilakukan. Kegiatan berikutnya adalah menerangkan hal-hal yang ada hubungannya dengan dukungan pada perkiraan atau hipotesis dan ramalan tersebut, dan yang terakhir adalah pemeriksaan ramalan.
Secara terperinci, Moedjiono dan Dimyati mengfurai ketiga tahap tersebut dalam langkah penting sebagai berikut:
1.      Tahap pembentukan pengertian, (a) mengenalkan masalah dan menguraikan masalah menjadi bagian yang lebih kecil; (b) mengelompokkan fakta-fakta yang serupa dan tidak serupa menjadi suatu kumpulan; (c) menentukan sususan fakta tersebut secara hierarkis.
2.      Tahap interprestasi data, (a) mengenal rincian fakta dan hubungan antarfakta; (b) menentukan sebab akibat; (c) menarik kesimpulan.
3.      Tahap penerapan prinsip; (a) membuat perkiraan atau hipotesis dan meramalkan akibat-akibat bila pemecahan dilakukan; (b) menerapkan hal-hal yang ada hubungannya dengan dukungan pada perkiraan atau hipotesis dan ramalan.
Menurut  Sani (2015:109-110) model pembelajaran berpikir induktif yang dideskripsikan oleh Joyce dan Weil merupakan variasi dari model pembelajaran induktif, yang hanya memperkenalkan tiga tahapan, yakni: (a) pembentukan konsep; (b) interprestadi data; dan (c) aplikasi prinsip. Sintaks pembelajaran berpikir induktif menurut Joyce dan Weil adalah sebagai berikut:
Sintaks
Strategi satu: Pembentukan Konsep
Fase 1  : membilang dan membuat daftar
Fase 2  : membuat kelompok
Fase 3 : membuat label dan kategori
Strategi dua: Menginterprestasi data
Fase 4  : mengidentifikasi hubungan
Fase 5  : mengeksplorasi hubungan
Fase 6  : membuat inferensi
Strategi tiga: mengaplikasikan prinsip
Fase 7  : memprediksi konsekuensi, menjelaskan fenomena, membuat hipotesis.
Fase 8  : menjelaskan dan mendukung prediksi dan hipotesis
Fase 9 : membuktikan prediksi
            Menurut Joyce, dkk (2016:82-84), terdapat beberapa fase-fase model induktif, antara lain:
Fase satu: mengidentifikasi domain
            Untuk memulai penelitian tertentu, kita membimbing para siswa kea rah informasi yang secara konseptual terkait. Dengan demikian, kita menciptakan-atau membantu mereka menciptakan-wilayah atau arena studi yang terkonsentrasi. Kita menyebut wilayah ini sebagai domain untuk penelitian. Domain membentuk batas-batas tersebut dapat didefinisikan secara geografis (“Marilah kita pelajari segala hal di pusat kota”); batas-batas tersebut dapat diseleksi dari domain dalam disiplin akademik (sistem-sistem ekonomi dari semua bangsa, sistem politik negara-negara Asia, puisi-puisi yang ditulis tahun lalu oleh kaum perempuan China); batas-batas dapat diperoleh dari karya siswa (“Kita perlu belajar mengorganisasikan gagasan-gagasan secara lebih jelas dalam bagian-bagian informasi kita”). batas-batas bisa sangat luas, seperti mamalia yang hidup di Amerika Utara saat ini, atau cukup sempit, seperti perangkat sastra spesifik seperti personifikasi dan bayangan (foreshadowing). Domain bisa bersifat pragmatic dan dapat dengan segera di aplikasikan seperti ketika anak-anak yang sama kemudian mempelajari ajaran-ajaran agama dunia.
Fase dua: mengumpulkan dan menghitung data
Mengumpulkan data
            Terus menjalankan penelitian, kita membimbing para siswa ke arah informasi yang membentuk sebuah domain atau dalam domain atau wilayah tertentu. Kita dapat memulainya dengan menampilkan informasi untuk mereka atau membantu mereka atau menggabungkan atau menghasilkan data, karena operasi induktif melibatkan penyusunan data, memisahkannya, dan menyusun kembali dalam pencarian gagasan. Dengan demikian, pengumpulan data berlangsung awal, dan data baru dapat ditambahkan atau dibuang ketika penelitian berjalan.
            According Billing (2013:50) inductive thinking model provides backbone to the social sciences curriculum and is based on the work of Taba (1967), a curriculum theorist. Taba concludes that thinking skills should be taught using specific teaching strategies designed for those thinking skills. Furthermore, these strategies need to be used sequentially because one thinking skill builds on the other. The main focus of the model is to develop the mental abilities and give emphasis on concept formation. This involves cognitive tasks in concept formation. This involves cognitive tasks in concept formation. (Mehra 2010, p.187). Taba identifies three inductive thinking tasks and then develops three teaching strategies to induce those tasks. Each task represents a stage in the inductive thinking process as Taba describes it. The first is concept formation (the basic teaching strategy), the second is interpretation of data, and the third is the application of principles. Concept Formation involves (a) identifying and enumerating the data that are relevant to a problem; (b) grouping those items according to some basis of similarity; and (c) developing categories and labels for the groups. Taba’s second teaching strategy (interpretation of data) is built around the mental operations she refers to as interpreting, inferring, and generalizing.The third cognitive task around which Taba builds a teaching strategy is that of applying principles to explain new phenomena (predicting consequences from conditions that have been established). In all the nine phases, the classroom climate is conducive to learning and is cooperative. Taba provides the teacher with clear guidelines for reacting and responding within each phase. Teacher’s job is to help the students in dealing with more complex data and information. Taba designed this model to create inductive thinking among learners.
Terjemahan:
Menurut Billing  (2013: 50) model pemikiran induktif memberikan tulang punggung ke kurikulum ilmu sosial dan didasarkan pada karya Taba (1967), seorang ahli teori kurikulum. Taba menyimpulkan bahwa keterampilan berpikir harus diajarkan menggunakan strategi pengajaran khusus yang dirancang untuk keterampilan berpikir tersebut. Lebih jauh lagi, strategi ini perlu digunakan secara berurutan karena salah satu keterampilan berpikir dibangun di atas yang lain. Fokus utama dari model ini adalah mengembangkan kemampuan mental dan memberi penekanan pada pembentukan konsep. Ini melibatkan tugas-tugas kognitif dalam pembentukan konsep. Ini melibatkan tugas-tugas kognitif dalam pembentukan konsep. Taba mengidentifikasi tiga tugas pemikiran induktif dan kemudian mengembangkan tiga strategi pengajaran untuk menginduksi tugas-tugas itu. Setiap tugas merupakan tahap dalam proses berpikir induktif seperti yang dijelaskan Taba. Yang pertama adalah pembentukan konsep (strategi pengajaran dasar), yang kedua adalah interpretasi data, dan yang ketiga adalah penerapan prinsip. Pembentukan Konsep meliputi (a) mengidentifikasi dan menyebutkan data yang relevan dengan suatu masalah; (b) mengelompokkan barang-barang tersebut berdasarkan beberapa kesamaan; dan (c) mengembangkan kategori dan label untuk kelompok. Strategi pengajaran kedua Taba (interpretasi data) dibangun di sekitar operasi mental yang ia sebut sebagai menafsirkan, menyimpulkan, dan generalisasi. Tugas kognitif ketiga di mana Taba membangun strategi pengajaran adalah menerapkan prinsip-prinsip untuk menjelaskan fenomena baru (memprediksi konsekuensi dari kondisi yang telah ditetapkan). Dalam semua sembilan fase, iklim kelas kondusif untuk belajar dan bersifat kooperatif. Taba memberi guru panduan yang jelas untuk bereaksi dan merespons dalam setiap fase. Tugas guru adalah membantu siswa dalam menangani data dan informasi yang lebih kompleks. Taba merancang model ini untuk menciptakan pemikiran induktif di antara para pelajar.
     Menurut Taba dalam Sakdiah (2017:69) mengindentifikasi tiga tugas berpikir induktif dan kemudian mengembangkan tiga strategi mengajar untuk menyelesaikan tugas tersebut. Setiap tugas merupakan tahap dalam proses berpikir induktif. Pertama adalah pem-bentukan konsep (strategi pengajaran dasar), kedua adalah interpretasi data, dan yang ketiga adalah penerapan prinsip-prinsip. Tahap ini mencakup (1) mengidentifikasi dan menyebut-kan satu persatu data yang relevandengan mas-alah, (2) mengelompokkan item berdasarkan kesamaan, dan (3) mengembangkan kategori dan label untuk kelompok. Untuk melibatkan para siswa dalamkegiatan ini, Taba mencipta-kan pembelajaran bergerak dalam bentuk per-tanyaan.Tujuandari strategi ini adalah untuk mendorong siswa memperluas sistem konsep-tual dengan caramemproses informasi guna memahami konsep model mengajar berpikir induktif dapat diuraikan dengan me-memperhatikan sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung bagi keterlaksanana-nya, dan keterlaksanaan model tersebut dalam mengajar. Model tersebut meggunakan tiga st-rategi yang satu sama lain berurutan dan saling berketergantungan satu sama lainnya. Dampak instruksional dari model pembelajaran berpikir induktif adalah proses melatih siswa dalam membentuk konsep, dan sekaligus mengajar-kan konsep-konsep. Sedangkan, dampak pe-ngiringnya adalah membentuk perhatian siswa untuk fokus pada logika, bahasa dan arti kata-kata dan sifat pengetahuan.
Menurut Sirait dan Sihombing (2017:40) model pembelajaran induktif mempunyai tiga strategi yang terbagi ke dalam empat tahap yaitu: Tahap satu: Mengidentifikasi dan menghitung data yang relevan dengan topik atau masalah. Tahap dua: Mengelompokkan objek-objek ini menjadi kategori-kategori yang anggotanya memiki sifat umum. Tahap tiga: Menafsirkan data dan mengembangkan label untuk kategori-kategori tadi sehingga data tersebut bisa dimanipulasi secara simbolis. Tahap empat: mengubah kategori-kategori menjadi keterampilan atau hipotesis-hipotesis.
Menurut Sardiman dan Dian Anggriani dalam Hasriani (2012:218-219), mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan model induktif secara garis besarnya terdiri dari empat tahap yaitu:
1.        Prainstruksional: Tahap prainstruksional ini dalam mengajar induktif pada dasarnya sama dengan model-model mengajar yang lainnya. Tujuan tahap ini adalah menumbuhkan atau mengkodisikan kesiapan atau motivasi belajar peserta didik.
2.        Instruksional: Ada empat kegiatan yang harus di tempuh dalam proses pembelajaran induktif, yaitu:
a. Informasi bahan pengajaran yakni apa yang dipelajari peserta didik berkenaan dengan bahan pengajaran secara umum bahan pengajaran secara umum terdiri dari fakta, konsep dan prinsip.
b. Setelah dilakukan informasi umum, kelas atau peserta didik dibawa keluar kelas atau laboratorium untuk mengamati fakta, gejala dan peristiwa yang berkenaan dengan konsep bahan pengajaran. Peserta didik diminta mencatat apa yang dilihatnya. Pendidik menentukan hal-hal apa saja yang harus diamati dan dicatat oleh peserta didik yang mengamatinya.
c. Diskusi kelas membahas pengamatan lapangan. Dalam tahap ini setiap peserta didik mengemukakan pendapatnya berdasarkan apa yang telah diamati dan dicatat pada waktu melakukan kunjungan ke luar kelas atau laboratorium dan hasil bacaannya. Pendidik dalam hal ini memperkaya hasil pengamatan dengan cara merumuskan konsep dan prinsip berdasarkan bahan pengajaran dihubungkan dengan hasil pengamatan peserta didik.
d. Menarik kesimpulan berupa perumusan konsep dan prinsip bahan pengajaran untuk dicatat oleh para peserta didik. Rumusan konsep dalam konsep tersebut berdasarkan materi pokok atau materi esensial, pelajaran yang telah dipelajari di lapangan dan didiskusikan oleh para peserta didik di kelas.
3.        Evaluasi: Penilaian proses pembelajaran dalam model mengajar ini meliputi proses belajar dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Penilaian proses dilaksanakan para peserta didik yang mengamati fakta, peristiwa atau gejala di lapangan dan di laboratorium, pada saat peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan lapangan atau laboratorium melalui pedoman observasi. Setelah evaluasi dilakukan , pendidik dan peserta didik sama-sama menyimpulkan hasil-hasil pembelajaran kemudian peserta didik mencatatnya.
4.        Tindak lanjut: Tindak lanjut proses pembelajaran adalah memberikan tugas untuk mengamati fakta, peristiwa, gejala dan proses sejenis di lingkungan pengamatan tersebut dicatat dan dilaporkan pada pertemuan berikutnya.. Tugas ini diberikan secara invidual.
            Menurut Warsiman (2016:47-48) model induktif jika dihubungan dengan proses pembelajaran setidaknya memiliki tiga strategi. Ketika strategi tersebut yaitu: 1) pembentukan pengertian atau pembentukan konsep. Pada fase ini langkah pembelajaran yang ditempuh adalah mengenalkan masalah dan menguraikan masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Kemudian, mengelompokkan fakta-fakta yang serupa dan tidak serupa menjadi suatu kumpulan. Selanjutnya, adalah menentukan susunan fakta tersebut secara hierarkis. 2) interprestasi data.pada fase ini langkah pembelajaran dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang rincian fakta dan hubungan antarfakta, lalu menerangkan hal-hal yang ada hubungannya dengan dukungan pada perkiraan atau hipotesis dan ramalan, dan berikutnya adalah memeriksa ramalan; 3) penerapan prinsip. Pada fase ini langkah pembelajaran yang diambil adalah membuat perkiraan hipotesis dan meramalkan akibat-akibat bila pemecahan dilakukan. Kegiatan berikutnya adalah menerangkan hal-hal yang ada hubungannya dengan dukungan dukungan pada perkiraan atau hipotesis dan ramalan tersebut, dan yang terakhir adalah pemeriksaan ramalan.
            According Hopkins and Harris (2012:37-28) the inductive teaching model follows a sequence of six phases. In the first phase students are presented with data sets and required to sort the data into categories. The data sets are derived from a subject area and are intended to facilitate learning about a particular topic or theme. The data sets can be assembled by the teacher in advance of the lesson or collected by the student with guidance from the teacher. If assembled by the teacher, the data sets will be prepared with certain concepts in mind. To engage students in this model teachers need to begin by presenting data sets to them and in subsequent lessons encouraging students to create and generate their own data sets. It is important that students have experience of the inductive model in all its phases and have success in learning with this model before embarking upon more sophisticated and complicated data sets.
Phase one: Identify the domain
·         Establish the focus and boundaries of the initial inquiry
·         Clarify the long-term objectives
Phase two: Collect, Present and enumerate data
·         Assemble and present the initial data set
·         Enumerate and label the items of data
Phase three: Examine data
·         Thoroughly study the items in the data set and identify their attributes
Phase four: Form concepts by classifying
·         Classify the items in the data set and share the results
·         Add data to the set
·         Reclassification accours, possibly many times
Phase five: Generate and test hypotheses
·         Examine the implications of differences between categories
·         Classify categories, as appropriate
·         Reclassify in two-way matrices, as well as by correlations, as appropriate
Phase six: Consolidate and transfer
·         Search for additional items of data in resource material
·         Synthesize by writing about the domain, using the categories
·         Convert categories into skills
·         Test and consolidate skills throught practice and application.
Terjemahan:
Menurut Hopkins dan Harris (2012: 37-28) model pengajaran induktif mengikuti urutan enam fase. Pada tahap pertama siswa disajikan dengan set data dan diminta untuk mengurutkan data ke dalam kategori. Set data berasal dari area subjek dan dimaksudkan untuk memfasilitasi pembelajaran tentang topik atau tema tertentu. Set data dapat dikumpulkan oleh guru sebelum pelajaran atau dikumpulkan oleh siswa dengan bimbingan dari guru. Jika dirakit oleh guru, set data akan disiapkan dengan konsep-konsep tertentu dalam pikiran. Untuk melibatkan siswa dalam model ini, guru perlu memulai dengan menyajikan set data kepada mereka dan dalam pelajaran berikutnya mendorong siswa untuk membuat dan membuat kumpulan datanya sendiri. Adalah penting bahwa siswa memiliki pengalaman model induktif dalam semua fase dan berhasil dalam belajar dengan model ini sebelum memulai set data yang lebih rumit dan rumit.
Fase satu: Identifikasi domain
·         Tetapkan fokus dan batasan dari pertanyaan awal
·         Perjelas tujuan jangka panjang
Fase dua: Kumpulkan, Sajikan, dan enumerasi data
·         Merakit dan menyajikan set data awal
·         Sebutkan dan beri label item data
Fase ketiga: Periksa data
·         Benar-benar mempelajari item dalam kumpulan data dan mengidentifikasi atributnya
Fase keempat: Bentuk konsep dengan mengelompokkan
·         Klasifikasikan item dalam kumpulan data dan bagikan hasilnya
·         Tambahkan data ke set
·         Reklasifikasi akselerasi, mungkin berkali-kali
Fase kelima: Hasilkan dan uji hipotesis
·         Periksa implikasi perbedaan antar kategori
·         Klasifikasikan kategori, yang sesuai
·         Reklasifikasi dalam matriks dua arah, serta dengan korelasi, yang sesuai
Fase Keenam: Konsolidasi dan transfer
·         Cari item tambahan data dalam bahan sumber
·         Mensintesis dengan menulis tentang domain, menggunakan kategori
·         Ubah kategori menjadi keterampilan
·         Uji dan konsolidasi keterampilan melalui praktek dan aplikasi.

2.1.4 Dampak Model Pembelajaran Induktif 
               Guna memahami konsep model mengajar berpikir induktif dapat diuraikan dengan mememperhatikan sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung bagi keterlaksanaannya, dan keterlaksanaan model tersebut dalam mengajar. Model tersebut meggunakan tiga strategi yang satu sama lain berurutan dan saling berketergantungan satu sama lainnya. Dampak instruksional dari model pembelajaran berpikir induktif adalah proses melatih siswa dalam membentuk konsep, dan sekaligus mengajarkan konsep-konsep. Sedangkan, dampak pe-ngiringnya adalah membentuk perhatian siswa untuk fokus pada logika, bahasa dan arti kata-kata dan sifat pengetahuan (Sakdiah, 2017:69).
               Menurut Moedjiono dan Dimyati dalam Warsiman (2016:49-50), model pembelajaran induktif juga memperhatikan dampak pengiring yang menyertai. Dampak pengiring yang dimaksud adalah kecermatan atau kepekaan bahasa, aturan berpikir atau logika, dan kesadaran tentang sifat-sifat pengetahuan. Dampak pengajaran dalam model berpikir induktif adalah proses pembentukan pengertian, pengertian-pengertian khusus, dan perhatian pada aturan berpikir dan logika. Sedangkan dampak pengiring dalam model berpikir induktif adalah kecermatan dan kepekaan bahasa, serta kesadaran tentang sifat pengetahuan.
               Menurut Joyce dan Weil dalam Sani (2015:110), dampak dari model pembelajaran induktif terbagi menjadi 2, yaitu dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional dapat berupa proses pembentukan konsep, dan konsep tertentu. Sedangkan dampak pengiring dapat berupa perhatian terhadap logika, sensitif terhadap bahasa, dan kesadaran akan karakteristik dasar pengetahuan.
 
2.2 Kajian Kritis
Pembelajaran Induktif merupakan suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari hal yang bersifat khusus menuju hal yang bersifat umum. Sedangkan model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tetapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Pada model pembelajaran induktif, guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang telah diberikan. Model pembelajaran induktif ini dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model pembelajaran berpikir induktif (inductive thinking) juga dikembangkan atas dasar konsep proses mental siswa dengan memperhatikan proses berpikir siswa untuk menangani informasi dan menyelesaikannya. Atas dasar cara berpikir induktif tersebut, model pembelajaran ini menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu proses kemudian mengambil kesimpulan.
Model pembelajaran induktif ditujukan untuk mendorong para siswa menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep, membuat siswa lebih terampil dalam menyingkap dan mengorganisasikan informasi, dan dalam melakukan pengetesan hipotesis yang melukiskan hubungan antar hal. Model pembelajaran induktif juga ditujukan untuk membangun mental kognitif, karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Namun demikian, strategi ini banyak membutuhkan informasi yang harus digali oleh siswa. Selain itu, pembelajaran model induktif dirancang untuk mengembangkan keterampilan berpikir anak. Untuk dapat mengembangkan keterampilan tersebut, proses pembelajaran dilakukan melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan  yang memungkinkan siswa terpancing melakukan aktivitas dan kreativitas berpikir.
Taba membedakan tiga strategi berpikir induktif, yaitu: pembentukan konsep, interprestasi data, dan aplikasi prinsip. Ketiga strategi tersebut dapat digunakan secara terpisah, tetapi dapat juga digunakan secara berkelanjutan sehingga membentuk satu keutuhan.
Langkah-langkah:
Strategi pertama: Pembentukan konsep
-          Mengidentifikasi dan mencatat fakta, data, informasi.
-          Mengelompokkan: melihat persamaan dan membedakan karakterisrtik (ciri,sifat)
-          Memberi label, mengurutkan: mana konsep utama dan mana bagian.
Strategi kedua: interprestasi data
-          Mengidentifikasi hubungan penting: mencatat macam-macam hubungan
-          Mengkaji hubungan: hubungan antar bagian, hubungan fungsi, hubungan sebab-akibat.
-          Menyimpulkan: memberi penafsiran, menarik kesimpulan, implikasi, ekstrapolasi.
Strategi ketiga: mengaplikasikan prinsip-prinsip
-          Memperkirakan akibat, menjelaskan fenomena, merumuskan hipotesis, menganalisis masalah atau situasi, menghimpun pengetahuan yang relevan.
-          Menegaskan dan atau menjelaskan prediksi dan hipotesis, menjelaskan hubungan sebab akibat yang mengarah pada prediksi dan hipotesis.
-          Memverifikasi prediksi, menggunakan fakta atau prinsip-prinsip untuk membuktikan prediksi dan hipotesis.
               Dampak dari model pembelajaran induktif terbagi menjadi 2, yaitu dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional dapat berupa proses pembentukan konsep, dan konsep tertentu. Sedangkan dampak pengiring dapat berupa perhatian terhadap logika, sensitif terhadap bahasa, dan kesadaran akan karakteristik dasar pengetahuan. Selain itu, dampak instruksional dari model pembelajaran berpikir induktif juga dapat berupa proses melatih siswa dalam membentuk konsep, dan sekaligus mengajarkan konsep-konsep. Sedangkan, dampak pengiringnya dapat berupa membentuk perhatian siswa untuk fokus pada logika, bahasa dan arti kata-kata dan sifat pengetahuan.




BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tetapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Model pembelajaran induktif ini dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Pada model pembelajaran induktif, guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang telah diberikan.
2.      Model pembelajaran induktif bertujuan untuk mendorong para siswa menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep, membuat siswa lebih terampil dalam menyingkap dan mengorganisasikan informasi, serta untuk membangun mental kognitif.
3.      Langkah-langkah dalam model pembelajaran induktif terbagi menjadi 3, yaitu pembentukan konsep, interprestasi data, dan aplikasi prinsip.
4.      Dampak dari model pembelajaran induktif terbagi menjadi 2, yaitu dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional dapat berupa proses melatih siswa dalam membentuk konsep, dan sekaligus mengajarkan konsep-konsep. Sedangkan, dampak pengiringnya dapat berupa membentuk perhatian siswa untuk fokus pada logika, bahasa dan arti kata-kata dan sifat pengetahuan.
 
3.2 Saran
Sebagai penulis, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk penulisan makalah kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Aprilianti, Nur Faida Fitri dan Sugiarto, Bambang. 2014. Penerapan Model            Pembelajaran Induktif untuk Melatih Keterampilan Metakognitif Siswa      Pada Materi Larutan Penyangga. Journal of Chemical Education. Vol 3. No. 2. ISSN : 2252-9454.
Billing, Harneet. 2013. Effect of Inductive Thinking Model on Achievement Motivation of Students in Relation to their Learning Approach.        International Journal of Education & Physchological Research (IJEPR).     Vol 2. Issue 4.
Birnbaum, Lawrence A. 1993. Machine Learning Proceedings of The Tenth            International Conference. USA : Morgan Kaufmann, Inc.
Calhoun, Emily F. 1999. Teaching Beginning Reading and Writing With The           Picture Word Inductive Model. USA : ASCD.
Dell’Olio, Jeanine and Donk, Tony. 2007. Models of Teaching: Connecting            Student Learning With Standards. United Kingdom : Sage Publications,      Inc.
Halimsyah, Nurul Utami. 2017. Pengaruh Penerapan Model Induktif terhadap       Hasil Belajar Biologi Siswa di Kelas X MIPA SMA Negeri 1          Sungguminasa. Jurnal Biotek. Vol 5. No. 1.
Hamidun, Nazifah, et al. 2014. Implementation of Inductive Model in English         Language Teaching to Empower Students’ Writing in Tertiary Education.    Frontiers of Language and Teaching. Vol 5.
Hasriani. 2012. Peranan Model Pembelajaran Berpikir Induktif Terhadap Hasil      Belajar Fisika Peserta Didik Kelas VII A SMP Aksara Bajeng. JPF. Vol 2.            No 3. ISSN : 2302-8939.
Hopkins, David and Harris, Alma. 2012. Creating The Conditions for Teaching      and Learning. New York : Routledge Taylor & Francis Group.
Joyce, Bruce, dkk. 2009. Models of Learning Tools for Teaching. England : Open University Press.
Joyce, Bruce, dkk. 2016. Models of Teaching Edisi Kesembilan. Yogyakarta :         Pustaka Pelajar.
Lefudin. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Deepublish.
Listyaningrum, Rahmawati Ika, dkk. 2012. Penerapan Model Pembelajaran          Inductive Thinking  Berbasis Keterampilan Proses Sains untuk       Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X.7 SMA             Negeri 2 Karanganyar  Tahun Pelajaran 2011/2012. Pendidikan Biologi.   Vol 4. No 1.
Prince, Michael and Felder, Richard. 2007.The Many Faces of Inductive Teaching and Learning. Journal of College Science Teaching. Vol 36. No 5.
Rahmatian, Rouhollah and Zarekar, Fatemeh. 2016. Inductive/Deductive Learning by Considering the Role of Gender—A Case Study of Iranian French-     Learners. International Education Studies. Vol 9. No 12. ISSN : 1913-   9020. E-ISSN : 1913-9039.
Sakdiah, Halimatus. 2017.  Pengaruh Model Pembelajaran Berfikir Induktif           (Inductive Thinking Model) terhadap  Aktivitas Belajar Siswa SMA.        Paidagogeo. Vol 2. No 4. ISSN : 2527-9696.
Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Sell, Raivo, et al. 2014. Inductive Teaching and Learning in Engineering     Pedagogy on the Example of Remote Labs. iJEP. Vol 4. Issue 4.
Sirait, Makmur dan Sihombing, Anju Efreddi. 2017.  Pengaruh Model        Pembelajaran Berpikir Induktif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada   Materi Pokok Optika Geometris. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan. Vol             23. No 1. P-ISSN : 0852-0151. E-ISSN : 2502-7182.
Sulastri, Lumbantoruan dan Ginting, Eva Marlina. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Induktif dengan Menggunakan Animasi Macromedia Flash    Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Kalor Siswa Kelas VII SMP Negeri 1          Pagaran T.A. 2013/2014. Jurnal Inpafi. Vol 2. No 3.
Warimun, Eko Swistoro dan Murwaningsih, Astuti. 2015. Model Pembelajaran     Induktif untuk             Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan          Generik Fisika Siswa SMA. Jurnal Penelitian & Pengembangan   Pendidikan Fisika. Vol 1. No 1. P-ISSN : 2461-0933. E-ISSN : 2461-1433.
Warsiman. 2017. Pengantar Pembelajaran Sastra: Sajian dan Kajian Hasil Riset.   Malang : UB Press.
Warsiman. 2016. Membumikan Pembelajaran Sastra yang Humanis. Malang : UB             Press.
Wulandari, dkk. 2016. Pengembangan Model Pembelajaran Induktif Berbantuan   Cabri 3D (IBC) yang Dapat Mengembangkan Intuisi Siswa SMA Dalam   Menyelesaikan Masalah Matematika Materi Dimensi Tiga. Jurnal             Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol 4. No 7. ISSN : 2339-1685.
Zulkiply, Norehan and Burt, Jennifer S. 2013. Inductive Learning: Does     Interleaving Exemplars Affect Long-Term Retention?. Malaysian Journal   of Learning and Instruction. Vol 10.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL INQUIRY

MAKALAH MODEL PBL (PROBLEM-BASED LEARNING)”

MAKALAH REMEDIAL