MAKALAH MODEL SYNECTIC

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
              Berpikir kreatif sering kali dianggap sebagai suatu pola pikir dan bakat khusus, sesuatu yang sepertinya sangat sulit kita capai. Padahal, tidak juga. Sinektik akan membawa seluruh siswa pada usaha pengembangan pola pikir metaforis – sebuah fondasi berpikir kreatif. Model ini terus mengalami perbaikan ketika kita lebih banyak belajar tentang bagaimana mengembangkan analogi untuk menghentikan rangkaian perangkat, memahami secara lebih baik, dan memecahkan masalah. Efek jangka panjang terjadi ketika para siswa belajar bagaimana menghasilkan ide – ide segar dan memecahkan masalah dalam kehidupannya di masa yang akan datang.
              Di sini kita menyampaikan proses - proses untuk mengajar siswa agar berpikir secara inovatif – untuk memisahkan perangkat dan menghasilkan solusi baru bagi masalah – masalah serta menggunakan analogi ketika memikirkan, menuliskan, dan menyajikan gagasan – gagasan. Dalam proses, siswa akan belajar untuk memberi tanda ungkapan metafora yang ditemui siswa ketika membaca dan mendengarkan.
              Istilah otak kiri atau left-brained (berurutan, logis, rasional) dan otak kanan atau right-brained (inovatif, tak terduga, bahkan eksentrik) sekarang banyak dipublikasikan. Para pakar neurologi masih belum sepenuhnya memahami apakah perbedaan tersebut merupakan akibat dari kerja otak itu sendiri, tetapi konsep – konsep tersebut bermanfaat. Dalam sinektik, kita akan memperhatikan model inovatif yang secara tak terduga menggunakan cara – cara otak kiri – kesempatan rasional – untuk menghasilkan gaya berpikir otak kanan. Siswa – siswa belajar untuk memikirkan tentang proses pemecahan masalah mereka dan mendapatkan ukuran kontrol metakognitif tentang bagaimana mereka memecahkan masalah seperti memahami bagaimana untuk memulai sebuah esai, mendekati konflik, atau mengatasi kebingungan. Selain itu, sinektik bersifat menyenangkan dan membangun empati, termasuk perasaan kehangatan dalam kelompok di dalam dan di luar sekolah.

1.2 Rumusan Masalah
              Sesuai dengan ruang lingkup masalah seperti yang telah dituangkan di atas, maka masalah pokok penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan model synectic?
2. Apakah dasar dari model pembelajaran synectic?
3. Bagaimanakah asumsi psikologis dalam model pembelajaran synectic?
4. Bagaimanakah cara melakukan pembelajaran dengan menggunakan model synectic?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan model synectic?

1.3 Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan model synectic.
2. Mengetahui dasar-dasar apa saja yang dipakai dalam model synectic.
3. Mengetahui bagaimana asusmsi psikologis dalam model pembelajaran synectic.
4. Mengetahui bagaimana cara melakukan pembelajaran dengan menggunakan model synectic.
5. Mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan model synectic dalam pembelajaran.

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan model synectic.
2. Dapat mengetahui dasar-dasar apa saja yang dipakai dalam model synectic.
3. Dapat mengetahui bagaimana asusmsi psikologis dalam model pembelajaran synectic.
4. Dapat mengetahui bagaimana cara melakukan pembelajaran dengan menggunakan model synectic.
5. Dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan model synectic dalam pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Model Sinektik
            Model pengajaran sastra yang hampir mendekati cita – cita laboratorium sastra adalah model sinektik yang ditawarkan Gordon (Suryaman, 1992 : 11), yakni suatu bentuk pengajaran dengan mengaitkan dengan penumbuhan kreativitas subjek didik. Yakni selalu menghubungkan diri dengan sikap emosional subjek didik. Namun demikian, model sinektik ini juga belum menunjukkan sebuah proses berolah sastra yang sesungguhnya (Toha, 2002 : 67).
            Sinektik adalah suatu aktivitas kelompok yang mencoba membangun, mengkomunikasikan dan mengembangkan gagasan untuk memberikan solusi kreatif terhadap permasalahan perancangan. Pada pelaksanaan sinektik tidak diperkenankan adanya kritik dan dihasilkan satu solusi tunggal (Arif, 2016 : 30).
             Hastuti (1997 : 31 ) mengungkapkan bahwa model sinektik ditawarkan oleh JJ Gordon karena itu disebut model Gordon. Sinektik berarti menghubungkan atau menyambung. Jadi, model pembelajaran ini merupakan upaya pemahaman melalui proses metaforik dan analogi yang menekankan keaktifan dan kreativitas siswa (Nugraha, 2017 : 126-127).
            Hastuti (1997 : 154) menyebutkan bahwa strategi belajar mengajar yang menggunakan model sinektik merupakan pendekatan baru yang berguna untuk mengembangkan kreatifitas. Sinektik yang dikembangkan oleh William Gordon, dkk. Mula -mula untuk mengembangkan “aktivitas kelompok” dimana individu dilatih untuk bekerja sama dengan yang lain dalam suatu industri. Namun akhirnya satu aspek yang sangat menonjol adalah perubahan tingkah laku individu yang secara pribadi mereka mampu mengendalikan diri dan bertanggung jawab serta mampu mengatasi masalah pribadi, kelompok maupun masalah tingkah lakunya secara kreatif (Nugraha, 2017 : 127).
               "Synectics" is a teaching model, developed by William J.J. Gordon, to “Enhance Creative Thought". Synectics is an instructional model designed to make students more creative and help them see old ideas in new ways by using Making the familiar strange (MFS)   and Making the Strange Familiar (MSF) approaches. This model of teaching gives more emphasis on metaphors and analogies for developing the creativity of the learners .Gordon has described three types of metaphors such as direct analogy, personal analogy, and compressed conflict. Those are discussed in the followingparagraph (Kaur, etc. 2014 : 3602).
Terjemahan :
               "Synectics" adalah model pengajaran, dikembangkan oleh William J.J. Gordon, untuk "Meningkatkan kreatif Thought". Synectics adalah model pengajaran yang dirancang untuk membuat siswa lebih kreatif dan membantu mereka melihat ide-ide lama dengan cara baru dengan menggunakan membuat aneh akrab (MFS) dan pendekatan aneh akrab (MSF). Model pembelajaran lebih memberikan penekanan pada metafora dan analogi untuk mengembangkan kreativitas para peserta didik. Gordon yang digambarkan tiga jenis metafora langsung analogi, analogi pribadi dan konflik terkompresi. Mereka yang dibahas di following paragraph (Kaur, dkk. 2014:3602).  
Abdurrahman dalam Olahairullah dalam Alia (2016:354-355) memberikan pengertian Synectic bahwa: “Synectic adalah model pengembangan kreativitas untuk memecahkan masalah dengan melatih individu untuk bekerja sama mengatasi problema sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya”. Sementara itu, Sudjana dan Suwariyah mengemukakan pengertian Synectic, bahwa “Synectic adalah suatu pendekatan untuk mengembangkan kreativitas siswa, termasuk kreativitas dalam mengarang (creative writing)”.
Tujuan kegiatan Synectics yaitu mendorong siswa ke dalam kondisi psikologis yang diperlukan sehubungan dengan proses kreatif. Inti kegiatan synectics adalah aktivitas analogi. Aktivitas analogi adalah suatu kegiatan membentuk perumpamaan atau pengibaratan, yakni pembandingan suatu obyek atau gagasan dengan suatu obyek atau gagasan yang lain (Joyce, dkk dalam Alia. 2016 : 355).
            Accourding to Khan and Mahmood ( 2018 : 187 ) Synectics model of teaching was developed by William J.J Gordon and his colleagues in 1961. This model uses a series of analogies in the classroom. Synectics is a creative word coined to mean "amalgamation of different and apparently irrelevant elements" (gordon and poze, 1981). It brings diverse and apparently irrelevant elements together. The process of synectics invokes creative process by discovering and unifying themes in seemingly disconnected parts ( Gordon, 1961; Gunter, Estes and mintz,2007). Synectics model operates on the principle of using mind's remarkable capacity to connect seemingly irrelevant elements of thought (weaver & prince, 1990).
 Terjemahan :
               Menurut Khan and Mahmood ( 2018 : 187 ) Model pengajaran sinektik dikembangkan oleh William J.J Gordon dan rekan-rekannya pada tahun 1961. Model ini menggunakan serangkaian analogi di kelas. Sinektik adalah kata kreatif yang diciptakan untuk berarti "penggabungan unsur-unsur yang berbeda dan tampaknya tidak relevan" (gordon dan poze, 1981). Ini membawa unsur-unsur yang beragam dan tampaknya tidak relevan bersama-sama. Proses sinektik memanggil proses kreatif dengan menemukan dan menyatukan tema di bagian yang tampaknya terputus (Gordon, 1961; Gunter, Estes dan mintz, 2007). Model sinektik beroperasi pada prinsip menggunakan kemampuan pikiran yang luar biasa untuk menghubungkan unsur-unsur pemikiran yang tampaknya tidak relevan (penenun & pangeran, 1990).
               Joyce dan Weil serta Brownoski menjelaskan bahwa model synectics merupakan model pengembangan kreativitas untuk memecahkan masalah dengan melatih individu untuk bekerja sama mengatasi problem sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Lebih spesifik Hudson menjelaskan bahwa pembelajaran model synectics merupakan aktivitas yang disusun da digunakan para siswa sebagai cara untuk berpikir kreatif. Jika demikian halnya, maka synectics dapat dipahami sebagai seperangkat kreativitas (pemikiran kreatif) untuk menyatakan permasalahan dan pemecahannya (Mustami, 2007 : 177).
               The synectics model encourages students to use their imagination, insight, and intuition to develop metaphorical images that can be expressed through unique, descriptive language. While Synectics (described in detail in Chapter 4) is by nature a group activity,students who have learned to use the synectics approach can word through some of the steps of a guided synectics activity in a learning center individually or in cooperative groups as well. Using the synectics strategy of developing language associations in the learning center allows students to practice the skills that lead them to become more creative writers, thinkers, and problem solvers who process and remember through metaphorical visualization (Joyce,dkk, 2009 : 182).
Terjemahan :
               Model sinektik mendorong siswa untuk menggunakan imajinasi, wawasan, dan intuisi mereka untuk mengembangkan citra metafora yang dapat diekspresikan melalui bahasa deskriptif yang unik. Sementara Sinektik (dijelaskan secara rinci dalam Bab 4) pada dasarnya merupakan kegiatan kelompok, siswa yang telah belajar menggunakan pendekatan sinektik dapat menyampaikan melalui beberapa langkah dari kegiatan sinektik terpandu di pusat pembelajaran secara individu atau dalam kelompok kooperatif juga. Menggunakan strategi sinektik untuk mengembangkan asosiasi bahasa di pusat pembelajaran memungkinkan siswa untuk mempraktikkan keterampilan yang mengarahkan mereka untuk menjadi penulis, pemikir, dan pemecah masalah yang lebih kreatif yang memproses dan mengingat melalui visualisasi metaforis (Joyce,dkk, 2009 : 182).
               Synectics processes aid management and decision making. They can be used to help develop student self-managed learning and generally can be used as a teaching process. The Synectics processes are of proven value when new solutions are needed, when conflicts need resolution (as a mediation process) and to aid unravelling of running meetings (Thorley and Gregory, 1994 :55).
Terjemahan :
               Sinektik memproses manajemen bantuan dan pengambilan keputusan. Mereka dapat digunakan untuk membantu mengembangkan belajar mandiri siswa dan umumnya dapat digunakan sebagai proses pengajaran. Proses Synectics adalah nilai yang terbukti ketika solusi baru diperlukan, ketika konflik membutuhkan resolusi (sebagai proses mediasi) dan untuk membantu mengungkap pertemuan yang berjalan (Thorley and Gregory, 1994 :55).
               "Synectics" is a teaching model, developed by William J.J. Gordon, to “Enhance Creative Thought". Synectics is an instructional model designed to make students more creative and help them see old ideas in new ways by using Making the familiar strange (MFS)   and Making the Strange Familiar (MSF) approaches. This model of teaching gives more emphasis on metaphors and analogies for developing the creativity of the learners .Gordon has described three types of metaphors such as direct analogy, personal analogy, and compressed conflict. Those are discussed in the followingparagraph (Kaur, etc. 2014 : 3602).
Terjemahan :
               "Synectics" adalah model pengajaran, dikembangkan oleh William J.J. Gordon, untuk "Meningkatkan kreatif Thought". Synectics adalah model pengajaran yang dirancang untuk membuat siswa lebih kreatif dan membantu mereka melihat ide-ide lama dengan cara baru dengan menggunakan membuat aneh akrab (MFS) dan pendekatan aneh akrab (MSF). Model pembelajaran lebih memberikan penekanan pada metafora dan analogi untuk mengembangkan kreativitas para peserta didik. Gordon yang digambarkan tiga jenis metafora langsung analogi, analogi pribadi dan konflik terkompresi. Mereka yang dibahas di following paragraph (Kaur, dkk. 2014:3602).  
               Accourding Chandrasekaran (2014 : 38) synectics technique is known as one of the creativity technique popularly applied for problem solving approach. It is very remarkable technique of group problem solving and to a non-initiate, which look like a mad method for finding solutions in an innovative way. Gordon’s initial work with synectics procedure was to develop “creativity groups” within individual organizations. That is, group of persons trained to work together co-operatively to function as problem solvers or product-developers. In recent years, Gordon has adopted synectics technique for use with school children, and materials containing many of the synectics activities are now being published. The space age is processing fast old ideas are no longer apply.
               Much is required in the matter of creative potential of today’s school children. Problems are looming us to consider how children may become at their best, and to search for new ways of helping children to develop their creative potential ability. “We know not what man revolutionary evolution is taking place in every sphere rapidly because of continued development of human thinking, human creative thinking to solve celestial problems. So evolution in children’s education is absolutely necessary to make them to think creatively and make them a potential citizen of our country to face the challenging problems boldly. The aim of education should be “training the mind for creative thinking” and not be “stuffing the Brain to repeat like a parrot”. Hence development of creativity thinking in school children from primary stage itself is indispensable and it is a herculean task to make the children a solid potential men power in the ensuing 21st century.
Terjemahan :
               Menurut Chandrasekaran (2014 : 38) teknik Synectics dikenal sebagai salah satu teknik kreativitas populer diterapkan untuk pendekatan pemecahan masalah. Ini adalah teknik yang sangat luar biasa kelompok pemecahan masalah dan bebas-inisiat, yang terlihat seperti sebuah metode gila untuk menemukan solusi dalam cara yang inovatif. Gordon pekerjaan awal dengan prosedur synectics adalah untuk mengembangkan "kreativitas kelompok" dalam masing-masing organisasi. Itu adalah, sekelompok orang yang dilatih untuk bekerja sama operatively Co berfungsi sebagai pemecah masalah atau pengembang produk. Dalam beberapa tahun terakhir, Gordon telah mengadopsi synectics teknik untuk digunakan dengan anak-anak sekolah, dan bahan-bahan yang mengandung banyak kegiatan synectics sekarang diterbitkan. Satu ruang usia pengolahan ide cepat lama tidak lagi berlaku.          
               Banyak diperlukan dalam hal kemampuan memiliki potensi kreatif anak-anak sekolah hari ini. Masalah yang membayang kita untuk mempertimbangkan bagaimana anak menjadi terbaik mereka, dan untuk mencari cara baru untuk membantu anak mengembangkan kemampuan potensial kreatif mereka. "Kita tahu tidak apa manusia revolusioner evolusi berlangsung dalam setiap bidang dengan cepat karena pengembangan terus manusia berpikir, berpikir untuk memecahkan masalah surgawi kreatif manusia. Jadi evolusi dalam pendidikan anak-anak mutlak diperlukan untuk membuat mereka untuk berpikir kreatif dan membuat mereka calon warga negara kita menghadapi masalah yang menantang dengan berani. Tujuan dari pendidikan harus menjadi "pelatihan pikiran untuk berpikir kreatif" dan tidak akan "isian otak untuk mengulang seperti burung beo". Oleh karena itu pengembangan kreativitas berpikir anak-anak sekolah dari panggung utama sendiri sangat diperlukan dan itu adalah tugas Hercules untuk membuat anak-anak kekuatan pria potensial yang solid dalam abad berikutnya.

2.1.2 Dasar Model Pembelajaran Synectics
Menurut Djudin (2013:182) model mengajar Synectics dikembangkan oleh William Gordon (1961). Model ini didasarkan pada 4 (empat) pemikiran/gagasan yang bertentangan dengan pendangan konvensional tentang kreativitas.
a.    Pertama, kreativitas berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Model ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, pengungkapan gagasan kreatif, empati, pemahaman dalam hubungan social. Makna suatu gagasan dapat ditingkatkan melalui aktivitas kreatif.
b.    Kedua, proses kreatif bukanlah suatu hal yang misterius. Proses kreatif dapat dideskripsikan dandilatihkan kepada orang lain secara langsung untuk meningkatkan kreativitasnya. Gordon berasumsi bahwa jika individu memahami dasar-dasar proses kreatif, mereka dapat memahami pemahaman itu untuk meningkatkan kreativitas secara bebas dalam kehidupan dan pekerjaannya. Kreativitas dapat ditingkatkan melalui analisis sadar yang mengarahkannya untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur pelatihan yang dapat diterapkan di sekolah dan pada setting yang lain.   
c.    Ketiga, penemuan kreativitas sama untuk semua bidang (tidak hanya pada seni) dan dicirikan oleh kesamaan proses intelektual yang mendasarinya.
d.   Keempat, Invensi/penemuan (berpikir kreatif) baik secara perorangan maupun berkelompok memiliki kesamaan. Individu dan kelompok menghasilkan gagasan dalam cara/pola yang hamper sama. Kreativitias bukanlah semata-mata pengalaman pribadi, tetapi dapat disumbangkan (be shared) orang lain.

2.1.3 Asumsi Psikologis dalam Model Synectics
Proses khusus dari synectics dikembangkan dari sejumlah asumsi psikologis. Asumsi pertama adalah dengan melibatkan siswa dalam proses kreatif secara sadar dan dengan mengembangkan alat bantu kreativitas, kita dapat meningkatkan kemampuan kreativitas secara perorangan maupun berkelompok. Asumsi kedua adalah komponen/unsur emasional lebih penting daripada unsure intelektual, unsur irasional lebih penting daripada undur rasional. Keadaan irasional merupakan lingkungan mental terbaik bagi eksplorasi,peluasan, pemunculan gagasan segar. Asumsi ketiga adalah unsur emosional, unsur irasional harus dipahami untuk meningkatkan kemungkinan kesuksesan dalam pemecahan masalah (Gordon, 1961, dalam Joyce, dkk 1987, dalam Djuddin. 2013 : 183). 
Menurut Djuddin (2013:183) dengan demikian, analisis proses irasional dan emosional dapat membantu seseorang dan kelompok meningkatkan kreativitas melaui penggunaan irasionalitas secara konstruktif. Aspek-aspek irrasional dapat dipahami dan dikontrol secara sadar menggunakan metafora (metaphor) dan analogi (analogy). Keduanya adalah obyek synectics. Melalui keduanya, proses kreativitas menjadi proses yang sadar (conscious process).  
Synectic teaching model based on a concept. Concepts such as metaphor, analogy, direct, and personal than intense conflict this fall. (Joyce, etc in Yousefi. 2014 : 1227). This model is an effort in the form of metaphors activities of learners using the flow of creativity to create. For example, the textbook, students are asked to compare a river or an old shoe. Or they want their shirts to compare their skin, a tree or a cloud. Efforts to realize this is a direct analogy with a living, non-living or acting as a lead or sit instead (Yousefi. 2014 : 1227).
Terjemahan :
            Synectic didasarkan pada konsep model pengajaran. Konsep metafora, analogi, langsung dan pribadi daripada intens konflik musim gugur ini. (Joyce, dll dalam Yousefi 2014:1227). Model ini merupakan upaya dalam bentuk kegiatan metafora peserta didik menggunakan aliran kreativitas untuk menciptakan. Sebagai contoh, buku pelajaran, siswa diminta untuk membandingkan sungai atau sepatu tua. Atau mereka ingin mereka kemeja dibandingkan kulit mereka, sebuah pohon atau awan. Upaya untuk menyadari hal ini analogi yang langsung dengan hidup, non-hidup atau bertindak sebagai memimpin atau duduk sebagai gantinya. Sebagai contoh, ketika Anda marah, Apakah Anda suka? Pikir inti di sini, apa yang Anda merasa bahwa? (Yousefi. 2014:1227).
Melalui analogi maka terjadi suatu proses kratif yang disadari, terbentuk jarak konseptual antara siswa dengan objek, dan memungkinkan untuk berpikir kreatif. Dengan terbentuknya jarak konseptual maka secara emosional akan memberikan kebebasan struktru mental dan dapat mengarahkan ke dalam cara berpikir yang baru. Sejalan dengan hal tersebut, Amien dalam Mustami (2007:178) menjelaskan bahwa kegiatan analogi dapat membantu melepaskan “ikatan structural mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu obejk sehingga mendudkung munculnya gagasan-gagasan yang kreatif.
Menurut Artyasa, dkk (2012. 148-149) analogi personal menekankan pada keterlibatan empatik. Gordon memberikan suatu contoh yang diangkat dari situasi permasalahan seorang ahli kimia yang mengidentifikasi dirinya dengan molekul-molekul. Ia mungkin bertanya, apa yang saya rasakan jika menjadi sebuah molekul? Selanjutnya, dia mrasakan dirinya menjadi bagian dari molekul-molekul itu.
Selanjutnya, Gordon mengidentifikasi empat tahap keterlibatan analogi pribadi.
a.       Orang pertama mendeskripsikan fakta, orang ini menceritakan fakta-fakta yang telah diketahuinya dengan baik, tetapi tidak menyajikan cara baru mengenai obejk atau binatang. Deangan perkataan lain, menunjukkan keterlibatan yang tidak empatik. Dalam kaitannya dengan mesin mobil, peserta didik mungkin berkata “saya merasa berminyak” atau “saya merasa panas”
b.      Orang pertama mengidentifikasi dengan emosi; orang ini menceritakan perasaan umum namun tidak menyajikan pandangan baru, misalnya “saya merasa berkuasa” (sebagai mesin mobil).
c.       Identifikasi empatik dengan benda-benda hiduo; peserta didik mengidentifikasi emosi dan penginderaannya dengan subjek yang dijadikan analogi.
d.      Identifikasi empatik dengan benda mati; tahap ini menuntut komitmen yang besar. Seseorang memandang dirinya sebagai benda mati dan mencoba mengeksplorasi permasalahan dari sudut pandang yang menyenangkan. Misalnya “Saya merasa dieksploitasi. Saya tidak dapat menentukan kapan mulai dan kapan berhenti (sebagai mesin mobil).
Tujuan memperkenalkan tahapan analogi pribadi ini bukan untuk mendidentifikasi bentuk-bentuk kegiatan metaporik, tetapi untuk memberikan bimbingan bagaimana mengenal jarak konsep dengan baik. Gordon yakin bahwa melalui suatu analogi yang bermanfaat secara langsung dapat menciptakan suatu jarak.
For example, when you are angry, do you like? Think of a nucleus here, what do you feel that?Think of a nucleus here, what do you feel that? The emphasis is on personal analogy, the learner should strive more to bring about intended for comparison and replication. Direct analogy has an important role in creative thinking. In direct comparison, the existing concepts are compared. For comparison with the pea pods in a container and move the hands to lift an object with an excavator. Intense conflict, both as a practice and a concept that describes the object. According to Gordon, intense conflict, provides insight into a person who has a lot of depth. Students through conflict intensive, two kinds of judgment about the work they do. For example, students in the judge's math lesson "burdensome" and "fun" is. Also say that technology is a product of scientific thinking human being "productive" and "creating trouble" is (Hernandez in Yousefi. 2014 : 1227).
Terjemahan :
            Sebagai contoh, ketika Anda marah, Apakah Anda suka? Pikir inti di sini, apa yang Anda merasa bahwa? Pikir inti di sini, apa yang Anda merasa bahwa? Penekanan adalah pada pribadi analogi, pelajar harus berusaha lebih banyak untuk membawa tentang dimaksudkan untuk perbandingan dan replikasi. Analogi langsung memiliki peran penting dalam pemikiran kreatif. Perbandingan langsung, konsep-konsep yang ada dibandingkan. Untuk perbandingan dengan kacang polong dalam sebuah wadah dan menggerakkan tangan untuk angkat objek dengan sebuah excavator. Konflik intens, baik sebagai praktek dan konsep yang menggambarkan objek. Menurut Gordon, konflik yang intens, memberikan wawasan tentang seseorang yang memiliki banyak kedalaman. Siswa melalui konflik intensif, dua jenis penilaian tentang pekerjaan yang mereka lakukan. Sebagai contoh, siswa dalam matematika hakim pelajaran "burdensome" dan "fun" adalah. Juga mengatakan bahwa teknologi adalah produk dari "productive manusia berpikir ilmiah" dan "creating trouble" adalah (Hernandez dalam Yousefi 2014:1227)
Accourding Rather (2004:44) William JJ. Gordon designed synectics model of teaching with a goal to increase problem-solving capacity, creative expression, empathy, and insight into social relations. This model is based upon certain assumptions about creativity. Firstly, creativity is assumed to be a part of our daily and leisure time. Secondly, creativity can be increased through training. Thirdly, creative invention is common to all fields (the arts, the sciences, engineering) and is characterized by the same intellectual processes. The fourth assumption of Gordon is that individual and group invention (creative thinking) are very similar Individuals and groups generate ideas and products in much the same fashion.
Synodic Process: Gordon also based the synectics process on certain assumptions (hypotheses)i) creative capacity of in and groups can be increased by bringing creative process to conscious and by developing explicit aids to creativity (2) emotional companion more important than the rational creativity is essentially an emotionals because it requires elements of irrationality and emotion to enhancetual process irrationality increases the probability generating f rough rational and intellectual process of problem solving (3) emotional- irrational elements must be understood in order to increase the probability of success in a problem-solving situation. The elements of irrationality can be understood through the deliberate use of metaphor and analogy. Metaphoric Activity : Metaphoric activity of the synectics model makes the creativity conscious process. For example, describe human body as a transport system (metaphor or analogy). Transport system and human body both are different but functional relationship is to identified. Analogous examples are structurally different but functionally same. Three types of analogies are used as the basis of synectics exercises- (i) personal analogy (ii) direct analogy (iii) compressed conflict.
Terjemahan :
Menurut Rather (2004:44) William JJ. Gordon merancang model pengajaran sinektik dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati, dan wawasan ke dalam hubungan sosial. Model ini didasarkan pada asumsi tertentu tentang kreativitas. Pertama, kreativitas diasumsikan menjadi bagian dari waktu kita sehari-hari dan waktu luang. Kedua, kreativitas dapat ditingkatkan melalui pelatihan. Ketiga, penemuan kreatif adalah umum untuk semua bidang (seni, ilmu, teknik) dan dicirikan oleh proses intelektual yang sama. Asumsi keempat Gordon adalah bahwa penemuan individu dan kelompok (pemikiran kreatif) sangat mirip Individu dan kelompok menghasilkan ide dan produk dengan cara yang sama.
Proses Sinodik: Gordon juga mendasarkan proses sinektik pada asumsi tertentu (hipotesis) i) kapasitas kreatif dari dalam dan kelompok dapat ditingkatkan dengan membawa proses kreatif ke kesadaran dan dengan mengembangkan alat bantu eksplisit untuk kreativitas (2) pendamping emosional lebih penting daripada kreativitas rasional pada dasarnya merupakan suatu emosional karena memerlukan unsur-unsur irasionalitas dan emosi untuk meningkatkan irasionalitas proses meningkatkan probabilitas yang menghasilkan proses rasional dan intelektual yang kasar dari pemecahan masalah (3) elemen-elemen emosional-irasional harus dipahami untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam suatu masalah. situasi yang memikat. Unsur-unsur irasionalitas dapat dipahami melalui penggunaan metafora dan analogi yang disengaja. Aktivitas Metafora: Aktivitas metafora dari model sinektik menjadikan proses sadar kreativitas. Misalnya, menggambarkan tubuh manusia sebagai sistem transportasi (metafora atau analogi). Sistem transportasi dan tubuh manusia keduanya berbeda tetapi hubungan fungsionalnya diidentifikasi. Contoh analog secara struktural berbeda tetapi secara fungsional sama. Tiga jenis analogi digunakan sebagai dasar dari latihan sinektik - (i) analogi pribadi (ii) analogi langsung (iii) konflik terkompresi.

2.1.4 Tahap-Tahap/Sintaks Model Sinektik
            Menurut Sya`bani (2014:86-87) pembelajaran dengan metode synetic memerlukan tahapan-tahapan yang disusun sebagai berikut:
a. Menciptakan sesuatu yang baru Strategi ini diancang untuk membuat sesuatu yang baru , ide-ide yang tidak dikenal akan lebih berarti, dan melaksanakannya dengan analogi yang telah dikenal siswa.
b. Memperkenalkan keanehan Strategi ini dirancang untuk mengenal keanehan, akan membantu para siswa memahami masalah, ideatau produk dalam sesuatu yang baru dan akhirnya memperjelas kreatif.
c. Nilai-nilai Kearifan Lokal Secara derivasional, istilah kearifan lokal (local wisdom) terdiri atas dua kata, yaitu kearifan (wisdom) yang berarti kebijaksanaan dan lokal (local) yang berarti setempat. Kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat (Sibarani dalam Sya`bani. 2014 : 85-86).
Menurut Sya`bani (2014:86-87) pada bagian yang lain, masih dari sumber yang sama, dikatakan pula bahwa kearifan lokal adalah nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana. Dari dua pengertian di atas dapat diambil beberapa poin penting terkait kearifan lokal, yaitu: kebijaksanaan, pengetahuan asli, nilai luhur tradisi, pengatur tatanan kehidupan masyarakat. Dalam kearifan lokal terdapat kualitas tradisi. Suatu kualitas yang terkait dengan proses pewarisan dari generasi satu ke generasi yang lain. Dalam hal ini proses pewarisan yang melibatkan tradisi lisan akan nampak. Pengetahuan asli mengacu pada berbagai hal yang kemungkinan besar di tempat atau daerah lain tidak ada. Pengetahuan ini muncul  biasanya dimunculkan sebagai bentuk respons terhadap berbagai situasi yang ada di daerah tersebut, entah terkait dengan lingkungan fisik maupun sosial. Baik yang terkait dengan hubungan horisontal maupun vertikal.
The Synectics model can be implemented by conducting six steps. The first step is describing the current situations. In this step, teachers ask the learners to describe their current situations that can be a problem during that time. The second step is Direct Analogy Process. Learners are asked to create the direct analogy to solve as many problems as possible, in which later the ideas will be selected and developed. The third step is Personal Analogy in which learners are asked to build the selected analogy from the second step. The fourth step is Conflict Stability where learners are trying  to  understand  the  problems from  step  one  to  three,  and  several conflicts that have been stabilized and selecting one of the conflict. The fifth step is Direct Analogy in in which learners state and choose the direct analogy based on the conflict from step 4. The sixth step is testing the efficiency rate in completing a task. Teachers ask the learners to start from the beginning and re-do the whole process by using synectics process (Karimah, etc. 2016 : 96).
Terjemahan :
            Synectics model dapat dilaksanakan dengan melakukan langkah-langkah enam. Langkah pertama adalah menggambarkan situasi saat ini. Dalam langkah ini, guru minta para peserta didik untuk menggambarkan situasi mereka saat ini yang dapat menjadi masalah selama waktu itu. Langkah kedua adalah proses analogi langsung. Peserta diminta untuk membuat analogi langsung untuk memecahkan masalah sebanyak mungkin, yang kemudian ide-ide akan dipilih dan dikembangkan. Langkah ketiga adalah analogi pribadi di mana para peserta diminta untuk membangun analogi dipilih dari langkah kedua. Langkah keempat adalah stabilitas konflik dimana peserta didik berusaha memahami masalah-masalah dari langkah satu sampai tiga, dan beberapa konflik yang telah stabil dan memilih salah satu konflik. Langkah kelima adalah langsung analogi dalam di mana negara peserta didik dan memilih analogi langsung berdasarkan konflik dari langkah 4. Langkah keenam menguji tingkat efisiensi dalam menyelesaikan tugas. Guru meminta para peserta didik untuk mulai dari awal dan kembali melakukan seluruh proses dengan menggunakan proses synectics (Karimah, dkk. 2016:96).
            Menurut Sani (2015:119-120) ada 2 tahapan strategi utama dalam pembelajaran dengan metode synetics, yaitu :
1.     Strategi Pertama : menciptakaan sesuatu yang baru
Tahap pertama: deskripsi kondisi sekarang
Guru meminta siswa mendeskripsikan situasi atau topik seperti yang mereka lihat saat ini
Tahap kedua: Analogi langsung
Siswa mengusulkan analogi-analogi langsung, memilihnya, dan mengeksplorasi (mendeskripsikan)-nya lebih jauh.
Tahap Ketiga: Analogi Personal
Siswa “menjadi” analogi yang telah mereka pilih dalam tahap kedua tadi.
Tahap keempat: Konflik padat
Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga, mengusulkan beberapa analogi konflik padat, dan memilih salah satunya.
Tahap kelima: Analogi Langsung
Guru meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan menggunakan analogi terakhir dan atau seluruh pengalaman sinektiknya
Tahap enam: Memeriksa kembali tugas awal
Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain, yang didasarkan pada analogi konflik padat. Guru meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan menggunakan analogi terakhir dan atau seluruh pengalaman sinektiknya.
2.    Strategi Kedua : membuat sesuatu yang asing menjadi dikenal
Tahap pertama: Input substansif
Guru menyediakan informasi tentang topik baru
Tahap kedua: Analogi langsung
Guru mengusulkan analogi langsung dan meminta siswa mendeskripsikannya
Tahap Ketiga: Analogi Personal
Guru meminta siswa “menjadi” analogi langsung
Tahap keempat: Membandingkan analogi-analogi
Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara materi baru dengan analogi langsung.
Tahap kelima: Menjelaskan perbedaan-perbedaan
Siswa menjelaskan di mana saja analogi-analogi yang tidak sesuai
Tahap enam: Eksplorasi
Siswa mengeksplorasi kembali topik asli
Tahap ketujuh: Membuat analogi
Siswa menyiapkan analogi langsung dan mengeksplorasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan.
Gordon continuous thinking brought this psychological state in behavioural term. The following outline of the Synectics process is the basis for putting model into practice, the various phases of Synectics model
Accourding Mahapatra (2004 : 47) Gordon's Synectics Syntax is :
Phase 1: Problem as given
Phase 2: Making the strange Familiar
Phase 3: Problem as understood
Phase 4: Operational mechanism
Phase 5: The familiar made strange
Phase 6: Psychological states
Phase 7: States integrated with the problem
Phase 8: View point
Phase 9: Solution to research targets
Mind Spring Theory Prince in Mahapatra (2004:46-47) rethought the procedure, and in 1975 established the Mind Spring Theory. He advocated tolerance of approximate thinking for learning and problem solving. He puts up wish, retrieve, compare, transform, stare and images as Mind spring elements and expresses "of a perso creative thinking rather then routine thinking. The essence of Mind spring theory is: The vast majority of human beings are born with very powerful engines of thought. The precise nature of the thinking operation has not been widely understood, resulting in an inappropriate treatment of the learning and thinking repress certain important thinking operation is children and this repression continues to be reinforced on adult life too. Mind spring theory' holds that we can bring those repressed operations into awareness and then deliberately exercise and develop them. As a result, we quickly multiply our power as thinkers, problem solvers and learners" (Prince, in Mahapatra. 2004:46-47) n wants to learn change and grow he must use given to children. We always Prince further explored the idea, and in 1977 presented flow diagram generative thinking.
Terjemahan :
Menurut Mahapatra (2004:46-47) pemikiran Gordon yang terus-menerus membawa kondisi psikologis ini dalam istilah perilaku. Garis besar berikut dari proses Synectics adalah dasar untuk mempraktekkan model, berbagai fase sinektik :
Tahap 1: Soal seperti yang diberikan
Tahap 2: Membuat fase Familiar
Tahap 3: Masalah seperti yang dipahami
Tahap 4: Fase mekanisme Operasional
Tahap 5: Membuat tantangan yang familiar
Tahap 6: Keadaan psikologis
Tahap 7: Negara-negara yang terintegrasi dengan masalah
Tahap 8: Titik Pandang
Tahap 9: Solusi untuk sasaran penelitian
Pikiran Spring  dalam Mahapatra (20014:46-47) memikirkan kembali prosedurnya, dan pada 1975 mendirikan Teori Pikiran Pikiran. Dia menganjurkan toleransi pemikiran perkiraan untuk belajar dan pemecahan masalah. Dia menempatkan keinginan, mengambil, membandingkan, mengubah, menatap dan gambar sebagai elemen pegas Pikiran dan mengekspresikan "dari pemikiran kreatif perso ketimbang pemikiran rutin. Inti dari teori Pegas Pikiran adalah: Sebagian besar manusia dilahirkan dengan mesin pemikiran yang sangat kuat. Sifat yang tepat dari operasi pemikiran belum dipahami secara luas, menghasilkan perlakuan yang tidak pantas terhadap pembelajaran dan pemikiran yang menekan operasi pemikiran penting tertentu adalah anak-anak dan penindasan ini terus diperkuat pada kehidupan dewasa juga. ”Pikiran pegas teori 'berpendapat bahwa kita dapat membawa operasi yang ditindas ke dalam kesadaran dan kemudian dengan sengaja melatih dan mengembangkannya. hasilnya, kita cepat melipatgandakan kekuatan kita sebagai pemikir, pemecah masalah dan pelajar "(Prince, dalam Mahapatra (2004:47) ingin belajar perubahan dan tumbuh yang harus dia gunakan diberikan kepada anak-anak. Kami selalu Pangeran dieksplorasi lebih lanjut ide, dan pada tahun 1977 disajikan diagram aliran pemikiran generatif.
Teacher have much to consider when tackling a synectics lesson. First, they must mastur the process and operational procedunes of each method. They must also take care to avoid prematur analyses and limited mental stretching Queen & Isenhour. Teachers should explain the vocabulary tu students and give them an idea of the purpose of each phase, as well as taking students through the process numerous times to build clearly with the model Teaching this method should strive to be well overed in avocative questioning and ready in advance to taçili lale lessou fw and agspolaneily Terause "playful" nature of the activities, teachers must be proficient in time and behavior managemet. They must be sure to involve all students and accept all responses, and they should be prepared for nontraditional student and teacher interaction and dialogue. Done correctly, this model is un and imumediately productive Results are obvious, and teachers can begin to accurtain the incrase in student crectivity fairly quickly. Done poorly, tho In evaluating a synectics lesson, administrators or evaluators must understand the definicilly inheren in maslering all the sleps and in seling s dents to think diverently. The evuator should be aware of what to look for in lesson presentations. Administrators should provideongoing staff develo ment in synectics and should be aware that the methods take time to master (Queen. 2009 : 193).
Terjemahan :
            Guru memiliki banyak untuk mempertimbangkan ketika menangani pelajaran synectics. Pertama, mereka harus mastur proses dan operasional procedunes dari setiap metode. Mereka harus juga berhati-hati untuk menghindari analisis prematur dan terbatas mental peregangan Ratu & Isenhour. Guru harus menjelaskan Kosakata tu siswa dan memberi mereka gambaran tentang tujuan dari setiap tahap, serta mengambil siswa melalui proses berkali-kali untuk membangun jelas dengan model ini metode pengajaran harus berjuang untuk menjadi lebih dari di avocative mempertanyakan dan siap di muka untuk mengambil pelajaran untuk dan juga lane jeda "playful" sifat kegiatan, guru harus mahir di managemet waktu dan perilaku. Mereka harus yakin untuk melibatkan semua siswa dan menerima semua tanggapan, dan mereka harus siap untuk nontradisional siswa dan guru interaksi dan dialog. Dilakukan dengan benar, model ini adalah PBB dan segera hasil produktif jelas, dan guru dapat mulai menurut menampung di siswa kreativitas cukup cepat. Melakukan buruk, tho dalam mengevaluasi pelajaran synectics, administrator atau evaluator harus memahami inheren definicilly di maslering semua sleps dan di seling s penyok untuk berpikir diverently. Evuator harus menyadari apa yang harus dicari dalam pelajaran presentasi. Administrator harus provideongoing staf develo ment di synectics dan harus menyadari bahwa metode yang mengambil waktu untuk menguasai (Queen. 2009 : 193).
            Menurut tim pengembang ilmu peendidikan FIP - UPI (2007: 131) macam-macam model pembelajaran dapat diterapakan dengan dua metode yaitu :
1.      Metode kegiatan kelompok, seperti : diskusi, diskusi panel dan seminar.
2.      Metode pembelajaran berbuat sepeti : kerja kelompok, eksperimen, pengamatan, penelitian sederhana, pemecahan masalah dan pembelajaran praktik.

2.1.5   Sistem Sosial, Sistem Pendukung, Prinsip Reaksi, Dampak Pembelajaran, dan Dampak Pengiring Metode Sinektik
1.    Sistem Sosial
Menurut Amintaningsih (2011:78) sistem sosial menandakan hubungan yang terjalin antara guru dan siswa, termasuk norma atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan untuk pelaksanaan model. Model ini menuntut agar antara guru dan siswa terdapat hubungan yang kooperatif yaitu guru mengatur tahaptahap pengajaran sebagai fasilitator, tetapi respon-respon siswa harus tetap terbuka. Menurut Turahmat (2013:66-67) dosen hanya sebagai fasilitator untuyk menggali kreativitas dan “permainan khayalan” melalui analogi-analogi cerita. Mengembangkan sikap tanggung jawab baik secara pribadi maupun kelompok. Mengembangkan sikap toleransi dalam diskusi yang dilandasi rasa keterbukaan, sehingga timbul rasa nyaman dan rasa persahabatan diantara anggota kelompok.
2.    Sistem Pendukung
Menurut Amintaningsih (2011:78) sarana yang diperlukan untuk melaksanakan model ini ialah pengajar yang kompeten menjadi pemimpin dalam proses sinektiks. Kadang-kadang diperlu-kan sejumlah alat dan bahan atau tempat untuk membuat model analogi yang bersifat fisik. Kelas yang diperlukan, berupa ruangan yang lebih besar yang memungkinkan terciptanya lingkungan yang kreatif melalui aktivitas yang bervariasi. Menurut Turahmat (2013:67) pembelajaran yang efektif berawal dari suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara mahasiswa dengan dosen, dan antarmahasiswa. Bahan ajar yang dibutuhkan dalam pembelajaran menulis teks drama adalah buku teknik menulis teks drama, buku teori drama, dan kumpulan naskah drama. Diperlukan laptop/ komputer yang tersambung jaringan internet dan LCD dalam pembelajaran agar materi lebih mudah disajikan dan disampaikan.
3.    Prinsip Reaksi/ Pengelolaan
Prinsip reaksi bermakna sikap dan perilaku dosen dalam menanggapi respon mahasiswa saat pembelajaran. Dosen memposisikan diri sebagai anggota kelompok yang berberan aktif memberikan rangsangan-rangsangan bagi anggota kelompok lain untuk mengemukakan analogi-analogi cerita. Dosen mencermati perbedaan pola pikir mahasiswa terkait dengan proses dan kinerja pemecahan yang dilakukan. Dosen mencermati kapan harus melakukan intervensi terhadap proses pemecahan masalah, agar pemecahan masalah pembelajaran tetap menjadi tugas yang harus dipecahkan sendiri oleh mahasiswa. Pembelajaran merupakan bentuk interaksi sosial yang terjadi antara dosen dan mahasiswa serta mahasiswa dengan mahasiswa. Tugas penting yang harus dilakukan oleh dosen adalah merespon kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran (Turahmat. 2013:67).
Pengajar mencatat sebarapa jauh siswa secara individual terikat oleh pola berpikir yang regular dan ia mencoba untuk menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon. Dalam keseluruhan proses pengajar harus dapat menerima respon siswa agar mereka merasa bahwa dalam kegiatan metaposis itu tidak dicampuri oleh pihak di luar dirinya. Dengan demikian, keseluruhan proses sinektiks itu akan dapat berjalan sesuai dengan jalan pikiran dan ide yang melatarbelakanginya (Amintaningsih. 2011:78).
4.    Dampak Pembelajaran
Menurut Turahmat (2013:67) dampak pembelajaran pengembangan model sinektik ini adalah; meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis teks drama, mampu memahami dan meciptakan jenis naskah drama berbermuatan nilai karakter luhur, serta mampu meningkatkan kreativitas dan daya imajinasi dalam menciptakan teks drama.
5.    Dampak Pengiring
Dampak pengiring model ini adalah; meningkatkan rasa empati, melatih mahasiswa untuk bersikap toleran, materi pembelajaran menggunakan permasalahan aktual yaitu  permasalahan yang nyata atau dekat dengan lingkungan  dan kehidupan mahasiswa, Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah serta kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi dalam diskusi. Memberikan kesempatan yang luas untuk menemukan analogi-analogi sebagai alternatif alur cerita. Mengembangkan kompetensi berpikir kreatif dan imajinatif (Turahmat. 2013:67).

2.1.6 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Sinektik
Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran sinektik menurut Sakdiahwati dalam Jurnal Lilis Purwanti yang berjudul Peningkatan Aktivitas Pembelajaran IPA Dengan Media Benda Konkret Pada Siswa Kelas II Sdn 01 Kaling Tasikmadu Karanganyar, dalam Mutmainah (2016: 72) yaitu sebagai berikut:
a.    Kelebihan
1)      Model ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri siswa tentang suatu  masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.
2)      Model ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.
3)      Model ini dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun guru.
4)      Model ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.
5)      Model ini membantu siswa menemukan cara berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah.
b.Kekurangan
1)      Sulit dilakukan oleh guru dan siswa yang sudah terbiasa menggunakan cara lama yang
 menekankan pada penyampaian informasi.
2)      Model ini menitik beratkan pada berpikir reflektif dan majinatif dalam situasi tertentu, maka kemungkinan besar siswa kurang menguasai fakta-fakta dan prosedur pelaksanaan atau keterampilan.
3)      Kurang memadainya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah-sekolah.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran sinektik Menurut Nugraha (2017: 127-128) adalah  sebagai berikut :
a)      Kelebihan Model Sinektik
Strategi pembelajaran sinektik mempunyai beberapa kelebihan antara lain.
1)      Strategi ini bermanfaat untuk me-ngembangkan pengertian baru pada diri siswa tentang sesuatu masalah sehingga dia sadar bagaimana ber-tingkah laku dalam situasi tertentu.
2)      Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.
3)      Strategi ini dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik pada diri sis-wa maupun pada guru.
4)      Strategi dilaksanakan dalam sua-sana kebebasan intelektual dan ke-samaan martabat antar siswa.
5)      Strategi ini membantu siswa mene-mukan cara berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah.
b)      Kelemahan Model Sinektik
Selain kelebihan-kelebihan yang telah dijelaskan diatas, strategi sinektik juga memiliki beberapa kekurangan, an-tara lain.
1)      Strategi ini sulit dilaksanakan bagi gu-ru dan siswa sudah biasa melak-sanakan pada penyampaian infor-masi, yang terutama tertuju pada pe-ngembangan aspek intelektual.
2)      Karena strategi ini menitik beratkan pada berpikir reflektif dan imajinatif dalam kegiatan yang terjadi dalam situasi tertentu, maka ada kemung-kinan siswa kurang menguasai fakta-fakta dan prosedur melaksanakan se-suatu ketrampilan.
3)      Untuk memecahkan masalah-masa-lah ilmiah, maka sangat diperlukan lingkungan yang memadai dan labo-ratorium atau sumber-sumber yang serasi dan memadai, yang mungkin belum terjangkau oleh sekolah-seko-lah yang belum maju.
4)      Strategi menuntut agar guru mampu menempatkan diri sebagai pemrakasa dan pembimbing, kemampuan mana belum tentu dimiliki oleh semua gu-ru.
According to Vallabhaneni (2017:278) the advantages and Disadvantages of synectic model is :
Advantages
Disadvantages
The method works exceptionally well when people feel in a rut or blocked with a problem.
The process is fun-there is a lot of energy flowing.
It generates a great number of new perspectives on a problem.
In addition to structure,there is plenty of room for flexibility.
Participants feel very involved in the process
Participants may have difficulty with excursions; some may be reluctant to fantasize.
The process works best with small groups of six to eight members.
The process works better for ndividual problems than for group problems.
Althought the process sounds easy, it requires much preparation.
Terjemahan :
Menurut Vallabhaneni kelebihan dan kelemahan dari model sinektik adalah :
Kelebihan
Kelemahan
Metode ini bekerja dengan sangat baik ketika orang merasa dalam kebiasaan atau sudah terpentok masalah.
Prosenya menyenangkan, ada banyak energi yang mengalir.
Menghasilkan sejumlah besar perspektif baru pada masalah selain struktur.
Ada banyak ruang yang fleksibel agar peserta merasa sangat terlibat dalam proses.
Peserta mungkin mengalami kesulitan dengan kunjungan; beberapa mungkin enggan berfantasi.
Proses ini bekerja paling baik dengan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 6 hingga 8 anggota.
Prosesnya bekerja lebih baik untuk masalah individu daripada masalah kelompok.
Meskipun prosesnya terdengar mudah diperlukan banyak persiapan.

By mean of synectic , the unknown becomes known, the incubation stages is covered, the “emergence of new ideas is favored” (concerning the proposed problem), the accent fall on psychological conditions, on unreal, euphoric feelings that in their turn trigger the appearance of new solutions.
Synectics has advantages and disnvantages, just like brainstorming, but the teacher, as a good discussion manager has to be a good psychologist and must possess specialempathic qualities.
Synectics can be used during a higher stage of education, such as in university (Constantina,2011:21).
Terjemahan:
Dengan cara sinektik, yang tidak diketahui menjadi diketahui, tahap inkubasi di tutupi, “munculnya ide-ide baru yang disukai” (mengenai masalah yang diusulkan), aksen jatuh pada pada kondisi psikologis, perasaan euforianya menjadi nyata, yang memicu munculnya solusi baru.
Sinektik memiliki kelebihan dan kekurangan,sama seperti brainstorming, tetapi sebagai guru, sebagai pendiskusi yang baik harus berhasil menjadi psikolog yang baik pula dan harus memiliki kualitas empatik khusus.
Model sinektik dapat digunakan untuk pendidikan yang lebih tinggi, seperti di Universitas (Constantina, 2011:21)

2.2 Kajian Kritis
A. Pengertian Model Synectic            
Sinektik yang dikembangkan oleh William Gordon, dkk. Mula-mula untuk mengembangkan “aktivitas kelompok” dimana individu dilatih untuk bekerja sama dengan yang lain dalam suatu industri. Namun akhirnya satu aspek yang sangat menonjol adalah perubahan tingkah laku individu yang secara pribadi mereka mampu mengendalikan diri dan bertanggung jawab serta mampu mengatasi masalah pribadi, kelompok maupun masalah tingkah lakunya secara kreatif. Model sinektik mendorong siswa untuk menggunakan imajinasi, wawasan, dan intuisi mereka untuk mengembangkan citra metafora yang dapat diekspresikan melalui bahasa deskriptif yang unik. Setelah itu model sinektik beroperasi pada prinsip menggunakan kemampuan pikiran yang luar biasa untuk menghubungkan unsur-unsur pemikiran yang tampaknya tidak relevan.

B.  Dasar Model Pembelajaran Synectic
a.    Pertama, kreativitas berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.
b.    Kedua, proses kreatif bukanlah suatu hal yang misterius.
c.    Ketiga, penemuan kreativitas sama untuk semua bidang (tidak hanya pada seni) dan dicirikan oleh kesamaan proses intelektual yang mendasarinya.
d.   Keempat, Invensi/penemuan (berpikir kreatif) baik secara perorangan maupun berkelompok memiliki kesamaan.

C. Asumsi Psikologis dalam Pembelajaran Model Synectic
a. Dengan melibatkan siswa dalam proses kreatif secara sadar dan dengan mengembangkan alat bantu kreativitas, kita dapat meningkatkan kemampuan kreativitas secara perorangan maupun berkelompok.
b. Komponen/unsur emasional lebih penting daripada unsure intelektual, unsur irasional lebih penting daripada undur rasional.
c. Unsur emosional, unsur irasional harus dipahami untuk meningkatkan kemungkinan kesuksesan dalam pemecahan masalah.

D. Tahap-tahap Pembelajaran dengan Model Synectic
a.    Tahapan Strategi Pertama
Tahap pertama: mendeskripsikan kondisi saat ini
Guru meminta siswa mendeskripsikan situasi atau topik seperti yang mereka lihat saat ini
Tahap kedua: Analogi langsung
Siswa mengusulkan analogi-analogi langsung, memilihnya, dan mengeksplorasi (mendeskripsikan)-nya lebih jauh.
Tahap Ketiga: Analogi Personal
Siswa “menjadi” analogi yang telah mereka pilih dalam tahap kedua tadi.
Tahap keempat: Konflik padat
Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga, mmengusulkan beberapa analogi konflik padat, dan memilih salah satunya.
Tahap kelima: Analogi Langsung
Guru meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan menggunakan analogi terakhir dan atau seluruh pengalaman sinektiknya
Tahap enam: Memeriksa kembali tugas awal
Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain, yang didasarkan pada analogi konflik padat. Guru meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan menggunakan analogi terakhir dan atau seluruh pengalaman sinektiknya.
b.    Tahapan Strategi Kedua
Tahap pertama: Input substansif
Guru menyediakan informasi tentang topik baru
Tahap kedua: Analogi langsung
Guru mengusulkan analogi langsung dan meminta siswa mendeskripsikannya
Tahap Ketiga: Analogi Personal
Guru meminta siswa “menjadi” analogi langsung
Tahap keempat: Membandingkan analogi-analogi
Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara materi baru dengan analogi langsung.
Tahap kelima: Menjelaskan perbedaan-perbedaan
Siswa menjelaskan di mana saja analogi-analogi yang tidak sesuai
Tahap enam: Eksplorasi
Siswa mengeksplorasi kembali topik asli
Tahap ketujuh: Membuat analogi
Siswa menyiapkan analogi langsung dan mengeksplorasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan.

E. Sistem Sosial, Sistem Pendukung, Prinsip Reaksi, Dampak Pembelajaran, dan Dampak Pengiring Metode Sinektik
1. Sistem sosial
Model ini menuntut agar antara guru dan siswa terdapat hubungan yang kooperatif yaitu guru mengatur tahaptahap pengajaran sebagai fasilitator, tetapi respon-respon siswa harus tetap terbuka.
2. Sistem Pendukung
Sarana yang diperlukan untuk melaksanakan model ini ialah pengajar yang kompeten menjadi pemimpin dalam proses sinektiks. Kadang-kadang diperlu-kan sejumlah alat dan bahan atau tempat untuk membuat model analogi yang bersifat fisik. Kelas yang diperlukan, berupa ruangan yang lebih besar yang memungkinkan terciptanya lingkungan yang kreatif melalui aktivitas yang bervariasi.
3.    Prinsip Reaksi
Pengajar mencatat sebarapa jauh siswa secara individual terikat oleh pola berpikir yang regular dan ia mencoba untuk menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon. Dalam keseluruhan proses pengajar harus dapat menerima respon siswa agar mereka merasa bahwa dalam kegiatan metaposis itu tidak dicampuri oleh pihak di luar dirinya.

F. Kelebihan Dan Kekurangan Model Synectic
Model ini dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun guru. Karena menghasilkan sejumlah besar perspektif baru pada masalah selain struktur. Namun Peserta mungkin mengalami kesulitan dengan kunjungan  karena kebanyakan dari mereka enggan berimajinasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan makalah yang telah kami buat, dapat disimpulkan bahwa :
1.    Model sinektik mendorong siswa untuk menggunakan imajinasi, wawasan, dan intuisi mereka untuk mengembangkan citra metafora yang dapat diekspresikan melalui bahasa deskriptif yang unik. Setelah itu model sinektik beroperasi pada prinsip menggunakan kemampuan pikiran yang luar biasa untuk menghubungkan unsur-unsur pemikiran yang tampaknya tidak relevan.
2.    Dasar model pembelajaran synectic yaitu kreativitas berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, proses kreatif bukanlah suatu hal yang misterius, penemuan kreativitas sama untuk semua bidang (tidak hanya pada seni) dan dicirikan oleh kesamaan proses intelektual yang mendasarinya, invensi/penemuan (berpikir kreatif) baik secara perorangan maupun berkelompok memiliki kesamaan.
3.    Asumsi psikologis dalam model pembelajaran synectic yaitu dengan melibatkan siswa dalam proses kreatif secara sadar dan dengan mengembangkan alat bantu kreativitas, kita dapat meningkatkan kemampuan kreativitas secara perorangan maupun berkelompok; Komponen/unsur emasional lebih penting daripada unsure intelektual, unsur irasional lebih penting daripada undur rasional; Unsur emosional, unsur irasional harus dipahami untuk meningkatkan kemungkinan kesuksesan dalam pemecahan masalah.
4.    Tahap model pembelajaran synectic terbagi dalam dua pokok bahasan yaitu Tahapan Strategi Pertama : tahap pertama: mendeskripsikan kondisi saat ini; tahap kedua: Analogi langsung; tahap Ketiga: Analogi Personal; tahap keempat: Konflik padat; tahap kelima: Analogi Langsung; tahap enam: Memeriksa kembali tugas awal. Tahapan Strategi Kedua : tahap pertama: Input substansif; tahap kedua: Analogi langsung; tahap Ketiga: Analogi Personal; tahap keempat: Membandingkan analogi-analogi; tahap kelima: Menjelaskan perbedaan-perbedaan; tahap enam: Eksplorasi; tahap ketujuh: Membuat analogi
5.    Model synectic dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun guru. Karena menghasilkan sejumlah besar perspektif baru pada masalah selain struktur. Namun Peserta mungkin mengalami kesulitan dengan kunjungan  karena kebanyakan dari mereka enggan berimajinasi.

3.2 Saran
            Semoga dengan dibuatnya makalah ini para pembaca lebih bias memahami tentang metode synectic. Terutama bagi calon guru, semoga apa yang ada di dalam makalah ini dapat diimplementasikan dengan baik dalam pembelajaran.
Daftar Pustaka

Alia, Nur. dkk. 2016. Efektivitas Perbandingan Model Pembelajaran Synectic Dengan Model Konvensional (Ceramah) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Biotek. Volume 4. Nomor 2.

Amintaningsih. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Berbasis KUIK (Kisah, Unsur Intrinsik, Dan Khayalan) Melalui Model Sinektik Di Kelas X SMA Negeri 1 Pemalang. Lingua Didaktika. Volume 4. Nomor 2. ISSN : 1979-0457.

Arif, Muhammad. 2016. Bahan Ajar Rancangan Teknik Industri. Yogyakarta : Deepublish.

Artyasa, dkk. 2012. Membangun Guru Berkarakter. Bandung : Humaniora.

Chandrasekaran. 2014. Effectiveness of Synectics Techniques in Teaching of Zoology at Higher Secondary Level. International Journal of Humanities and Social Science Invention ISSN (Online): 2319 – 7722, ISSN (Print): 2319 – 7714 www.ijhssi.org. Volume 3. Issue 8.

Constantina, Boghici. 2011. Creativity-Boosting Iinteractive Methods And Techniques-Key Elements In The Didactic Strategies. Journal of siences and Arts. Supplements. Number 4.

Djudin, Tomo. 2013. Model Pembelajaran Synetics:  Suatu Tawaran  Mengembangkan Kreativitas Siswa  Melalui Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains. Volume 2. Nomor 2.

Joyce, dkk. 2009. Models of Learning Tools For Teaching. London : EC1N 8TS.

Karimah, Iim. etc. 2016. Synetics-Simulation Globale Model In Français Du Tourisme Through Multimedia Based On Local Wisdom. FRANCISOLA. e-ISSN:2527-5100. p-ISSN:           2527-5097

Kaur, Kiranjit. dkk. 2014. Creative Teaching:  The Need Of The Hour. Scholarly Research Journal For Humanity Science & English Language. ISSN : 2348-3083

Khan, Aftab Ahmad dan Nasir Mahmood. 2018. Effect of Synectics Model of Teaching in Enhancing Student’s Understanding of Abstract Concepts of Mathematics. Pakistan Journal of Distance & Online Learning. Vol (4) : 185-198.

Mahapatra. 2004. Models Of Teaching Education. New Delhi : Sarup & Sons.

Mustami, Muh. Khalifah. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Synectics Dipadu Mind Maps Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, Sikap Kreatif, Dan Penguasaan Materi Biologi. Lentera Pendidikan : No 2 (173-184).

Mutmainah, Umi. 2016. Penerapan Model Sinektik (Synectics) Terhadap Kreativitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Hijriyah II Palembang. Volume 2. Nomor 1.

Nugraha, Eggie. 2017. Model Sinektik Berorientasi Berpikir Kreatif Dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama (Kuasai Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII SMP PGII 2 Bandung). LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Vol (7). No (2)  : ISSN (2549 - 2594).

Queen. 2009. The Block Schedulling Handbook. United States of America : Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Rather. 2004. Essentials Of Instructional Technology. New Delhi : Discovery Publising House.

Sani, Ridwan. 2015. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sya`bani, dkk. 2014. Implementasi Model Synetics Dalam Pembelajaran Ilustrasi Berbasis Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal. ISSN 1412-565 X.

Thorley, Lin dan Roy Gregory. 1994. Using Group – based Learning in Higher Education. London : Kogan Page

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan : Bagian 2 Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung : PT. IMTIMA.

Toha, Riris K. 2002. Sastra Masuk Sekolah. Magelang : Indonesia Tera.

Turahmat. 2013. Pengembangan Model Sinektik Dalam Pembelajaran Menulis Teks Drama Yang Bermuatan Karakter Luhur Pada Mahasiswa PBSI. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia PBSI. Volume 1. Nomor 2. ISSN : 2338-5944.

Vallabhaneni, S Rao. 2017. Wiley CIAexcel Exam Review 2017. Part 3, InternalAudit Knowledge Elements.

Yousefi, Ali. 2014. The Effects of Synectics Teaching Model in Fostering Creativity. Management and Administrative Sciences Review. e-ISSN: 2308-1368, p-ISSN: 2310-872X. Volume: 3. Issue: 7

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL INQUIRY

MAKALAH MODEL PBL (PROBLEM-BASED LEARNING)”

MAKALAH REMEDIAL