MAKALAH FISIKA MODERN "EKSITASI ATOM"


MAKALAH FISIKA MODERN
“EKSITASI ATOM”






DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

1.      LISA ANGGRAINI                       (A1C317032)
2.      NANYA APRILIA             (A1C317066)
3.      SHANIA NURDINI                        (A1C317078)
4.      SURYANTI                         (A1C317068)
5.      VETTY MILYANI             (A1C317022)








DOSEN PENGAMPU : ALRIZAL, S.Pd., M.Si













PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari dosen pengampu Mata Kuliah Fisika Modern yang telah berkontribusi memberikan arahan dan materi. Makalah ini membahas mengenai Eksitasi Atom.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan mengenai eksitasi atom. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan yang akan datang dengan mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berperan dan kami memohon kritik serta saran yang dapat membangun demi perbaikan yang akan datang.

                                                            Jambi,    November 2018

    Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Pada tahun 1914 James Franck dan Gustav Hertz melakukan eksperimen untuk menguji secara langsung hipotesis Bohr yang menyebutkan bahwa energi atom itu terkuantisasi. Atom gas bertumbukan dengan elektron–elektron dan memperoleh energi dari tumbukan hanya jika energi elektron melampaui ambang tertentu. Eksperimen ini menunujukkan secara langsung bahwa tingkat energi atomik memang ada dan tingkat – tingkat ini sama dengan tingkat – tingkat yang terdapat pada spektreum garis. Teori atom Bohr memperkenalkan atom sebagai sejenis miniatur planet mengitari matahari, dengan elektron-elektron mengelilingi orbitnya sekitar bagian pokok, tapi dengan perbedaan yang sangat penting. Bilamana hukum-hukum fisika klasik mengatakan tentang perputaran orbit dalam segala ukuran, Bohr membuktikan bahwa elektron-elektron dalam sebuah atom hanya dapat berputar dalam orbitnya dalam ukuran spesifik tertentu. Atau dalam kalimat rumus lain : elektron-elektron yang mengitari bagian pokok berada pada tingkat energi (kulit) tertentu tanpa menyerap atau memancarkan energi. Elektron dapat berpindah dari lapisan dalam ke lapisan luar jika menyerap energi. Sebaliknya,elektron akan berpindah dari lapisan luar ke lapisan lebih dalam dengan memancarkan energi.
            Berdasarkan uraian di atas, maka kami mengangkat topik permasalahan yaitu mengenai eksitasi atom berdasarkan percobaan Franck-Hertz agar dapat memahami bagaimana atom tersebut dapat menyerap dan memancarkan energi.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari eksitasi atom?
2.      Apa yang dimaksud dengan resonansi magnetik?
3.      Bagaimana proses eksperimen Franck-Hertz?
4.      Bagaimana proses eksitasi oleh elektron dan foton?
5.      Bagaimana penyelesaian soal mengenai eksitasi atom?


1.3  Tujuan
1.      Untuk dapat mengetahui definisi dari eksitasi atom.
2.      Untuk dapat mengetahui pengertian dari resonansi magnetik.
3.      Untuk dapat mengetahui proses eksperimen Franck-Hertz.
4.      Untuk dapat mengetahui proses eksitasi oleh elektron dan foton.
5.      Untuk dapat menyelesaikan permasalahan mengenai eksitasi atom.


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Eksitasi Atom
            Eksitasi dalam fisika adalah penambahan sejumlah diskrit energi (disebut energi eksitasi) untuk sistem-seperti inti atom, atom, atau molekul sehingga menghasilkan perubahan yang biasanya dari kondisi energi terendah (keadaan dasar) ke salah satu energi yang lebih tinggi (keadaan tereksitasi).
Dalam sistem nuklir, atom, dan molekul, keadaan-keadaan tereksitasi tidak terus didistribusikan tetapi memiliki nilai energi diskrit tertentu saja. Dengan demikian, energi eksternal (energi eksitasi) dapat diserap dalam jumlah diskrit.
Dengan demikian, dalam atom hidrogen (terdiri dari elektron yang mengorbit terikat dengan inti satu proton), energi eksitasi 10,2 elektron volt diperlukan untuk mendorong elektron dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi pertama. Sebuah energi eksitasi yang berbeda (12,1 elektron volt) akan dibutuhkan untuk menaikkan elektron dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi kedua.
Demikian pula, proton dan neutron dalam inti atom merupakan sistem yang dapat dinaikkan secara diskrit menjadi tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyediakan energi eksitasi yang tepat. Energi eksitasi nuklir kira-kira 1.000.000 kali lebih besar dari energi eksitasi atom. Untuk inti timbal-206, sebagai contoh, energi eksitasi dari keadaan tereksitasi pertama adalah 0,80 juta elektron volt dan kedua keadaan eksitasi kedua 1,18 juta elektron volt.
Energi eksitasi disimpan dalam atom yang tereksitasi dan inti yang memancarkan cahaya biasanya terlihat dari atom dan sebagai radiasi gamma dari inti karena mereka kembali ke keadaan dasar. Energi ini juga bisa hilang oleh tumbukan.
Proses eksitasi adalah salah satu sarana utama dimana materi menyerap pulsa energi elektromagnetik (foton), seperti cahaya, dan dengan dipanaskan atau terionisasi oleh dampak partikel bermuatan, seperti elektron dan partikel alpha. Dalam atom, energi eksitasi diserap oleh elektron yang mengorbit yang diangkat ke tingkat energi yang berbeda yang lebih tinggi.
Dalam inti atom, energi diserap oleh proton dan neutron yang ditransfer ke keadaan tereksitasi. Dalam molekul, energi yang diserap tidak hanya oleh elektron, yang sangat antusias untuk tingkat energi yang lebih tinggi, tetapi juga oleh seluruh molekul, yang sangat tereksitasi untuk keadaan diskrit dari getaran dan rotasi.
Sebuah atom dapat mengeksitasi ke tingkat energi di atas tingkat energi dasar yang menyebabkan atom tersebut memancarkan radiasi melalui dua cara. Salah satunya adalah tumbukan dengan partikel lain. Pada saat tumbukan, sebagian dari energi kinetik pada partikel akan diserap oleh atom. Atom yang tereksitasi dengan cara ini akan  kembali ke tingkat dasar dalam waktu rata-rata 10-8 detik dengan memancarkan satu  foton atau lebih. Cara lainnya adalah dengan lecutan listrik dalam gas bertekanan rendah, sehingga timbul medan listrik yang mempercepat elektron dan ion atomic sampai energi kinetiknya cukup untuk mengeksitasi atom ketika terjadi tumbukan. Misalnya pada lampu neon dan uap air raksa, medan listrik kuat yang terpasang antara elektroda dalam tabung berisi gas menimbulkan emisi radiasi spektral karakteristik dari gas itu yang ternyata merupakan cahaya berwarna kemerah-merahan (dalam kasus neon) dan cahaya kebiru-biruan (dalam kasus uap air raksa), dalam percobaan ini menggunakan uap air raksa sebagai media.
               Mekanisme eksitasi yang berbeda terpaut jika sebuh atom menyerap sebuah atom cahaya yang energinya cukup untuk menaikkan atom tersebut ke tingkat energi yang lebih tinggi. Misalnya, foton dengan panjang gelombang 121,7 nm dipancarkan ketika atom hidrogen dalam n = 2 menjadi turun ke keadaan n = 1. Berikut adalah proses mengenai asal usul spektrum penyerapan :
Gambar 1: Bagaimana garis spektrum emisi dan penyerapan berasal.
Gambar 2: Garis-garis gelap dalam spektrum penyerapan tidak pernah benar-benar gelap.
Jika cahaya putih yang mengandung semua panjang gelombang dilewatkan melalui gas hydrogen, foton dengan panjang gelombang yang bersesuaian dengan transisi antara tingkat energi yang bersangkutan akan diserap. Atom hidrogen yang tereksitasi yang ditimbulkannya akan memancarkan kembali energi yang eksitasinya hampir saat itu juga, tetapi foton keluar dalam arah yang rambang dengan hanya beberapa daya yang berarah sama dengan berkas semula dari cahaya putih tersebut. Jadi, garis gelap dalam spektrum absorbsi tidak 100% hitam dan hanya terlihat hitam karena terjadi kontras dengan latar belakang yang terang. Garis yang seharusnya dalam spektrum absorbsi setiap unsur bersesuaian dengan garis pada spektrum emisi yang menyatakan transisi ke tingkat dasar yang cocok dengan hasil eksperimen (Beiser, 2003 : 142-144).
2.2    Resonansi Magnetik
Resonansi magnetik adalah suatu resonansi absorbsi, dimana terjadi serapan tenaga secara drastis apabila besarnya tenaga tepat sama dengan yang di perlukan misalnya untuk mengeksitasi atom, yakni untuk menaikkan tingkat tenaga elektron atom. Perconaan Franck- Hertz adalah suatu resonansi absorpsi, dimana tenaga kinetik arus elektron diserap secara drastis sewaktu tenaga kinetik itu tepat sama dengan yang dibutuhkan untuk mengeksitasi atom Hg ; apabila tenaga kinetik  itu melebihi apa yang diperlukan maka absorpsi itu justru hampir tidak terjadi. Contoh lain resonansi absorpsi adalah percobaan Lamb – Retherford, dimana tenaga gelombang elektromagnetik di serap secara drastis apabila frekuensinya v, tepat sama dengan yang di perlukan untuk mengeksitasi atom H menurut hubungan
Dalam hal resonansi magnetik, terjadi serapan gelombang elektromagnetik secara drastis apabila frekuensi gelombang itu tepat sama  dengan yang di perlukan untuk mengeksitasi atom sehingga tingkat tenaganya yang  berkaitan dengan bilangan kuantum magnetik dinaikkan. Tapi bilangan kuantum ini muncul dan menjadi ada artinya hanya bilamana atom di kenakan medan magnet luar H0  misalnya (Soedojo, 2001 : 217).

2.3    Proses Eksperimen Frank-Hertz
Pada tahun 1941, fisikawan jerman James Franck dan Gustav Hertz menunjukkan bahwa jarang energi ini benar-benar ada. Percobaan yang mereka lakukan pada prinsipnya adalah sederhana,yaitu mereka mencoba mengukur energi kinetik elektron sebelum dan sesudah di timbulkan pada atam-atom merkuri. Percobaan di lakukan dengan suatu tabung yang menghasilkan sinar katoda. Tabung ini diisi dengan uap merkuri ketika berkas sinar katoda memancar dari katoda, elektron dalam berkas ini akan menghantam atom-atom uap merkuri. Energi kinetik (Ek) berkas sebelum menghantam atom merkuri dapat di hitung dengan menghitung  beda pontensial antara katoda dan anoda.  Berkas elektron akan melewati anoda menuju ke pengumpul elektron yang dihubungkan dengan sebuah mikroampere meter. Pengumpul di beri teganggan lebih negatif dari anoda. Ketika energi kinetik elektron kurang dari selisih energi pontensial anoda dan pengumpul, elektron tidak akan ke pengumpul (arus tidak akan terdekteksi). Dengan pengatur tegangan pengumpul, dapat mengamati besarnya energi kinetik elektron setelah menghantam atom-atom merkuri.
Dalam percobaan pertamanya, Franck dan Hertz memberi tegangan yang tidak terlalu besar antara katoda dan anoda sehingga energi kinetik elektron yang terpancar tidak terlalu besar, misalnye 2 elektron-volt, ia mengamati ternyata energi elektron yang keluar setelah menghantam atom merkuri massanya berapa ratus ribu kali massa elektron. Ketika elektron datang dan menumpuk atom merkuri, elektron akan terpental seperti bola pimpong yang ringan terpentang ketika mengenai sebual bola bolling yang besar dan berat. Tumbukan seperti ini dinamakan tumbukan elastis. Dalam tumbukan elastis ini atam-atom merkuri hanya mengambil sedikit sekali energi elektron. Elektron praktis tidak kehilangan energi. Tetapi ketika energi kinetik elektron yang datang dinaikan sampai 5 elektron-volt, hasil eksperimen berubah secara dramatris. Franck dan Hertz mengamati bahwa energi elektron yang keluar hanya 0,1eV. Elektron kehilangan 4,9 eV. Ketika energi elektron yang datang 6eV, energi elektrom yang keluar hanya 1,1eV. Elektron juga kehilangan 4,9eV. Hasil ini menunjukan bahwa atom merkuri hanya mengambil energi sebesar 4,9eV; kurang dari ini,atom merkuri tidak akan mengambilnya. Franck dan Hertz mencoba membuat kesimpulan bahwa sesungguhnya apa yang dikatakan Bohr bahwa energi atom yang bertingkat-tingkat itu benar. Peristiwa penyerapan energi 4,9 eV terjadi karena atom merkuri menyerap elektron yang datag untuk menaikkan energi atom merkuri kedalam eksitasi pertama. Energi sebesar 6,76eV di gunakan untuk menaikan keadaan atom sehingga berada pada keadaan eksitasi kedua, demikian juga enegi 10,4 eV adalah untuk menaikan sistem atom pada keadaan eksitasi ketiga (Surya, 2009 : 66-68).
               Percobaan berdasarkan eksitasi oleh tumbukan dilakukan oleh James Franck dan Gustav Hertz (keponakan dari Heinrich Hertz) mulai tahun 1914. Percobaan ini menunjukkan bahwa tingkat energi atom memang ada.  Franck dan Hertz membombardir uap berbagai unsur dengan elektron yang diketahui energinya, menggunakan alat seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah. Perbedaan potensial yang kecil (Vo) antara grid dan pelat pengumpul mencegah elektron untuk memiliki energi kurang dari minimum tertentu dari kontribusi arus I melalui ammeter. Semakin tinggi potensial V nya, maka semakin banyak elektron yang tiba di pelat.
Gambar 3: Aparatus untuk eksperimen Franck-Hertz.
Gambar 4: Hasil eksperimen Franck-Hertz, menunjukkan potensial penting dalam uap merkuri.
               Jika KE dikonservasikan ketika sebuah elektron bertabrakan dengan salah satu atom dalam uap, maka elektron hanya memantul ke arah yang baru. Karena atom jauh lebih berat dari sebuah elektron, maka elektron hampir tidak ada KE dalam prosesnya. Setelah keadaan tertentu, energi tercapai. Namun, arus pelat turun secara tiba-tiba. Ini menunjukkan bahwa sebuah elektron bertabrakan dengan salah satu atom memberikan beberapa atau semua KE untuk membangkitkan atom ke tingkat energi di atas kondisi dasarnya. Tabrakan seperti ini disebut inelastis, yaitu tumbukan elastis di mana KE dikonservasikan. Energi elektron tertentu sama dengan energi yang diperlukan untuk menaikkan atom ke keadaan tereksitasi terendah. Kemudian, karena potensial V yang terakselerasi semakin meningkat, arus pelat kembali meningkat. Hal ini dikarenakan elektron memiliki cukup energi yang tersisa untuk mencapai pelat setelah menjalani tabrakan inelastik. Akhirnya terjadi penurunan tajam dalam arus lempeng, yang timbul dari eksitasi tingkat energi yang sama pada atom lain oleh elektron. Dengan demikian, potensial yang lebih tinggi dapat dihasilkan dari dua atau lebih tabrakan inelastik dan kelipatan dari yang terendah. Untuk memeriksa bahwa potensial kritis dipengaruhi oleh tingkat energi atom, Franck dan Hertz mengamati spektrum emisi uap selama penembakan elektron. Dalam kasus uap merkuri, mereka menemukan bahwa energi elektron minimum 4,9 eV diperlukan untuk merangsang garis 253,6 nm spektrum merkuri-dan foton 253,6 nm cahaya memiliki energi hanya 4,9 eV. Percobaan Franck-Hertz dilakukan tak lama setelah Bohr mengumumkan teorinya tentang atom hidrogen, dan mereka secara independen mengkonfirmasi ide-ide dasarnya (Beiser, 2003 : 144-145).
               Marilah kita bayangkan percobaan berikut yang dilakukan dengan peralatan yang diperlihatkan pada gambar dibawah. Elektron-elektron meninggalkan katoda, yang dipanasi dengan sebuah filamen pemanas. Semua elektron itu kemudian dipercepat menuju sebuah kisi oleh beda potensial V, yang dapat diatur. Elektron dengan energi V elektron-volt dapat menembus kisi dan jatuh pada pelat anoda. Arus elektron yang mencapai pelat anoda diukur dengan menggunakan ammeter A. 
Gambar 1: Peralatan Franck-Hertz, berkas elektron yang meninggalkan katoda C dipercepat oleh tegangan V menuju kisi G, dan mencapai pelat P dimana mereka diukur oleh ammeter A.
               Sekarang, andaikanlah tabungnya diisi dengan gas atom hidrogen. Jika tegangan dinaikkan dari nol, makin banyak elektron yang mencapai pelat anoda, dan bersamaan dengan itu naik pula arus elektriknya. Elektron-elektron didalam tabung tentu saja dapat menumbuk atom-atom hidrogen, namun tidak ada energi yang dilepaskan dalam tumbukan ini. Jadi tumbukannya elastik sempurna. Satu-satunya cara elektron dapat melepaskan energinya dalam suatu tumbukan dengan atom hidrogen adalah jika elektron memiliki energi yang cukup  untuk menyebabkan atom hidrogen bertransisi ke suatu keadaan eksitasi. Dengan demikian, apabila energi elektron mencapai dan sedikit melebihi energi 10,2 elektron-volt (atau ketika tegangan mencapai 10,2 V), elektron dapat melakukan tumbukan tak elastik dengan atom hidrogen, dan meninggalkan energi 10,2 elektron-volt pada atom hidrogen (yang sekarang berada pada tingkat n = 2), sedangkan elektron setelah tumbukan bergerak dengan energi yang lebih rendah. Dengan demikian, jika elektron harus melewati kisi dan energinya tidak cukup untuk mengatasi tegangan perlambat rendah, ia tidak dapat mencapai pelat anoda. Jadi, apabila V = 10,2 V, akan teramati penurunan arus. Bila V dinaikkan menjadi lebih besar, arusnya akan naik kembali, dan kemudian turun lagi ketika V = 12,1 V ; pada tegangan ini tumbukan tak elastik menyebabkan atom hidrogen tereksitasi ke tingkat n = 3. Proses ini akan terus berlangsung hingga V = 13,6 V, pada tegangan ini tumbukan akan menyebabkan atomnya terionisasi. Jika V dinaikkan terus, akan segera tampak efek tumbukan jamak. Artinya, apabila V = 20,4 V, sebuah elektron dapat melakukan tumbukan tak elastik dengan atom dengan akibat mengeksitasikan atomnya ke keadaan n = 2. Pada proses ini, elektron kehilangan energi 10,2 elektron-volt, sehingga setelah tumbukan ia bergerak dengan energi 10,2 elektron-volt, yang cukup untuk mengeksitasikan atom hidrogen kedua lewat tumbukan tak elastik. Jadi, jika penurunan arus diamati terjadi pada tegangan V, penurunan serupa akan teramati pada tegangan-tegangan 2V, 3V,...... Lebih umum, jika penurunan arus teramati pada tegangan V1 dan V2, maka penurunan arus yang sama akan teramati pula pada tegangan-tegangan V1 + V2, 2V1 + V2, V1 + 2V2, dan seterusnya.
               Dengan demikian, percobaan ini memberikan kita suatu bukti langsung mengenai kehadiran keadaan eksitasi atom. Sayangnya, tidaklah mudah untuk melakukan percobaan ini dengan atom hidrogen, karena secara alamiah hidrogen tidak hadir dalam bentuk atom, melainkan dalam bentuk molekul H2. Karena molekul menyerap energi dalam berbagai cara, penafsiran percobaannya akan menjadi kabur. Pada tahun 1914, percobaan serupa dilakukan oleh Franck  dan Hertz, dengan menggunakan tabung berisi uap air raksa. Hasil percobaan mereka diperlihatkan pada gambar dibawah.
Gambar 2: Hasil percobaan Franck-Hertz dengan menggunakan air raksa. Arus menurun pada V = 4,9 V, V = 9,8 V (2 x 4,9 V), V = 14,7 V (3 x 4,9 V).
               Gambar diatas memperlihatkan secara jelas bukti kehadiran sebuah keadaan eksitasi pada 4,9 elektron-volt. Apabila tengangannya merupakan kelipatan dari 4,9 V, maka tampak suatu penurunan dalam arus. Dan bertepatan dengan itu, spektrum pancar dari uap air raksa memperlihatkan suatu garis benderang ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm, yang berkaitan dengan energi sebesar 4,9 elektron-volt ; dan ini dapat terjadi dari transisi antara keadaan eksitasi dengan energi 4,9 elektron-volt yang sama ke tingkat dasarnya. Dengan demikian, bukti awal energi diskret dari berbagai keadaan atom ini tidak hanya mengukuhkan asas-asas umum model atom Bohr, tetapi juga memperlihatkan secara langsung kuantisasi energi dari berbagai sistem fisis (Krane, 1992 : 253-255).
Menurut Yaz (2007 : 237-238), Franck dan Hertz membuat peralatan percobaan yang ditunjukkan pada Gambar 8.32. Dalam percobaan mereka, unsur-unsur dalam keadaan gas (mereka menggunakan uap raksa) dirangsang oleh electron-elektron yang dipercepat untuk membuktikan apakah atom itu mempunyai tingkat-tingkat energy atau tidak. Elektron-elektron dari pistol electron (electron gun) memasuk tabung gas yang berisi uap raksa dan mengeksitasi atom-atom merkuri dengan energy dari sumber tegangan V. Elektron yang menyebabkan eksitasi melewati kisi dan mencapai tabung kedua, kemudian elektron-elektron menumbuk pelat logam dan menghasilkan arus A.
            Tegangan V0 disesuaikan untuk memperlambat elektron-elektron sehingga hanya electron yang melaampaui tingkat energy tertentu yang menghasilkan arus tersebut. Tujuan utama dalam percobaan ini adalah untuk mengontrol energi-energi dalam elektron yang tersebar melewati kisi. Dengan demikian, mereka dapat mengukur energi-energi elektron di pintu masuk dan keluar dari tabung gas.
 








Ketika energi-energi electron mulai dari 0 V, nilai arus dalam tabung kedua meningkat secara langsung. Namun, penurunan arus yang tiba-tiba, baru teramati ketika energi-energi electron mendekati 4,9 eV. Ketika energy electron dinaikkan terus, arus meningkat lagi. Perlu dicatat bahwa nilai-nilai tegangan yang dirancang menahan arus jatuh pada kelipatan 4,9 eV. Dengan kata lain, electron berenergi 4,9 eV diserap oleh satu atom dan elektron-elektron yang berenergi 2 (4,9 eV) = 9,8 eV diserap olehdua atom, begitu juga electron berenergi 3 (4,9 eV) = 14,7 eV diserap oleh tiga atom. Hasil dari percobaan ini jelas. Dalam tabung gas, hanya elektron-elektron yang mempunyai energy tertentu yang dapat mengeksitasi atom-atom raksa. Hal ini merupakan bukti bahwa atom-atom raksa mempunyai tingkat-tingkat energi yang berlainan. Dengan demikian, dengan percobaan ini, Frank dan Hertz membuktikan suatu gagasan, yang pertama kali dikemukakan oleh Bohr, bahwa atom mempunyai tingkat-tingkat energi.
            Dalam penelitian selanjutnya, diketahui nilai 4,9 eV adalah tingkat energy pertama atom raksa. Pada Gaambar 8.34, diperlihatkan tingkat-tingkat energi atom raksa.
 









Menurut Daton, dkk (2007 : 254-255), teori Bohr tentang atom hidrogen berhasil dengan baik dalam menerangkan terjadinya spektrum hidrogen. Dari teori itu juga dijelaskan bahwa atom memiliki tingkat-tingkat energi tertentu. Diantara tingkat-tingkat energi itu terdapat daerah kosong atau jurang energi. Pada tahun 1914,  James Franck dan Gustav Hertz melakukan percobaan untuk membuktikan keberadaan tingkat energi dan jurang energi tersebut.
            Perangkat percobaan Franck - Hertz cukup sederhana. Tabung kaca diisi uap Hg (merkuri).Tabung itu dilengkapi dengan katoda (k) denagan pemanasnya, anoda berlubang (A), dan kolektor (C).
Gambar: Skema Alat Percobaan Franck -Hertz
Elektron termionik yang berasal daraai katoda ditarik dengan beda potensial anoda-katoda yang besarnya sama dengan V sehingga elektron tersebut akan memililki energi kinetik sebesar eV.
Antara anoda (A) dengan kolektor (C) diberi beda potensial Vs dengan potensial C lebih rendah dari pada A. Pada umumnya Vs= ½ V. Jika enenrgi kinetik elektron termionik lebih besar dari pada ½ eV, elektron termionik tesebut dapat mencapai kolektor C, dan akan muncul sebagai arus yang melalui mikroampermeter (G). Dengan demikian, mikroampermeter G berfungsi sebagai pemantau banyak sedikitnya elektron yang mencapai kolektor C. Energi kinetik elektron sebanding dengan potensiaal V.
Jadi, hubungan antara banyaknya elektron termionik yang mencapai kolektor dengan energi kinetiknya dapat digambarkan  dalam grafik I –V.
Gambar: Grafik Hubungan I - V dari percobaann Franck – Hertz
Dari grafik terlihat bahwa pada interval harga V tertentu, kuat arus turun drastis. Ini artinya elektron termionik kehilangan energi kinetik pada harga-harga tertentu. Setelah diteteli, ternyata hilangnya energi ituterjadi pada setiap harga 4,9 eV. Percobaan lebih lanjut menunjukkan hilangnya energi itu juga terjadi pada setiap harga 6,7 eV, 10,4 eV, dan harga yang lebih tinggi lagi.
Hilangnya energi elektron termionik karena deserap oleh atom-atom Hg. Karena menyerap energi, maka atom Hg naik ke tingkat energi yang lebih tinggi (tingkat eksitasi). Jadi tingkat-tingkat energi eksitasi atom Hg hanya pada harga-harga tertentu, tidak pada sebarang harga. Jika energi kinetik elektron termionik diluar harga-hahrga tersebut maka akan terjadi tumbukan lenting sempurna antara elektron termionik dengan atom-atom Hg. Pada tumbukan lenting sempurna, elektron termionik tidak kehilangan energi sehingga dapat mencapai kolektor.
Dengan demikian, Franck dan Hertz berhasil menunjukkan adanya tingkat-tingkat energi pada atom seperti yang dikatakan dalam teori atom Bohr.
Gambar: Beberapa Tingkat Energi Atom Hg
Saat menyelidiki hamburan inelastis elektron, J. Franck dan G. Hertz membuat penemuan yang dikonfirmasi secara langsung pengukuran hipotesis Bohr tentang kuantisasi energi dalam atom. Pertama kali dilakukan pada tahun 1914, sekarang menjadi percobaan laboratorium sarjana standar. Gambar dibawah adalah skema diagram peralatan. Pemanas kecil memanaskan katoda. Elektron dikeluarkan katoda dipanaskan dan dipercepat menuju grid, yang pada V0 potensial positif relatif terhadap katoda. Beberapa elektron melewati grid dan mencapai plat P, yang pada potensi yang sedikit lebih rendah. Tabung diisi dengan gas bertekanan rendah dari elemen yang sedang diselidiki (uap merkuri, di Franck dan Eksperimen Hertz). Percobaan ini melibatkan pengukuran arus pelat sebagai fungsi. Karena V0 meningkat dari 0, arus akan meningkat sampai nilai kritis (sekitar 4,9 V untuk Hg) tercapai, pada saat mana arus tiba-tiba berkurang. Seperti V0 berkerut lebih jauh, arus naik lagi. Penjelasan dari hasil ini sedikit lebih mudah untuk divisualisasikan jika kita berpikir untuk sebuah tabung yang diisi dengan atom hidrogen sebagai pengganti merkuri.
Elektron dipercepat oleh V0 yang bertabrakan dengan elektron hidrogen tidak dapat mentransfer energy ke yang terakhir kecuali mereka telah memperoleh energi kinetik eV0 E2 E1 10.2 eV karena elektron hidrogen sesuai dengan model Bohr tidak dapat menempati tempat-tempat dengan energi antara E1 dan E2. Tabrakan seperti itu akan menjadi elastis; yaitu, energi kinetik elektron insiden tidak akan berubah oleh tabrakan, dan karenanya bisa mengatasi potensi V dan berkontribusi pada I.
(A) Diagram skematis dari eksperimen Franck-Hertz. Elektron dikeluarkan dari katoda C dipanaskan pada nol potensi ditarik ke grid positif G. Mereka yang melewati lubang-lubang di grid dapat mencapai pelat P dan dengan demikian berkontribusi pada arus I jika mereka memiliki energi kinetik yang cukup untuk mengatasi potensi balik kecil V. Tabung mengandung gas bertekanan rendah dari elemen yang sedang dipelajari.
(b) Hasil untuk hidrogen. Jika elektron yang masuk tidak memiliki cukup energi untuk mentransfer E E2 E1 ke elektron hidrogen di orbit n 1 (keadaan dasar), maka hamburan akan elastis. Jika elektron yang masuk memiliki setidaknya E energi kinetik, maka tabrakan inelastik dapat terjadi di mana E ditransfer ke n 1 elektron, memindahkannya ke orbit n 2. Elektron yang tereksitasi biasanya akan kembali ke keadaan dasar dengan sangat cepat, memancarkan foton energi E.
 Dengan energi yang tidak mencukupi untuk mengatasi potensi retardasi V yang kecil, elektron yang datang tidak dapat lagi berkontribusi pada arus pelat I, dan turun tajam. Situasi dengan Hg dalam tabung lebih rumit karena Hg memiliki 80 elektron. Meskipun teori Bohr tidak dapat memprediksi energi individu mereka, kami masih mengharapkan adanya energy harus dikuantisasi dengan keadaan dasar, keadaan tereksitasi pertama, dan seterusnya, untuk atom. Jadi, penjelasan potensi kritis 4,9eV yang diamati untuk Hg adalah yang pertama keadaan bersemangat adalah sekitar 4,9 eV di atas tingkat terendah (keadaan dasar). Elektron dengan en- Lebih sedikit daripada ini tidak dapat kehilangan energi ke atom Hg, tetapi elektron dengan energi lebih besar dari 4,9 eV dapat memiliki tabrakan inelastik dan kehilangan 4,9 eV. Jika ini terjadi dekat grid, elektron-elektron ini tidak dapat memperoleh energi yang cukup untuk mengatasi tegangan balik yang kecil umur V dan mencapai pelat; karena itu arus berkurang. Jika penjelasan ini benar, atom Hg yang bersemangat untuk tingkat energi 4,9 eV di atas keadaan dasar harus kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan cahaya panjang gelombang. Memang ada garis panjang gelombang ini dalam spektrum merkuri. Ketika tabung  itu dilihat dengan spektroskop, garis ini terlihat ketika V0 lebih besar dari 4,9 eV, sementara tidak garis-garis terlihat ketika V0 kurang dari jumlah ini. Untuk peningkatan lebih lanjut dalam V0, tambahan penurunan tajam dalam arus diamati, sesuai baik untuk eksitasi lainnya tingkat dalam Hg (misalnya, keadaan kedua Hg adalah 6,7 eV di atas keadaan dasar) atau ke beberapa eksitasi dari keadaan tereksitasi pertama, yaitu karena elektron kehilangan 4,9 eV lebih dari satu kali. Dalam pengaturan yang biasa, beberapa eksitasi tingkat pertama adalah diamati dan dips terlihat setiap 4,9 eV.
Percobaan Franck-Hertz adalah konfirmasi penting dari gagasan bahwa spektrum optik crete adalah karena keberadaannya dalam atom tingkat energi diskrit itu bisa bersemangat dengan metode nonoptical. Sangat memuaskan untuk dapat mempertahankan keberadaan tingkat energi diskrit secara langsung dengan pengukuran hanya menggunakan volt meter dan amperemeter.
Percobaan Franck-Hertz adalah pendahulu dari teknik yang sangat sensitif untuk mengukur status energi terkuantisasi atom di kedua gas dan padatan. The tech-nique, disebut spektroskopi kehilangan energi elektron (EELS), sangat berguna dalam padatan, di mana ia memungkinkan pengukuran energi jenis-jenis kisi tertentu getaran dan proses lainnya. Ia bekerja seperti ini. Misalkan elektron dalam suatu balok ciden semua memiliki energi Einc. Mereka bertabrakan dengan atom-atom material, menyebabkan mereka menjalani beberapa proses (misalnya, getaran, pengaturan ulang kisi-kisi, eksitasi elektrontion) yang membutuhkan energi El. Kemudian, jika elektron balok memulai satu proses seperti itu, ia akan keluar dari material dengan energi Einc El — yaitu, ia telah tersebar secara inelastically. Energi keluar dapat diukur dengan sangat akurat menggunakan spektrometer magnetik yang dirancang khusus untuk elektron. (Tipler, 2008: 174-176).
Pada tahun 1914, James Franck dan Gustav Hertz melakukan eksperimen untuk menguji secara langsung hipotesis Bohr yang menyebutkan bahwa energi atom itu terkuantisasi. Dalam radasnya, elektron dengan energi yang telah diketahui, bertumbukan dengan atom-atom gas, dan energi yang hilang dari elektron tersebut diukur. Elektron di emisi dari katode C yang dipanaskan dan dipercepat menuju anode A. Lubang-lubang pada anode menyebabkan elektron dapat melintas dan menuju ke pelat kolektor (pengumpul) P, energi kinetik elektron dapat diketahui dengan mengatur voltase pemercepat antara C dan A. Radas diisi dengan gas yang akan dikaji hingga tekanannya menjadi rendah. Arus yang datang di P dikaji sebagai fungsi dari energi kinetik elektron dengan mengubah-ubah voltase pemercepat.
Eksperimen dimulai pada voltase yang sangat rendah, dan arus meningkat dengan tunak seiring peningkatan voltase pemercepatnya. Pada voltase tertentu, arus menurun tajam, mendekati nol. Kenyataan ini menyiratkan bahwa sebagian besar elektron kehilangan eneri kinetiknya sewaktu bertumbukan dengan atom-atom gas dan tidak bisa mencapai pengumpul. Jika voltase dinaikkan di atas V tertentu, arus naik lagi, mengindikasikan bahwa sesudah mengalihkan energi ke atom-atom gas, elektron-elektron kembali dipercepat dan mencapai pengumpul.
Penurunan mendadak pada kurva arus terhadap voltase pada V tertentu menunjukkan bahwa elektron-elektron memerlukan ambang energi kinetik untuk dapat mentransfer energi ke atom-atom gas. Oleh karena itu, energi atom harus terkuantisasi dalam keadaan diskret. Keadaan tereksitasi pertama  terletak di atas keadaan dasar (keadaan dengan energi terendah). Jika eksperimen dilanjutkan dengan voltase pemercepat yang lebih tinggi, maka akan dapat ditunjukkan ambang energi lainnya yang berhubungan dengan keadaan tereksitasi dengan energi yang lebih tinggi.
Untuk menegaskan penafsiran ini, Franck dan Hertz menggunakan spektrograf untuk menganalisis cahaya yang di emisi oleh atom tereksitasi. Bila voltase pemercepat berada di bawah tegangan tertentu, tidak ada cahaya yang teramati. Bila voltase pemercepat berada sedikit diatas tegangan tertentu, satu garis emisi teramati dengan frekuensi yang nyaris sama dengan
V = ∆E / h = e.Vtertentu / h
            Pada nilai voltase pemercepat yang lebih tinggi, muncul garis emisi spektral tambahan, sesuai dengan ambang energi eksitasi tambahan yang tercapai (Oxtoby, dkk., 2003 : 16-17).
2.4    Proses Eksitasi oleh Elektron dan Foton
            Menurut Yaz (2007 : 238-239), proses eksitasi bisa dilakukan dengan 2 cara, antara lain adalah sebagai berikut :
a.    Eksitasi oleh Elektron
Untuk mengetahui energi-energi yang diperlukan untuk mengeksitasi atom hydrogen, dapat dilihat pada Gambar 8.35. Tingkat-tingkat energi atom hydrogen dipertimbangkan dengan dua cara. Energi-energi yang berada di sisi kiri menggambarkan total energi yang dipunyai electron dalam orbit dan energi-energi yang berada di sisi kanan menggambarkan bagaimana tingkat-tingkat energi yang sama meningkat dengan anggapan keadaan dasarnya adalah nol (0). Oleh karena tingkat-tingkat energi di atas keadaan dasar adalah tingkat-tingkat atom yang dieksitasi, mereka disebut tingkat eksitasi (excitation level). Keadaan dasar bukanlah tingkat eksitasi. Dengan alasan ini, orbit ke-2 (n=2) adalah tingkat pertama dan orbit ke-3 (n=3) adalah tingkat kedua eksitasi. Dengan demikian, umumnya tingkat-tingkat energy adalah 10,2 eV (setidaknya) untuk tingkatpertama, 12,09 eV (setidaknya) untuk tingkat kedua dan12,75 eV (setidaknya) untuk tingkat ketiga. Elektron-elektron yang mempunyai energy kurang dari 10,2 eV tidak dapat membangkitkan atom hidrogen, sedangkan elektron-elektron dengan energy tidak kurang dari 10,2 eV dapat bereksitasi.
 












Perhatikan Gambar 8.35, elektron-elektron dengan energi 5 eV tidak dapat mengeksitasi suatu atom dan keluar dengan energi yang sama seperti awal. Elektron-elektron dengan energi 10,2 eV dapat mengeksitasi atom hydrogen sampai ketingkat eksitasi pertama atau keluar tanpa melakukan eksitasi apa pun. Ketika tidak bereksitasi, electron bertumbukan elastic dengan atom. Elektron-elektron berenergi 12,5 eV dapat mengeksitasi atom hydrogen hingga tingkat eksitasi pertama dan kedua, tetapi mungkin juga tidak mengeksitasi atom, serta bertumbukan elastis. Jika electron mengeksitasi atom hingga tingkat eksitasi pertama, electron keluar dengan energi 12,5 -10,2 = 2,3 eV. Jika electron mengeksitasi atom ketingkat eksitasi kedua, electron pergi dengan energi12,5-12,09 = 0,41 eV. Jika tidak bereksitasi maka electron akan bertumbukan elastic dengan atom dan keluar dengan energi 12,5eV. Elektron-elektron yang berenergi di atas energy ionisasi dapat memutus sebuah electron dan mengionisasi atom tersebut.
b.    Eksitasi oleh Foton
Foton juga dapat menyebabkan eksitasi. Foton-foton yang menyebabkan eksitasi ini bersumber dari cahaya.  Eksitasi atom oleh foton berbeda dengan eksitasi atom oleh elektron. Ketika berinteraksi dengan atom, foton melepaskan seluruh energinya ke atom tersebut atau keluar tanpa kehilangan energy sedikitpun. Dengan demikian, foton-foton dapat mengeksitasi atom jika energy mereka sama dengan perbedaan energy antara keadaan dasar dan salah satu tingkat  energy yang lebih tinggi. Untuk dapat membangkitkan atom hidrogen dari keadaan dasar ke tingkat eksitasi pertama, energi foton sebaiknya adalah 10,2 elektron-volt. Untuk tingkat eksitasi kedua, energi yang diperlukan adalah 12,09 elektron-volt dan foton itu sebaiknya mempunyai energi 12,75 elektron-volt untuk mengeksitasi atom tersebut ke tingkat eksitasi ketiga. Foton-foton yang menyebabkan eksitasi diserap oleh atom. Akan tetapi, foton-foton yang energinya berbeda dari perbedaan energi antar tingkat-tingkat eksitasi tersebut tidak dapat menyebabkan eksitasi. Misalnya, walaupun foton 11 elektron-volt mempunyai energi lebih besar dari pada energi pada tingkat eksitasi pertama, foton tidak dapat mengeksitasi atom dan keluar setelah mengalami tumbukan elastis.
2.5    Contoh Soal 
               Menurut Yaz (2007 : 240-241), terdapat 2 contoh soal mengenai eksitasi oleh elektron dan foton, antara lain adalah sebagai berikut :
1.    Elektron elektron dari pistol elektron disebarkan pada tabung gas yang mempunyai tabbung uap hidrogen didalamnya. Tentukanlah tingkat energi atom atom hidrogen yang tereksitasi dan energi elektron ketika keluar dari tabung gas jika energi elektron tersebut adalah :
a.    8 eV                   c. 13 eV          
b.    11 eV                 d. 34 eV
Jawaban:
a.    Dengan 8 eV , elektron tidak dapat mengeksitasi atom tersebut karena energinya lebih kecil daripada energi pada tingkat eksitasi pertama. Jadi elektron keluar dengan energi yang sama, yaitu 8 eV.
b.      Dengan energi 11 eV, elektron hanya dapat mengeksitasi atom atom hidrogen ketingkat eksitasi pertama, yaitu n = 2. Setelah mengeksitasi atom, elektron-elektron ini keluar dengan energi 11 - 10,2 = 0,8 eV, atau 11 eV jika tidak dapat mengeksitasi atom tersebut setelah bertumbukan elastis sebelumnya.
c.       Dengan energi 13 eV, elektron hanya dapat mengeksitasi atom atom hidrogen ketingkat pertama, kedua, dan ketiga.  Setelah mengeksitasi atom, elektron-elektron ini keluar dengan energi 13-10,2=2,8 eV, 13-12,09 =0,91 eV, 13-12,75=0,25 eV. Sedangkan jika tidak mengeksitasi, suatu atom elektron keluar dengan energi yang sama (13 eV).
d.      Dengan energi 24  eV, elektron dapat mengeksitasi atom kesemua tingkat eksitasi. Akibatnya setelah keluar , energi-energi elektron tersebut dapat menjadi 24-10,2 = 13,8 eV, 24-12,09=11,91 eV, 24-12,75=11,25 eV, 24-13,06=10,94 eV.... dan seterusnya. Jika elektron elektron itu dianggap menyebabkan dua eksitasi ketingkat eksitasi pertama secara bersamaan, elektron keluar dari atom hidrogen dengan energi 24-(2-10,2) = 3,6 eV.  Selama mengionisasi atom hidrogen tersebut, elektron elektron tersebut keluar dari tabung gas dengan energi 24-13,6=10,4 eV. Akan tetapi, jika tidak terjadi eksitasi, elektron bertumbukan elastis dengan atom atom hidrogen dan keluar dari tabung gas dengan energi yang sama 24 eV.

2.    Sebuah atom hidrogen yang akan dieksitasi oleh foton mempunyai tingkat energi eksitasi. Jika atom tersebut berada pada keadaan dasar, tentukanlah;
a.    Energi energi foton yang dapat mengeksitasi atom tersebut; dan
b.    Apa yang terjadi jika energi foton 20 eV mengeksitasi atom tersebut,
Jawaban:
a.    Agar dapat bereksitasi, energi energi foton itu harus sama pada tingkat tingkat yang ada. Oleh karena itu, foton foton dengan energi 10,2 eV, 12,09 eV, 12,75 eV, 13,06 eV, ..... dapat mengeksitasi atom hidrogen tersebut. Akan tetapi, perlu diingat bahwa foton-foton ini juga dapat mengalami tumbukan elastis dan keluar dari atom tersebut tanpa bereksitasi.
b.    Sebuah foton yang mempunyai energi 20 eV memutus sebuah elektron dari atom tersebut dan mengionisasinya karena foton itu mempunyai energi lebih besar dari energi ionisasi atom. Dari energi 20 eV yang ada, 13,6 eV digunakan untuk memotong elektron dan sisanya (20-13,6=6,4 eV) ditransfer ke elektron bebas sebagai energi kinetik. Perlu dicatat bahwa foton itu kehilangan semua energinya dan terserap oleh atom tersebut. Fenomena ini kenyataannya merupakan efek fotolistik.

3.    Elemen-elemen mengalami percepatan di antara sebuah filamen dan kisi melalui uap merkuri dengan tegangan variabel sebesar V, sebagaimana tampak pada gambar (a). Suatu tegangan pemulih, Vr = 0,5 V dipertahankan antara kisi dan keping kolektor. Ketika kurva I di kolektor diukur sebagai fungsi tegangan percapatan, kita akan memperoleh kurva seperti digambar (b). Tentukan energi eksitasi pertama merkuri dan panjang gelombang cahaya yang diemisikan oleh merkuri dalam eksperimen tersebut.
Jawaban:
Untuk mencapai kolektor, elektron-elektron harus memiliki energi kinetik yang lebih besar dari pada energi potensial pemulih antara kisi dan kolektor yang besarnya sekitar 0,5 eV. Ketika potensial percepatan bertambah, akan terjadi kenaikan arus. Namun hasilnya, elektron-elektron memperoleh suatu energi yang sama dengan keadaan eksitasi pertama atom-atom merkuri. Di titik ini elektron-elektron dapat mengeksitasi atom-atom merkuri kedalam keadaan ini, dan karenanya akan kehilangan energi kinetik. Selanjutnya, elektron-elktron dalam jumlah yang lebih desikit akan memiliki energi yang cukup uuntuk mengatasi potensial pemulih Vr, yang dihasilkan dalam lengkungan yang teramati di kolektor arus. Selain itu, uap merkuri, yang sebelumnya gelap, akan mengemisi radiasi sebagai atom-atom yang kembali kekeadaan dasarnya.
            Pada kenaikan V lebih lanjut, arus tersebut akan mulai naik kembali karena elektron-elektron akan memperoleh tambahan energi kinetik setelah mengeksitasi atom merkuri. Pada potensial-potensial percepatan yang tetap besar, eletron-elektron akan mremiliki energi yang cukup untuk mengeksitasi dua atom merkuri, yang dihasilkan dilengkungan kedua dalam I, dan seterusnya. 9Kita mengabaikan kemungkinan bahwa sebuah elektron dapat menempatkan atom merkuri di keadaan eksitasi yang lebih tinggi. Hal ini dapat terjadi, namun variasi-variasi potensial tertentu yang melintas tabung penguappan akan diperlukan.) Perbedaan tegangan antara puncak-puncak arus yang bervariasi selanjutnya nampak berhubungan dengan energi yang dibutuhkan untuk mengeksitasi merkuri ke keadaan tereksitasi pertamanya, sehingga
(Potensial puncak pertama tidak dapat digunakan karena keberadaan Vr dan potensial-potensial kontak yang bervariasi.) Panjang-panjang gelombang foton yang teremisi ketika atom-atom merkuri kembali ke keadaan dasarnya adalah
 =
Eksperimrn ini pertama kali dilakukan oleh J. Franck dan G. Hertz pada tahun 1914, dan merupakan eksperimen pertama yang menunjukkan keberadaan keadaan stasioner dalam atom-atom, yang selanjutnya menguatkan hipotesis kemunculan kuantum yang dicetus oleh Bohr. Selain itu eksperimen ini juga menunjukkan bahwa atom-atom dapat tereksitasi melalui interaksi dengan elektron-elektron yang energik (Gautreau dan Savin, 2006 : 94).
 

BAB III
PENUTUP
 
3.1 Kesimpulan
1.      Eksitasi adalah penambahan sejumlah diskrit energi (disebut energi eksitasi) untuk sistem seperti inti atom, atom, atau molekul sehingga menghasilkan perubahan yang biasanya dari kondisi energi terendah (keadaan dasar) ke salah satu energi yang lebih tinggi (keadaan tereksitasi). Eksitasi pada atom terbentuk akibat adanya gangguan dengan energi tertentu sehingga elekron berpindah ke orbit yang lebih luar dan menyerap energi. Tumbukan yang terjadi ketika elektron tereksitasi adalah tumbukan inelastik dimana elektron yang ditumbukan mempunyai energi yang lebih tinggi dari batas energi eksitasi.
2.      Resonansi magnetik adalah suatu resonansi absorbsi, dimana terjadi serapan tenaga secara drastis apabila besarnya tenaga tepat sama dengan yang di perlukan misalnya untuk mengeksitasi atom, yakni untuk menaikkan tingkat tenaga elektron atom. Perconaan Franck- Hertz adalah suatu resonansi absorpsi.
3.      Percobaan Frank-Hertz adalah suatu eksperimen untuk menguji hipotesis Bohr. Percobaan Frank Hertz dilakukan untuk menunjukan perpindahan orbital elektron pada atom Hg. Dimana pada atom Hg energi eksitasinya terjadi pada batas yang lebih rendah dari atom Hidrogen. Energi elektron terbukti terkuantisasi. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya perbedaan tegangan eksitasi pada tiap-tiap orbital atom.
4.      Proses eksitasi atom dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan eksitasi oleh elektron dan eksitasi oleh foton.
3.2 Saran
Sebagai penulis, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk penulisan makalah kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 2003. Concepts of Modern Physics Sixth Edition. New York :   McGraw-Hill Companies.
Daton, Goris Seran, dkk. 2007. Fisika. Jakarta : PT. Grasindo.
Gautreau, Ronald dan Savin, William. 2006. Teori dan Soal-Soal Fisika Modern Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
Krane, Kenneth S. 1992. Fisika Modern. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Oxtoby, David W, dkk. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Soedojo, Peter. 2001. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid 4 : Fisika Modern. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Surya, Yohanes. 2009. Fisika Modern. Tangerang : PT. Kandel.
Tipler, A Paul and Ralph, A. Liewellyn. 2008. Modern Physics Fifth Eedittlion.      New York : W. H. Freeman and Company.
Yaz, M. Ali. 2007. Fisika 3. Yogyakarta : Yudhistira.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL INQUIRY

MAKALAH MODEL PBL (PROBLEM-BASED LEARNING)”

MAKALAH REMEDIAL